Sabtu Pekan Biasa VIII 28 Mei 2016

Sabtu Pekan Biasa VIII
28 Mei 2016



Bacaan Pertama
Yud 1:20b-25

“Allah berkuasa menjaga kalian jangan sampai tersandung,
dan membawa kalian penuh kegembiraan di hadapan kemuliann-Nya.”

Pembacaan dari Surat Rasul Yudas:

Saudara-saudara terkasih,
ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepadamu,
oleh rasul-rasul Tuhan kita Yesus Kristus.

Maka bangunlah dirimu sendiri
di atas dasar imanmu yang paling suci,
dan berdoalah dalam Roh Kudus.
Peliharalah dirimu dalam kasih Allah
sambil menantikan rahmat Tuhan kita Yesus Kristus,
untuk hidup yang kekal.
Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu,
renggutlah mereka dari api.
Tetapi tunjukkanlah belas kasihan
yang disertai rasa takut kepada orang-orang lain juga,
dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan
oleh keinginan-keinginan dosa.

Allah berkuasa menjaga kalian supaya jangan tersandung.
Ia membawa kalian tanpa noda dan penuh kegembiraan
di hadapan kemuliaan-Nya.
Bagi Dia, Allah yang Esa, Juruselamat kita,
dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan kita,
bagi Dia kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa
sebelum segala abad,
sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 63:2.3-4.5-6,R:2b

Refren: Jiwaku haus akan Dikau, ya Tuhan, Allahku.

*Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
jiwaku haus akan Dikau,
tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus,
yang tiada berair.

*Demikianlah aku rindu memandang-Mu di tempat kudus,
sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Dikau.

*Aku mau memuji Engkau seumur hidupku
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Seperti dijamu lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
bibirku bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.


Bait Pengantar Injil
Kol 3:16a.17c

Semoga sabda Kristus tinggal dalam diri kalian secara melimpah.
Bersyukurlah dengan perantaraan Kristus
kepada Allah Bapa kita.


Bacaan Injil
Mrk 11:27-33

“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang
dari halaman bait Allah,
Yesus dan murid-murid-Nya tiba kembali di Yerusalem.
Ketika Yesus sedang berjalan-jalan di halaman Bait Allah,
datanglah kepada-Nya imam-imam kepala,
ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
Mereka bertanya kepada Yesus,
“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu,
sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”

Yesus menjawab mereka,
“Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepada kalian.
Jawablah Aku,
dan Aku akan mengatakan,
dengan kuasa mana Kulakukan hal-hal itu.
Pembaptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia?
Jawablah!”

Mereka memperbincangkannya seraya berkata,
“Jikalau kita katakan ‘Dari Allah,’
Ia akan berkata,
‘Kalau begitu, mengapakah kalian tidak percaya kepada-Nya?’
Tetapi masakan kita katakan ‘Dari manusia’.”
Sebab mereka takut kepada orang banyak,
karena semua orang menganggap
bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.
Maka mereka menjawab Yesus, “Kami tidak tahu.”

Maka kata Yesus kepada mereka,
“Jika demikian, Aku pun takkan mengatakan kepada kalian,
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Renungan Injil
Hari ini Bacaan Pertama diambil dari Surat Rasul Yudas.
Surat yang singkat, yang hanya terdiri dari 25 ayat, lebih menyerupai kotbah Yudas bagi jemaat agar bersikap preventif terhadap kemungkinan orang tersandung dalam dosa dan kesalahan.
Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Hal utama yang bisa menyebabkan orang tersandung adalah guru-guru palsu yang pada saat itu banyak bermunculan, sebagaimana yang telah diingatkan oleh Yesus sendiri sejak semula.

Saya senang Yudas mengambil istilah tersandung dalam dosa, yang maknanya semacam kecelakaan atau peringatan, tetapi bukan kesengajaan.
Tak ada orang yang dengan sengaja menyandungkan kakinya ke arah batu.
Begitu pula halnya, orang mudah sekali tersandung sekali pun mempunyai mata kaki, mata yang di kaki itu buta sehingga menjadi mudah tersandung.
Tetapi jika mengalami, tersandung, tidak serta merta berakibat terjatuh.
Terjatuh dalam dosa memerlukan upaya untuk bangkit, namun tersandung tapi tak sampai jatuh lebih merupakan peringatan agar lebih berhati-hati supaya jangan sampai terjatuh.

Ketika seorang suami kepincut kepada wanita lain yang bukan isterinya, ia sudah tersandung.
Dan ketika ia melakukan upaya-upaya untuk memiliki wanita itu, maka ia telah jatuh ke dalam dosa.
Kira-kira seperti itu gambarannya.

Guru-guru palsu seringkali mencekoki orang dengan pembenaran-pembenaran, sementara kebenarannya sendiri disembunyikan.
Mereka juga gemar menebar hasutan, atau malah penggiringan supaya orang mau mendengarkan mereka.
Bisa jadi kita tak kuasa untuk menangkalnya dan akhirnya larut dalam pembenaran sesuatu yang sebetulnya salah;  ini karena kita seringkali kesulitan untuk membedakan yang palsu dari yang asli, sering  kali “too good to be true” malah.
Oleh karenanya, Yudas mengajak kita untuk mengandalkan kuasa Tuhan untuk menjaga agar kita tidak tersandung, agar kita mampu berdiri di atas dasar iman.
Selain agar kita tidak tersandung, apalagi sampai terjatuh, mengandalkan Tuhan juga berarti kita memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita; ini sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.


Peringatan Orang Kudus
Beata Margaretha Pole, Martir
Margaretha lahir di sebuah desa dekat kota Bath, Inggris Selatan pada tanggal 14 Agustus 1473. la dikenal sebagai seorang wanita bangsawan, pengiring Ratu Katarina, permaisuri pertama Raja Henry VIII.
Sepeninggal suaminya, Margaretha menjadi guru pribadi Putri Raja Maria, anak Henry VII. Dalam kedudukannya sebagai guru pribadi itu, Raja Henry VIII mengangkat Margaretha sebagai Pangeran Wanita Salisbury. Walaupun Henry mengenal baik kesucian hidup Margaretha, ia tidak segan-segan memecat Margaretha ketika Margaretha menentang perceraiannya dengan Katarina dan niatnya menikahi Anne Boleyn.
Karena Reginaldus, Putra Margaretha, yang kemudian menjadi seorang Kardinal mencela Henry karena tuntutannya untuk mengawasi Gereja, Henry memutuskan untuk melenyapkan keluarga Margaretha. Akhirnya Margaretha dipenggal kepalanya pada tahun 1541 karena dituduh mengkhianati raja. Margaretha dinyatakan sebagai ‘Beata’ (Yang Bahagia) pada tahun 1886.


Santo Wilhelmus, Biarawan
Wilhelmus adalah seorang jenderal dari kaisar Karokus Agung yang berhasil menundukkan suku Bask dan merebut Barcelona dari tangan orang Arab. Setelah kemenangan ini ia menjadi biarawan. Ia mendirikan sebuah biara di Gellone, Prancis.   Anehnya ialah bahwa dalam biara yang didirikannya itu, ia sendiri bekerja sebagai tukang roti dan koki. Ia meninggal dunia pada tahan 812.


Santo Bernardus dari Montjoux, Imam
Bernardus dari Montjoux dikenal sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung. Untuk membantu para wisatawan, Bernardus bersama pembantu-pembantunya mendirikan dua buah rumah penginapan. Dari nenek moyangnya, ia diketahui berketurunan Italia. Tanggal kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi hari kematiannya diketahui terjadi pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia.
Kisah masa kecilnya dan masa mudanya telah banyak dikaburkan oleh berbagai legenda. Meski demikian, suatu hal yang pasti tentang dirinya ialah tentang pendidikan imamatnya. Pendidikan imamatnya dijalaninya bersama Petrus Val d’ Isere, seorang Diakon Agung di Keuskupan Aosta. Aosta adalah sebuah kota di Italia yang terletak di pegunungan Alpen dan berjarak 50 mil dari perbatasan Prancis dan Swiss.
Karena semangat kerasulannya yang tinggi, ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Aosta. Dalam jabatan ini, Bernardus membawa angin pembaharuan di antara rekan-rekannya, biarawan-biarawan Kluni di Burgundia. Ia berusaha mendorong mereka merombak aturan­aturan biara yang terlalu klerikal dan keras. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan rajin mengelilingi seluruh wilayah diosesnya.
Pada Abad Pertengahan, peziarah-peziarah dari Prancis dan Jerman rajin datang ke Italia melalui dua jalur jalan di pegunungan Alpen. Banyak dari mereka mati kedinginan karena badai salju, atau karena ditangkap oleh para perampok di tengah jalan. Melihat kejadian-kejadian itu, maka pada abad kesembilan Bernardus berusaha mendirikan dua buah rumah penginapan di antara dua jalur jalan itu, tepatnya di gunung Jovis (Montjoux), yang sekarang dikenal dengan nama gunung Blanc. Dua rumah penginapan ini sungguh membantu para peziarah itu. Tetapi kemudian pada abad keduabelas, rumah-rumah itu runtuh diterpa badai salju. Sebagai gantinya, Bernardus mendirikan dua buah rumah penginapan baru, masing-masing terletak di dekat dua jalur jalan itu dengan sebuah biara berdiri di dekatnya. Kedua jalan ini sekarang dikenal dengan nama Jalan Besar dan Jalan Kecil Santo Bernardus. Untuk membina akhlak para petugas rumah penginapan dan anggota-anggota biarawan yang menghuni biara itu, Bernardus menerapkan aturan-aturan biara Santo Agustinus. Ia menerima pengakuan dan izinan khusus dari Sri Paus untuk membimbing para Novisnya dalam bidang karya pelayanan para wisatawan.
Karya mereka ini berkembang pesat dari hari ke hari didukung oleh seekor anjing pembantu. Tugas utama mereka ialah berusaha membantu para wisatawan dalam semua kesulitannya dengan makanan dan rumah penginapan, serta menguburkan orang-orang yang mati. Ketenaran karya pelayanan mereka ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk legenda. Kemurahan hati dan keramah-tamahan mereka menarik perhatian banyak orang, terutama keluarga-keluarga kaya. Keluarga-keluarga kaya ini menyumbangkan sejumlah besar dana demi kemajuan karya pelayanan Bernardus dan kawan-kawannya. Legende tentang anjing pembantu Santo Bernardus masih berkembang hingga sekarang.
Setelah berkarya selama 40 tahun lamanya sebagai Vikaris Jenderal Bernardus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia. Sri Paus Innocentius XI (1676-1689) menggelari dia ‘Kudu'” pada tahun 1681. Dan pada tahun 1923 oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939), Bernardus diangkat sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung.


Santo Germanus dari Paris, Pengaku Iman
Germanus atau Germain dikenal luas karena cinta kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin dan gelandangan, dan karena kesederhanaan hidupnya. Ia lahir di Autun, Prancis pada tahun 496.
Setelah menjadi imam, ia diangkat menjadi abbas biara Santo Symphorianus, yang terletak tak jauh dari Autun. Di sini ia menjalani suatu kehidupan asketik yang keras dan giat membantu orang-orang miskin; kadang-kadang ia mangundang pengemis-pengemis untuk makan bersamanya di biara. Ketika Raja Prancis, Childebert I (511-558), menunjuk dia menjadi Uskup Paris, ia tidak mengubah kebiasaan hidupnya yang keras dan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan gelandangan. Menyaksikan teladan hidup Germanus, Raja Childebert sendiri akhirnya menjadi dermawan: senang membantu orang miskin, membangun biara-biara dan gereja-gereja. Salah satu gereja yang terkenal ialah gereja Santo Germanus yang didirikannya sesudah kematian Germanus.
Salah satu usaha utama Germanus ialah mendesak penghayatan cara hidup Kristen yang lebih baik di kalangan kaum bangsawan Prancis. Ia tidak henti-hentinya mengutuk orang-orang yang bejat cara hidupnya dan tidak tanggung-tanggung mengekskomunikasikan Charibert, Raja Frank yang hidupnya penuh dosa. Germanus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 576.

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *