Hari Biasa, Pekan Biasa XXVII Kamis, 10 Oktober 2019

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVII

Kamis, 10 Oktober 2019

 


Bacaan Pertama
Mal 3:13-4:2a

“Hari Tuhan akan datang, menyala seperti api.”

Pembacaan dari Nubuat Maleakhi:

Tuhan bersabda kepada orang-orang fasik,
“Bicaramu tentang Aku kurang ajar.
Meskipun demikian kalian bertanya,
‘Apakah yang kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?’
Kalian berkata, ‘Sia-sialah beribadah kepada Allah!
Apakah untungnya
kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap Allah
dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan Tuhan semesta alam?
Itulah sebabnya kita memuji bahagia orang-orang yang gegabah.
Sebab mujurlah orang-orang yang berbuat jahat itu!
Mereka mencobai Allah, namun luput juga.’

Sebaliknya orang-orang yang takwa berbicara demikian,
‘Tuhan memperhatikan dan mendengarkan kita;
sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya
bagi orang-orang yang takwa kepada Tuhan
dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.’
“Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, ”
sabda Tuhan semesta alam,
‘pada hari yang Kusiapkan.
Aku akan mengasihani mereka
sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia.
Maka kalian akan melihat kembali
perbedaan antara orang benar dan orang jahat,
antara orang yang beribadah kepada Allah
dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.

Sesungguhnya hari itu akan datang, menyala seperti api.
Maka semua orang gegabah dan orang fasik
akan menjadi seperti jerami
dan akan terbakar oleh hari yang akan datang itu,”
sabda Tuhan semesta alam.
“Mereka akan habis sampai ke akar dan cabangnya.
Tetapi kalian yang takwa,
bagi kalian akan terbit surya kebenaran
yang sayapnya membawa kesembuhan.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-6,R:40:5a

Refren: Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.

*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.

*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan daunnya tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.

*Bukan demikianlah orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.


Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Tuhan, bukalah hati kami,
supaya kami memperhatikan sabda Anak-Mu.


Bacaan Injil
Luk 11:5-13

“Mintalah, maka kalian akan diberi.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu itu, sesudah mengajar para murid berdoa,
Yesus bersabda kepada mereka,
“Jika di antara kalian
ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat
dan berkata kepadanya, ‘Saudara, pinjamkanlah aku tiga buah roti,
sebab seorang sahabatku dalam perjalanan singgah di rumahku,
dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya;’
masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab,
‘Jangan mengganggu aku;
pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur.
Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu.’

Aku berkata kepadamu:
Sekalipun dia tidak mau bangun
dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya,
namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu,
pasti ia akan bangun dan memberikan apa yang dia diperlukan.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu,
mintalah, maka kamu akan diberi;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, akan menerima;
dan setiap orang yang mencari, akan mendapat,
dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu.
Bapa manakah di antara kalian,
yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti?
Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan?
Atau kalajengking, kalau yang diminta telur?
Jika kalian yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu,
betapa pula Bapamu yang di surga!
Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya.”

Demikianlah sabda Tuhan.


dimanjakan Allah

Renungan Injil
Hari ini kita renungkan relasi kita dengan Allah Bapa kita yang di Surga.
Relasi yang terjalin adalah relasi antara Ayah dan anak,
dan semestinya relasi tersebut merupakan relasi yang intim/akrab
dimana keduanya saling mengasihi satu sama lainnya.
Saya katakan ‘semestinya’ karena bisa saja relasi yang buruk terjadi antara ayah dan anaknya.
Penyebab relasi buruk bisa jadi sang ayah atau anak atau kedua-duanya sama-sama buruk.

Bagaimana relasi kita dengan Allah Bapa kita yang di Surga?
Sama, semesti relasi yang intim/akrab juga terjadi.
Jika tidak terjadi, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah sang anak, sama sekali bukan sang ayah.
Dalam situasi yang wajar atau normal, semestinya yang seperti ini yang terjadi, “Bapa manakah di antara kalian, yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti?  Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan?  Atau kalajengking, kalau yang diminta telur? ”

Saya juga seorang ayah dari empat anak.
Sebagai seorang ayah, saya berusaha memenuhi segala keinginan anak saya.
Sampai-sampai orang menasehati saya, “Jangan memanjakan anak, bisa buruk dampaknya, bisa fatal.”
Macam-macam yang disampaikan sebagai dampaknya: anak tidak mandiri, anak menjadi semakin banyak maunya, anak menjadi egois dan keras kepala dan bahkan pemarah, anak menjadi kurang bertanggung-jawab, dan sebagainya.

Sesungguhnya saya memang memanjakan anak-anak saya.
Menurut kamus, memanjakan itu artinya “memperlakukan dengan kasih sayang”, resikonya memang, anak menjadi manja.
Tetapi kalau kita dapat memilah mana yang merupakan kebutuhan anak dan mana yang termasuk keinginan anak, resiko itu dapat dihindarkan.
Yang merupakan kebutuhan, yang tak dapat diperoleh atas usahanya sendiri, mesti dibantu.
Misalnya kasih sayang itu, iya jelas itu merupakan kebutuhan anak, makanya wajib diberikan oleh orangtuanya.
Sedangkan keinginan, bersifat opsional, dan tetap baik jika dipenuhi.
Anak ingin pandai bermain gitar misalnya, tidaklah salah kalau orangtuanya membelikan sebuah gitar.
Ketika anak saya baru se batas ingin bisa main gitar, saya pun membelikannya gitar murahan sambil berkata, “Nanti, kalau kamu sudah pandai bermain gitar, Papa akan belikan gitar yang bagus supaya kamu  naik panggung lebih pede dan orang-orang menikmati permainan gitarmu dengan lebih baik.”

Bagaimana dengan Bapa kita yang di Surga, yang notabene kita ini adalah anak-anaknya?
Adakah Allah Bapa memanjakan kita?
Yesus jelas mengatakan,
“Oleh karena itu Aku berkata kepadamu,
mintalah, maka kamu akan diberi;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, akan menerima;
dan setiap orang yang mencari, akan mendapat,
dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu. ”

Ini namanya memanjakan secara luarbiasa!
Memanjakan dalam arti memberi kasih-sayang.
Allah Bapa adalah sosok yang sempurna dalam memberikan kasih-sayang.
Lalu, apakah kita akan menjadi manja karena dimanjakan oleh-Nya?
Jika Bapa memanjakan kita lalu berdampak buruk bagi kita, tentulah tidak akan dilakukan oleh-Nya, betul?
Ini persis seperti yang dikatakan oleh Yesus,
“Adakah seorang ayah memberi batu ketika anaknya meminta roti?”
Ah, sayalah saksinya.
Ketika saya meminta roti, Allah Bapa tidak memberi batu, malah memberi hamburger yang lebih dari sekedar roti.
Adakah saya menjadi manja oleh karenanya?


Peringatan Orang Kudus
Santo Daniel dkk, Martir
Penyebaran iman Kristen tidak terlepas dari pengejaran dan penganiayaan terhadap para penyebarnya. Moroko adalah negeri yang banyak juga menumpahkan darah para martir. Pada tahun 1220 tercatat lima orang misionaris dari Ordo Fransiskan – martir-martir perintis pewartaan Injil di Moroko – dibunuh oleh orang-orang Islam Moroko. Tujuh tahun kemudian 6 orang misionaris Fransiskan diutus lagi ke sana untuk mewartakan Injil. Mereka itu ialah Samuel, Angelo, Leo, Domnus, Nicholas dan Hugolino. Mereka berangkat ke Moroko melalui Spanyol. Di Spanyol keenam misionaris itu bergabung dengan Daniel, seorang bruder yang diutus mewakili provinsi Gerejawi Calabria.
Di bawah pimpinan bruder Daniel, keenam misionaris Fransiskan itu tiba di Moroko pada tanggal 20 September 1227. Mereka melanjutkan perjalanan ke Ceuta, sebuah kota perdagangan yang dihuni oleh orang-orang Eropa. Di Ceuta mereka mulai mewartakan Injil di jalan-jalan, terutama di tempat-tempat di mana banyak orang berkumpul. Mereka berhasil mempertobatkan sejumlah besar orang. Timbullah kekacauan di kota itu sehubungan dengan kegiatan mereka. Orang-orang Islam yang tidak puas dengan kegiatan itu, menangkap dan menghadapkan mereka ke depan Kadi (Pembesar kota). Kadi menganggap mereka orang-orang gila karena pakaian mereka sangat kotor dan kepala mereka tidak bertudung. Mereka disiksa dan dihina di muka umum lalu dipenjarakan.
Di dalam penjara Daniel menulis surat kepada orang-orang yang telah menjadi Kristen untuk menguatkan hati mereka sambil menceritakan apa yang sedang terjadi atas diri mereka di dalam penjara. Ia menasehati mereka agar tetap berpegang teguh pada iman Kristen yang telah mereka terima dalam situasi sulit apapun. Sementara itu penyelidikan atas mereka terus dilakukan. Akhirnya diketahui bahwa mereka itu bukanlah orang-orang gila melainkan misionaris-misionaris Kristen yang mau mengkristenkan orang-orang Islam. Karena itu mereka sekali lagi disiksa dan dipaksa supaya mengingkari imannya. Tetapi pendirian mereka tak dapat dilumpuhkan dengan siksaan apa pun. Mereka tetap memaklumkan Kristus dan menyangkal Nabi Muhamad SAW. Akhirnya mereka mati dipenggal. Jenazah mereka dimakamkan di sana oleh umat Kristen setempat. Beberapa lama kemudian jenazah para martir itu dipindahkan ke Spanyol. Mereka dinyatakan sebagai martir oleh Sri Paua Leo X (1513­1521) pada tahun 1516.


Santo Paulinus dari York, Uskup dan Pengaku Iman
Paulinus lahir di Roma sekitar tahun 584. Pada tahun 601, ia bersama beberapa orang rekannya diutus oleh Sri Paus Gregorius I untuk mewartakan Injil di Inggris, di kalangan suku bangsa Anglo Saxon, warga Kerajaan Northumbria. Setelah tiba di Inggris, Paulinus bekerja di Kerajaan Kent sampai tahun 625. Pada tahun itu diselenggarakan perkawinan antara Edwin, raja Northumbria yang masih kafir, dengan Ethelburga, saudari raja Kent yang sudah memeluk agama Kristen. Sehubungan dengan perkawinan itu Paulinus mengajukan kepada Edwin syarat berikut ini: Perkawinan itu tidak boleh membatasi kebebasan Ethelburga, dalam melaksanakan kewajiban agamanya dan Edwin harus melindungi Ethelburga dalam menghayati imannya. Edwin benar-benar tulus dan menerima syarat itu. Paulinus, yang sudah ditahbiskan menjadi Uskup bersedia pindah ke Northumbria untuk mendampingi Ethelburga sebagai penasehat dan pembimbing rohaninya.
Pada awal karyanya di Northumbria, Paulinus perlahan-lahan menanamkan iman Kristen dalam hati orang-orang Northumbria termasuk Edwin sendiri. Edwin kemudian bertobat dan dipermandikan pada tahun 627. Peristiwa ini berdampak besar pada seluruh rakyat Northumbria. Banyak orang yang menjadi Kristen mengikuti contoh Edwin. Tetapi enam tahun kemudian, ketika Kerajaan Northumbria diserang oleh orang-orang kafir dari Kerajaan Mercia, keberhasilan Paulinus dalam mengkristenkan orang-orang Northumbria hancur berantakan. Situasi semakin menjadi kacau setelah Edwin sendiri dibunuh di benteng Hatfield pada tahun 633. Semua karya misioner dihentikan. Paulinus bersama Ethelburga dan dua orang anaknya kembali ke kerajaan Kent yang aman dari segala gangguan. Selanjutnya Paulinus tidak kembali lagi ke Northumbria. Ia kemudian dikirim ke Rochester untuk menduduki takhta keuskupan itu. Di sana pula ia meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 644.


Santo Gregorios Penerang
Gregorios dikenal sebagai rasul Armenia dan pendiri Gereja Armenia. Tempat kelahirannya tidak diketahui jelas tetapi beliau lahir kira-kira pada tahun 257. Ia dijuluki ‘Penerang’ karena membawa terang Injil kepada bangsa Armenia. Gereja menghormatinya sebagai santo pelindung Gereja Armenia.
Menurut tradisi, Gregorios beristeri dan menjadi salah seorang anggota Dewan Pengadilan Raja Tiridates (259-314) di Armenia. Ketika diketahui bahwa Gregorios adalah misionaris Kristen yang giat mewartakan Injil bagi orang-orang Armenia, Tiridates menyiksa dan memenjarakan dia. Tetapi kemudian Tiridates sendiri bertobat dan dipermandikan.
Gregorios kemudian diangkat menjadi uskup di kota tua Ashtishat, yang berdekatan dengan kota Erzincan, Turki. Sebagai pemimpin Gereja Armenia, Gregorius mengutus banyak misionaris ke seluruh negeri dan mendidik putera-putera Armenia untuk menjadi imam. Pada tahun 303 Raja Tiridates menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi di Armenia. Dengan begitu Armenia menjadi negara Kristen pertama di kawasan itu.
Pada hari tuanya, Gergorius menyerahkan keuskupannya kepada anaknya, lalu mengundurkan diri ke dalam biara. Ia meninggal dunia di propinai Taron, Armenia pada tahun 330.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *