Hari Biasa, Pekan Biasa XXIX Selasa, 23 Oktober 2018

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIX

Selasa, 23 Oktober 2018

PF S. Yohanes dari Capestrano, Imam

 


Bacaan Pertama
Ef 2:12-22

“Kristuslah damai sejahtera kita yang mempersatukan kedua belah pihak.”

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara, ingatlah bahwa kalian dahulu tanpa Kristus.
Waktu itu kalian tidak termasuk warga umat Allah
dan tidak mendapat bagian
dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
Waktu itu kalian tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dunia.
Tetapi sekarang dalam Kristus Yesus,
kalian yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat
oleh darah Kristus.

Dialah damai sejahtera kita,
yang mempersatukan kedua belah pihak,
dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu permusuhan.
Sebab dengan wafat-Nya sebagai manusia
Ia telah membatalkan hukum Taurat
dengan segala perintah dan ketentuannya
untuk menciptakan keduanya
menjadi satu manusia baru dalam diri-Nya.
Dengan demikian Ia mengadakan damai sejahtera.
Dalam satu tubuh Ia memperdamaikan keduanya dengan Allah oleh salib
dan mengakhiri permusuhan pada salib itu.

Ia datang dan memberitakan damai sejahtera
kepada kalian yang jauh dan kepada mereka yang dekat.
Sebab oleh Dia kita, kedua pihak,
beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh.

Demikianlah kalian bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah.
Kalian dibangun atas dasar para rasul dan para nabi
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan yang rapi tersusun
menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan.
Di atas Dia pula kalian turut dibangun menjadi kediaman Allah dalam Roh.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 85:9ab-10-14,R:9

Refren: Tuhan hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya.

*Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Allah!
Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai
kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya?
Sungguh, keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-orang takwa,
dan kemuliaan-Nya diam di negeri kita.

*Kasih dan kesetiaan akan bertemu,
keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan.
Kesetiaan akan tumbuh dari bumi,
dan keadilan akan merunduk dari langit.

*Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan,
dan negeri kita akan memberikan hasil.
Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya,
dan damai akan menyusul di belakang-Nya.


Bait Pengantar Injil
Luk 21:36

Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
agar kalian tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.


Bacaan Injil
Luk 12:35-38

“Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.
Hendaklah kalian seperti orang yang menanti-nantikan tuannya
pulang dari pesta nikah,
supaya jika tuannya datang dan mengetuk pintu,
segera dapat dibukakan pintu.

Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang.
Aku berkata kepadamu,
Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya
dan mempersilahkan mereka duduk makan,
dan ia akan datang melayani mereka.
Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari,
dan mendapati mereka berlaku demikian,
maka berbahagialah para hamba itu.”

Demikianlah sabda Tuhan.


menjadi juru pembawa damai

Renungan Injil
Terkesan jelas Rasul Paulus sangat mengagumi Yesus, tercermin dalam tulisannya kepada jemaat di Efesus hari ini.
Rasul Paulus mengangkat dua point penting, yakni tentang Yesus sebagai “juru damai” dan Yesus sebagai “pintu masuk kepada Bapa”.
Kita akan merenungkan salah satu pointnya saja, yakni tentang Yesus sebagai pembawa damai sejahtera.

Telah terjadi perpecahan di antara umat.
Sebagian umat masih bersikukuh dengan hukum Taurat dan sebagian lainnya menolak hukum Taurat, atau mungkin dapat dianalogikan sebagai perpecahan antara kaum Yahudi dan non-Yahudi.
Rasul Paulus secara tegas menuliskan bahwa Yesus telah membatalkan hukum Taurat lalu menyatukannya dengan ajaran-Nya sendiri.
Barangkali tepatnya bukan membatalkan melainkan meleburnya menjadi satu, atau seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri: menggenapinya.

Berdamai itu artinya menghentikan permusuhan untuk berbaikan kembali.
Kedua pihak perlu duduk bersama untuk merundingkan dan mengupayakan kesepakatan baru yang akan melebur perbedaan-perbedaan sehingga dapat bersatu kembali, agar terjadi damai sejahtera.
Diperlukan penyesuaian-penyesuaian dari kedua pihak agar damai sejahtera itu dapat terwujud, yakni penyesuaian yang didasari atas semangat kebersamaan dan toleransi, diikuti oleh tenggang-rasa (kemampuan untuk menghormati dan menghargai perasaan mau pun pendapat orang lain, serta niat yang tulus untuk memaafkan atau mengampuni kesalahan yang telah terjadi di masa lampau.

Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Yesus, marilah kita juga berperan menjadi juru-damai, membawa damai sejahtera bagi kelompok-kelompok yang bertikai, serta memelihara damai sejahtera sebagai tindakan preventif bagi kelompok-kelompok yang tidak sedang bertikai guna mencegah pertikaian sebelum pertikaian itu terjadi (memadamkan api selagi api itu masih kecil).


Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Kapistrano, Pengaku Iman
Yohanes lahir di Kapistrano, Italia Tengah pada tahun 1386. Ayahnya, seorang perwira tinggi yang menetap di Kapistrano sebagai utusan Raja Ladislaos. Sayang sekali bahwa ayahnya bersama duabelas orang saudaranya dibunuh oleh musuh-musuh Raja Ladislaos. Rumah mereka pun dibakar. Hanya ia sendiri yang selamat.
Pada umur 15 tahun ia belajar ilmu hukum di Universitas Perugia. Ia belajar dengan tekun sampai tengah malam karena mau melampui kawan-kawannya dalam berbagai bidang studi. Pada tahun 1409 ia menyelesaikan studinya dengan hasil yang gilang-gemilang. Selama beberapa tahun ia menjabat sebagai hakim di Kantor Pengadilan kota Perugia dan kemudian menjadi gubernur kota itu pada tahun 1412. Ia sangat dermawan kepada para pengemis. Namun tetap menaruh dendam kepada para pembunuh ayah dan saudara-saudaranya.
Selama 15 tahun ia tidak pernah berkomuni, meskipun selalu mengakukan dosa-dosanya. Pada tahun 1415, ia meringkuk di dalam penjara sebagai tawanan perang. Dalam percobaannya untuk meloloskan diri dari tahanan itu, ia jatuh dan patah kakinya. Pada hari ketiga di dalam penjara, ia mengalami suatu penglihatan ajaib: Ia melihat seorang imam Fransiskan yang diliputi cahaya surgawi mendatanginya. Yohanes takut tetapi serta merta ia berkata: “Aku tidak mau menjadi imam, apalagi menjadi biarawan.” Delapan hari kemudian ia mengalami lagi penglihatan ajaib itu di dalam sel tahanannya. Tetapi ia tetap berpendirian keras sehingga ditegur keras oleh seseorang yang ada di dalam cahaya ajaib itu. Maka akhirnya ia berkata: “Ya, saya rela melakukan apa yang dikehendaki Tuhan dari padaku.” Untuk membebaskan dia dari tahan itu, ia harus ditebus dengan bayaran yang mahal.
Kini ia menjadi seorang yang ditangkap Tuhan dan rela melakukan apa saja yang diminta Tuhan dari padanya. Ia rela meninggalkan segala­galanya termasuk isterinya yang belum pernah digaulinya dan masuk biara Fransiskan pada umur 30. Dalam masa novisiatnya, Yohanes belajar teologi dan menghayati suatu cara hidup yang keras. Ia banyak dicobai dan dilatih hidup dengan disiplin yang amat keras. Akhirnya dia ditahbiskan menjadi imam dalam ordo Fransiskan.
la menjadi seorang pengkotbah keliling Eropa yang sangat berhasil. Doa yang tekun dan tapa yang keras menjadi dasar kerasulannya. Ia selalu berjalan tanpa alas kaki, kendatipun jalan-jalan tertutup es dan salju. Makannya hanya sekali sehari. Dengan kotbah-kotbahnya yang menarik dan menyentuh hati umat, ia berhasil mentobatkan ribuan orang selama 40 tahun berkarya di seluruh Eropa. Di Austria 12.000 orang heretik dibawanya kembali ke pangkuan Ibu Gereja. Karena itu para penganut ajaran sesat berusaha membunuhnya meskipun selalu gagal karena ia selalu dilindungi Allah secara ajaib. Bersama dengan Santo Bernardinus dari Siena ia berusaha membaharui Ordo Fransiskan, mempersatukan kelompok-kelompok yang bertentangan di dalam Ordo Fransiskan, dan memajukan devosi kepada Nama Suci Yesus Kristus. Dengan devosi itu lahirlah kembali semangat iman umat.
Yohanes menarik begitu banyak orang dengan gaya pewartaannya yang begitu menarik, dan berhasil mentobatkan banyak orang. Ketika Kaisar Frederik III (1440-1493) meminta bantuan kepada Paus Nikolas V (1447-1455) untuk melawan kaum Hussites dan sekte-sekte sesat lainnya, Yohanes-lah yang ditunjuk dan diutus ke Vienna pada tahun 1451 sebagai Inkuisitor Jenderal. Pada tahun 1456 sementara berada di Hungaria, ia melancarkan pewartaan melawan bangsa Turki dan membantu pasukan dalam memukul mundur pasukan Turki di Belgrade. Yohanes meninggal dunia di Villach, Austria pada tanggal 23 Oktober 1456 dan dinyatakan ‘kudus’ pada tahun 1724.


Suster-suster Ursulin dari Valenciennes, Martir
Pada tahun-tahun awal Revolusi Prancis, Suster-suster Ursulin di biara Valenciennea, Prancis diancam dengan berbagai macam hukuman. Tercatat sebelas orang Suster di biara itu. Karena situasi semakin gawat mereka mengungsi ke Mons, Belgia untuk mencari perlindungan di sana. Pada tahun 1793 mereka kembali lagi ke Valenciennes ketika orang-orang Austria menjarahi biara mereka. Di sanalah mereka ditangkap oleh tentara-tentara Prancis dan dipenjarakan pada bulan September 1794.
Pada tanggal 22 Oktober tahun itu sebelas Suster Ursulin itu termasuk pemimpinnya Ibu Pailot dipaksa bersumpah taat pada Undang-Undang Revolusi dan dipaksa menyangkali ajaran iman Katolik. Tetapi suster-suster itu dengan tegas menolak mengangkat sumpah yang bertentangan dengan hati nurani mereka. Mereka juga dengan tegas menolak menghilangkan ciri kekristenan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan anak-anak. Oleh karena itu mereka diadili dan dijatuhi hukuman mati. Pada hari pelaksanaan hukuman mati itu, mereka maju ke tempat pembantaian yang sudah disediakan sambil memadahkan lagu ‘Magnifikat’ dan ‘Te Deum’. Mereka dibunuh oleh kaki tangan pemerintah yang anti-Gereja di Valenciennes, Prancis.
Pada tahun 1920, Sri Paus Benediktus XV (1914-1922) menggelari kesebelas suster itu sebagai ‘beata’ dengan julukan bersama ‘Sebelas Martir Ursulin’.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *