Sabtu Pekan Biasa XXII 03 September 2016

Sabtu Pekan Biasa XXII
03 September 2016

PW S. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
1Kor 4:6b-15

“Kami ini lapar, haus dan telanjang.”

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
dari aku dan Apolos hendaknya kalian belajar,
apa artinya ungkapan: “Jangan melampaui yang ada tertulis.”
Jangan ada di antara kalian yang menyombongkan diri
dengan jalan mengutamakan yang satu lebih dari yang lain.
Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?
Adakah di antara milikmu yang bukan pemberian?
Dan jika itu memang pemberian, mengapa engkau memegahkan diri,
seolah-olah itu bukan pemberian?
Kalian telah kenyang, kalian telah kaya,
dan tanpa kami kalian telah memerintah;
alangkah baiknya kalau benar demikian,
yakni kalau kalian menjadi raja,
sehingga kami pun turut menjadi raja dengan kalian.

Menurut pendapatku, Allah memberikan kami, para rasul,
tempat yang paling rendah,
sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati.
Sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia,
bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.
Kami ini bodoh oleh karena Kristus, tetapi kalian arif dalam Kristus.
Kami ini lemah, tetapi kalian kuat.
Kalian mulia, tetapi kami hina.
Sampai saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukuli dan hidup mengembara.

Kami melakukan pekerjaan tangan yang berat.
Kalau kami dimaki-maki, kami memberkati;
kalau kami dianiaya kami sabar;
kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah;
kami telah menjadi seperti sampah dunia,
seperti kotoran dari segala sesuatu, sampai saat ini.

Hal ini kutuliskan bukan untuk membuat kalian malu,
melainkan untuk menegur kalian sebagai anak-anakku yang kukasihi.
Sebab
sekalipun kalian mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus,
kalian tidak mempunyai banyak bapa.
Karena akulah yang telah menjadi bapamu dalam Kristus Yesus,
oleh Injil yang kuwartakan kepadamu.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 145:17-18.19-20.21,R:18a

Refren: Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya.

*Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya
dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.
Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya,
pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

*Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia,
Ia mendengarkan teriak mereka minta tolong
dan menyelamatkan mereka.
Tuhan menjaga semua orang yang mengasihi-Nya,
tetapi semua orang fasik akan dibinasakan-Nya.

*Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan
dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus
untuk seterusnya dan selamanya.


Bait Pengantar Injil
Yoh 14:6

Akulah jalan, kebenaran dan sumber kehidupan, sabda Tuhan;
hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.


Bacaan Injil
Luk 6:1-5

“Mengapa kalian melakukan sesuatu
yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu hari Sabat,
Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum.
Para murid memetik bulir-bulir gandum,
menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya.
Tetapi beberapa orang Farisi berkata,
“Mengapa kalian melakukan sesuatu
yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”

Maka Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca
apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar?
Ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian.
Roti itu dimakannya dan diberikannya kepada para pengikutnya.
Padahal roti itu tidak boleh dimakan, kecuali oleh para imam.”

Dan Yesus berkata lagi,
“Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Renungan Injil
Hari ini kita masih melanjutkan renungan tentang perpecahan umat di Korintus.
Ada banyak penyebab terjadinya perpecahan.
Pertikaian di antara pemimpin umat hanyalah salah satu penyebabnya.
Jika pastor paroki dan pastor rekan tidak akur, maka umat pun terbelah.
Umat mesti menjatuhkan pilihan, pemimpin yang mana yang mesti ia dengarkan dan patuhi, karena memang sulit untuk mengabdi kepada dua tuan.
Kita bersyukur dengan adanya kaul ketaatan yang diberlakukan bagi para pemimpin umat, dan sudah jelas pula kepada siapa mereka mesti taat, sekali pun bisa jadi saja dilematis bagi para pemimpin itu, antara mematuhi Uskup atau induk organisasinya.
Hasrat menyombongkan diri, atau memegahkan diri serta memandang rendah orang lain adalah pemicu perpecahan, baik di antara para pemimpinnya maupun di kalangan umatnya.

Mari kita kembali ke Korintus dulu.
Rupanya Rasul Paulus melihat penyebab lain dari perpecahan yang
terjadi itu, yakni tentang kepercayaan.
Sangat masuk akal kalau umat sulit mempercayai Paulus, yang sebelumnya justru mengejar-ngejar dan menganiaya para pengikut Kristus itu.
Sama seperti yang terjadi di negeri kita ini, bolehkah seorang mantan narapidana mengajukan diri menjadi calon pemimpin?
Belum lagi kalau melihat bagaimana Paulus melewati hari-harinya yang serba berkekurangan itu.
Untuk makan saja mesti pontang-panting, berpakaian lusuh yang tidak ganti-ganti, lalu bagaimana bisa menolong orang banyak?
Belum lagi Paulus banyak menerima caci-maki orang, dihina dan dianiaya, serta diperlakukan seperti sampah masyarakat, maukah orang mendengarkan dan menuruti perkataannya?

Tepat sekali yang disampaikan oleh Paulus, “Kami ini bodoh oleh karena Kristus.”
Coba saja bayangkan kalau gereja mengadakan retret atau seminar, dimana pembicaranya adalah seorang pemulung sampah yang hidupnya morat-marit, akankah orang datang untuk mendengarkannya?
Inilah tugas yang teramat berat bagi Paulus dan para pewarta Injil lainnya.
Tetapi sekaligus inilah kesempatannya untuk mengutarakan ajaran Yesus: memberkati ketika dimaki-maki orang, sabar ketika dianiaya, menjawab dengan ramah ketika difitnah.
Pengikut Kristus dituntut untuk mampu bersikap dan bertindak seperti itu, tetap teguh membangun kepercayaan kepada Kristus, sesulit apa pun situasinya.


Peringatan Orang Kudus
Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemiliana, dihormati pula oleh Gereja sebagai Orang Kudus. Ayahnya, Gordianus, tergolong orang kayaraya: memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Coelian, Roma. Selama masa kanak-kanaknya, Gregorius mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman atas kota Roma; mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tatabahasa, retorik dan dialektika.
Karena posisinya di antara keluarga-keluarga aristokrat (bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum kemasyarakatan, dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun ia menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu. Namun Tuhan menghendaki Gregorius berkarya di ladang anggurNya. Gregorius meletakkan semua jabatan politiknya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Ia menjual sebagian besar kekayaannya dan uang yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mendirikan biara-biara. Ada enam biara yang didirikannya di Sisilia dan satu di Roma. Di dalam biara-biara itu, ia menjalani kehidupannya sebagai seorang rahib. Namun ia tidak saja hidup di dalam biara untuk berdoa dan bersemadi; ia juga giat di luar: membantu orang-orang miskin dan tertindas, menjadi diakon di Roma, menjadi Duta Besar di istana Konstantinopel. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abbas di biara Santo Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar-pasar kota Roma.
Pada tahun 590, dia diangkat menjadi Paus. Dengan ini ia dapat dengan penuh wibawa melaksanakan cita-citanya membebaskan kaum miskin dan lemah, terutama budak-budak dari Inggris. Ia mengutus Santo Agustinus ke Inggris bersama 40 biarawan lain untuk mewartakan Injil di sana. Gregorius adalah Paus pertama yang secara resmi mengumumkan dirinya sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia. Ia memimpin Gereja selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang masyhur, negarawan dan administrator ulung pada awal Abad Pertengahan serta Bapa Gereja Latin yang terakhir. Karena tulisan-tulisannya yang berbobot, dia digelari sebagai Pujangga Gereja Latin. Meskipun begitu ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai ‘Abdi para abdi Allah’ (Servus servorum Dei). Julukan ini tetap dipakai hingga sekarang untuk jabatan Paus di Roma. Setelah memimpin Gereja Kristus selama 14 tahun, Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. Pestanya dirayakan juga pada tanggal 12 Maret. (Lihat riwayatnya pada tanggad 12 Maret).

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *