Jumat Pekan Biasa XVI 22 Juli 2016

Jumat Pekan Biasa XVI
22 Juli 2016

PW S. Maria Magdalena



Bacaan Pertama
Kid 3:1-4a

“Aku telah menemukan jantung hatiku.”

Pembacaan dari Kidung Agung:

Di dalam kerinduannya, sang mempelai berkata:
Pada malam hari, di atas peraduanku,
kucari jantung hatiku.
Kucari dia, tapi tak kutemukan.
Aku bangun dan berkeliling di kota;
di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan
kucari dia, jantung hatiku.
Kucari dia, tapi tak kutemukan.
Aku ditemui peronda-peronda kota.
“Apakah kamu melihat jantung hatiku?”
Baru saja meninggalkan mereka,
kutemukan jantung hatiku.
Kupegang dia, dan tak kulepaskan lagi.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN
2Kor 5:14-17

Sekarang Kami tidak menilai Kristus menurut ukuran manusia.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
kasih Kristus telah menguasai kami,
sebab kami telah mengerti bahwa
jika satu orang sudah mati untuk semua orang,
maka mereka semua sudah mati.
Dan Kristus telah mati untuk semua orang,
supaya mereka yang hidup
tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri,
tetapi untuk Dia yang telah mati dan dibangkitkan bagi mereka.
Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang pun
menurut ukuran manusia.
Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia,
sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.

Jadi barangsiapa ada di dalam Kristus,
dia adalah ciptaan baru!
Yang lama sudah berlalu,
dan sungguh, yang baru sudah datang!

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9,R:2b

Refren: Jiwaku haus akan Dikau, ya Allahku.

*Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
jiwaku haus akan Dikau
tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus,
yang tiada berair.

*Demikianlah aku rindu memandang-Mu di tempat kudus,
sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Dikau.

*Aku mau memuji Engkau seumur hidupku
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Seperti dijamu lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
bibirku bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.

*Sungguh, Engkau telah menjadi pertolonganku,
dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.
Jiwaku melekat kepada-Mu.


Bait Pengantar Injil

Katakanlah Maria, engkau melihat apa?
Wajah Yesusku yang hidup,
sungguh mulia hingga aku takjub.


Bacaan Injil
Yoh 20:1.11-18

“Ibu, mengapa engkau menangis?
Siapakah yang engkau cari?”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada hari Minggu Paskah,
pagi-pagi benar ketika hari masih gelap,
pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus,
dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.
Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu,
dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih,
yang seorang duduk di sebelah kepala
dan yang lain di sebelah kaki
di tempat mayat Yesus terbaring.
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya,
“Ibu, mengapa engkau menangis?”
Jawab Maria kepada mereka,
“Tuhanku telah diambil orang,
dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”

Sesudah berkata demikian Maria menoleh ke belakang,
dan melihat Yesus berdiri di situ;
tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
Kata Yesus kepadanya,
“Ibu, mengapa engkau menangis?
Siapakah yang engkau cari?”
Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman.
Maka ia berkata kepada-Nya,
“Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia,
katakanlah kepadaku di mana Tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya.”
Kata Yesus kepadanya, “Maria!”
Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani,
“Rabuni!”, artinya Guru.
Kata Yesus kepadanya,
“Janganlah engkau memegang Aku,
sebab Aku belum pergi kepada Bapa.
Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku
dan katakanlah kepada mereka,
bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu,
kepada Allah-Ku dan Allahmu.”
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid,
“Aku telah melihat Tuhan!”
dan juga bahwa Tuhanlah yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

Demikianlah sabda Tuhan.


Renungan Injil
Bacaan Pertama hari ini diambil dari Kidung Agung yang diyakini digubah oleh Raja Salomo tentang impian seorang mempelai wanita.
Di dalam mimpinya, ia tidak menemukan kekasihnya lalu mencari-carinya di sekeliling kota, sampai akhirnya ia menemukannya.
Ketika ia terjaga dari tidurnya, mimpinya berakhir, tentu ia melihat pasangan hidupnya berada di sisinya, tidak benar-benar hilang.
Bagaimana kalau mimpi seperti ini ternyata benar-benar terjadi?

Kalau kita mau jujur dan melihat jauh ke dasar hati, tak ada seorang pun mengharapkan agar pasangan hidupnya hilang supaya bisa mendapatkan gantinya, berharap ganti yang lebih baik.
Ketika Tuhan mempertemukan kita dalam sakramen Perkawinan, sesungguhnya kita telah dibekali dengan cinta dan kasih di antara pasangan suami-istri, yang kemudian dibumbui oleh harapan, angan-angan dan impian, seperti apa kelak rumah-tangga yang mereka bangun.
Bekal cinta kasih ini tertuang dalam romantisme relasi kita dengan pasangan, disertai bibit-bibit kerinduan untuk selalu berada dekat-dekat, selalu bersama-sama.

Sayangnya, impian ditempatkan begitu tinggi, mohon maaf kalau saya katakan terlalu muluk-muluk padahal kurang kesanggupan untuk benar-benar ingin mewujudkannya.
Tiba saatnya kemudian, pasutri menemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan impiannya, bahkan bertolak belakang, lalu mulai meragukan pasangannya, lalu mulai mencari-cari kesalahan pasangan untuk membenarkan diri sendiri.
Ia mulai bertanya-tanya, “Apakah kamu benar-benar mencintaiku?”
Padahal seharusnya ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah aku mencintai dia masih seperti yang dahulu?”

Cinta-kasih yang merupakan kado Sakramen Perkawinan akhirnya malah menjadi batu sandungan.
Dahulu  pasutri sangat bangga dengan pernikahan Katolik yang monogami dan tak terceraikan itu, sekarang kok malah dianggap sebagai penghambat?
Seorang dari pasutri berkata demikian, “Saya sudah tak bisa lagi hidup bersamanya, masak mesti dipaksa-paksa?  Bisa mati berdiri saya!”
Padahal ketika menikah dahulu, ia sendiri berkata, “Aku tak bisa hidup tanpa kamu di sampingku!”

Jika pasutri tidak meninggalkan kado perkawinan itu, yakni cinta-kasih, yang berisikan romantisme dan kerinduan itu, se sulit apa pun situasi yang mesti dihadapi, se berapa besar pun halangan menghadang, tak kan pernah terpikir untuk berpisah.

Romantisme itu ibarat lagu, ada nada-nada tinggi dan di bagian lain diisi dengan nada rendah.
Seperti apa pun iramanya, setiap lagu memiliki nada dasar, yang namanya dasar iya digunakan sebagai dasar bagi nada-nada lainnya supaya jangan sampai sumbang.
Ada pasutri yang memilih lagu yang “jazzy”, “Tidak apa-apa sedikit sumbang tapi asyik,” katanya.

Sementara kerinduan itu seperti karet gelang, semakin dijauhkan maka semakin kencang pula ia menarik untuk mendekat.
Tetapi jangan menariknya terlalu jauh, nanti putus, malah tak bisa kembali.
Kerinduan adalah stimulan bagi kita agar selalu berupaya untuk mencari atau mendekat dengan jantung hati kita, yang akan menggerakkan kita untuk bangkit dan berjalan-jalan berkeliling kota untuk menemukan pasangan kita.
Dan setelah ditemukan, akan dipegang erat-erat dan tak dilepaskan lagi.


Peringatan Orang Kudus
Santa Maria Magdalena, Pelayan Yesus
Cerita tentang Maria Magdalena kita ketahui dari Injil. Namanya dengan jelas disebutkan dalam beberapa bagian Kitab Injil Lukas 8:2 mengisahkan bahwa Maria terhitung sebagai salah satu diantara wanita-wanita yang disembuhkan Yesus dari kuasa roh-roh jahat dan kemudian menjadi pengikut dan pelayan Yesus selama karyaNya. Mateus 27:56, 61; Markus 15:40, 47 dan Yohanes 19:25 mengisahkan bahwa Maria bersama beberapa wanita lain hadir pada saat kematian Yesus di atas salib dan kemudian juga pada saat penguburan Yesus. Dalam Mateus 28:1; Markus 16:1; dan Lukas 24:1-10 dikisahkan bahwa Maria bersama beberapa wanita lainnya pergi ke kubur Yesus untuk mengurapi jenazah Yesus pada hari Minggu Paska.
Berita kebangkitan Yesus disampaikan oleh para malaekat kepada beberapa orang wanita. Meskipun demikian, Maria Magdalena adalah satu-satunya wanita yang dikatakan sebagai orang pertama yang melihat Yesus setelah bangkit dari kubur (Yoh 20:11-18).
Maria berasal dari desa Magdala. Oleh tradisi Kristen selanjutnya, ia diidentifikasikan dengan Maria dari Betania, saudara Marta dan Lazarus, dan dengan seorang wanita pendosa lain yang bertobat dan kemudian mengikuti Yesus sebagaimana dikisahkan dalam Injil Lukas 7: 37-50.


Santo Teofilus, Martir
Teofilus dikenal sebagai seorang laksamana Romawi yang sudah menganut agama Kristen. la ditangkap oleh tentara-tentara Islam yang menggempur pulau Siprus karena tidak bersedia melarikan diri. Karena tidak bersedia murtad dari imannya, Teofilus disiksa sampai mati oleh tentara-tentara Islam.

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *