Senin Pekan Biasa XIV 04 Juli 2016

Senin Pekan Biasa XIV
04 Juli 2016

PF S. Elisabet dari Portugal



Bacaan Pertama
Hos 2:13.14b-15.18-19

“Aku akan menjadikan dikau isteriku untuk selama-lamanya.”

Pembacaan dari Nubuat Hosea:

Inilah sabda Tuhan,
“Aku akan membujuk umat kesayangan-Ku
dan membawanya ke padang gurun,
dan berbicara menenangkan hatinya.
Di sana ia akan merelakan diri seperti pada masa mudanya,
seperti ketika ia berangkat keluar dari tanah Mesir.
Maka pada waktu itu, demikianlah firman Tuhan,
engkau akan memanggil Aku ‘Suamiku’,
dan tidak lagi memanggil Aku ‘Baalku’.

Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya,
dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku
dalam keadilan dan kebenaran,
dalam kasih setia dan kasih sayang.
Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan,
sehingga engkau akan mengenal Tuhan.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm  145:2-3.4-5.6-7.8-9,R:8a

Refren: Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Setiap hari aku hendak memuji Engkau,
dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.
Besarlah Tuhan, dan sangat terpuji,
kebesaran-Nya tidak terselami.

*Angkatan demi angkatan akan memegahkan karya-karya-Mu
dan akan memberitakan keperkasaan-Mu.
Semarak kemuliaan-Mu yang agung akan kukidungkan,
dan karya-karya-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.

*Kekuatan karya-karya-Mu yang dahsyat akan dimaklumkan,
dan kebesaran-Mu hendak kuceritakan.
Kenangan akan besarnya kebaikan-Mu akan dimasyhurkan,
orang akan bersorak-sorai tentang keadilan-Mu.

*Tuhan itu pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Tuhan itu baik kepada semua orang,
dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.


Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut
dan menerangi hidup dengan Injil.


Bacaan Injil
Mat 9:18-26

“Anakku baru saja meninggal; tetapi datanglah, maka ia akan hidup.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah kepada Yesus seorang kepala rumah ibadat.
Ia menyembah Dia dan berkata,
“Anakku perempuan baru saja meninggal,
tetapi datanglah, letakkanlah tangan-Mu atasnya,
maka ia akan hidup.”
Lalu Yesus pun bangun,
dan bersama-sama murid-murid-Nya mengikuti orang itu.
Pada waktu itu
seorang wanita yang sudah dua belas tahun lamanya
menderita pendarahan
maju mendekati Yesus dari belakang
dan menjamah jumbai jubah-Nya.
Karena katanya dalam hati,
“Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata,
“Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku,
imanmu telah menyelamatkan dikau.”
Maka sejak saat itu juga sembuhlah wanita itu.

Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu,
dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak yang ribut,
berkatalah Ia, “Pergilah! Karena anak ini tidak mati, tetapi tidur!”
Tetapi mereka menertawakan Dia.
Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk.
Dipegang-Nya tangan si anak, lalu bangkitlah anak itu.
Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.

Demikianlah sabda Tuhan.


 
Renungan Injil
Tuhan menghendaki terjalinnya relasi yang intim dengan kita, umat kesayangan-Nya, yakni relasi seperti yang terjalin di antara suami-istri, relasi yang mengutamakan keadilan dan kebenaran, kesetiaan dan kasih sayang.
Adil yang dimaksud tidak berat sebelah, bukan sama rata melainkan proporsional sesuai takarannya.
Jatah nasi tidak bisa dibikin sama rata antara suami dan istri, nanti para istri pada kegemukan.
Sebaliknya, bedak dan peralatan make-up merupakan kebutuhan istri, sedangkan suami tak memerlukannya;  janganlah para suami memakai gincu hanya gara-gara ingin adil yang sama rata itu.
Para istri tak dapat menuntut keadilan dari suaminya agar gantian hamil, masak istri terus yang hamil.
Demikian pula relasi kita dengan Bapa di Surga, ada yang layak dan pantas untuk kita peroleh namun ada juga yang prerogatif Tuhan.

Semua keadilan itu mesti mengacu kepada kebenaran, yakni kebenaran yang menggunakan standard Tuhan, bukan kebenaran yang lain.
Keadilan akan terwujud jika berlandaskan kebenaran, bukan pemutar-balikan fakta, yang salah jadi benar atau yang benar jadi salah.
Kita tidak bisa mencurangi Tuhan dengan berbuat yang tidak benar, karena Tuhan tidak akan pernah melakukannya terhadap kita.

Kesetiaan adalah komitmen untuk menyangkal diri, mencegah jangan sampai tak setia kepada pasangan.
Kuncinya adalah kasih sayang.
Jika kita mengasihi pasangan kita, maka kita takkan mampu untuk tidak setia.
Mengasihi Bapa di Surga adalah kunci bagi kita untuk menjaga kesetiaan kita.

Tuhan mau agar relasi kita dengan-Nya terjalin intim selama-lamanya, maka kita pun mesti memberikan komitmen kita, bahwa relasi itu akan berlangsung selama-lamanya.


Peringatan Orang Kudus
Santa Elisabeth dari Portugal, Pengaku Iman
Puteri Raja Pedro III dari Aragon dan cucu Santa Elisabeth dari Hungaria ini lahir pada tahun 1271 dan meninggal dunia di Estremoz pada tanggal 4 Juli 1336. Ia dijuluki “Pembawa Damai” karena keberhasilannya menghentikan pertikaian antara raja-raja Castile, Aragon dan Portugal pada abad ke-14. Teladan hidupnya di kemudian hari menjadi contoh bagi para ibu rumah tangga, terlebih-lebih bagi mereka yang mengalami penderitaan batin karena ulah suaminya.
Pada usia 12 tahun ia dinikahkan dengan Raja Dionisius I dari Portugal, seorang raja yang rajin dan adil tetapi bejat dalam kehidupan pribadinya. Ia lekas cemburu dan tidak mempercayai kesetiaan isterinya, padahal ia sendiri tidak setia dan sering berbuat serong. Meskipun diliputi kebejatan moral suaminya, Elisabeth tetap teguh memegang prinsip-prinsip imannya. Setiap hari ia secara tetap berdoa memohon peneguhan Tuhan. la terkenal sebagai seorang permaisuri yang sederhana dalam hal makan-minum dan berpakaian. Kegiatan-kegiatan amalnya sangat luar biasa. Ia membantu wanita-wanita yang tidak kawin, menyiapkan penginapan kepada para peziarah dan mendirikan sejumlah lembaga amal, seperti sebuah rumah sakit di Coimbra, sebuah tempat penampungan bagi anak-anak yang terlantar, dan sebuah rumah bagi wanita-wanita pendosa yang bertobat. Di samping anak-anak kandungnya sendiri, ia juga merawat dan mendidik anak-anak suaminya yang lahir dari perkawinan gelapnya dengan wanita-wanita lain.
Kesucian hidup Elisabeth dan doa-doanya berhasil meluluhkan kekerasan Dionisius dan menghantarnya kepada pertobatan. Setelah bertobat, Dionisius rneninggal dunia pada tahun 1325. Sepeninggal Dionisius, Elisabeth menjadi seorang biarawati dalam Ordo Fransiskan di Coimbra. Sambil terus mengusahakan perdamaian di antara raja-raja Castile, Aragon dan Portugal. Elisabeth akhirnya menghembuskan nafasnya terakhir ketika sedang dalam suatu perjalanan misi untuk menghentikan suatu konflik yang melibatkan juga puteranya Raja Alfonso IV. la dimakamkan di kota Coimbra. Pada tahun 1625, ia digelari ‘kudus’ oleh Gereja.


Santo Ulrich atau Ulrikus, Uskup
Uskup dan sahabat Kaisar Jerman ini lahir pada tahun 890. Ia berusaha membangun sebuah tembok batu alam untuk melindungi kota Augsburg, Jerman dari serangan bangsa Hun yang kemudian berhasil dipatahkan oleh tentaranya.
Sebagai Uskup, Ulrich mengadakan perjalanan keliling keuskupannya untuk berkotbah dan meneguhkan iman umatnya, serta menegakkan keadilan. Ia mendirikan sebuah Katedral dan membuka seminari serta mendukung pendirian biara-biara. Di setiap pelosok keuskupannya, ia mendirikan banyak gereja dan kapel supaya umat dapat beribadat dengan baik.

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *