Hari Biasa, Pekan Biasa IV Selasa, 1 Februari 2022

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Selasa, 1 Februari 2022

Ujud Gereja Universal – Para biarawati dan perempuan hidup bakti.
Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterimakasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.

Ujud Gereja Indonesia – Kesinambungan pengolahan sampah plastik.
Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.


Bacaan Pertama
2Sam 18:9-10.14b.24-25a.30-19:3

“Daud meratapi kematian Absalom.”

Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel:

Waktu melarikan diri, Absalom bertemu dengan anak buah Daud.
Saat itu Absalom sedang memacu bagalnya.
Ketika bagal itu lewat
di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar,
tersangkutlah kepala Absalom pada pohon tarbantin itu,
sehingga ia tergantung antara langit dan bumi,
sedang bagal yang ditungganginya berlari terus.
Seseorang melihatnya, lalu memberitahu Yoab, katanya,
“Aku melihat Absalom tergantung pada pohon tarbantin.”
Lalu Yoab mengambil tiga lembing dalam tangannya
dan ditikamkannya ke dada Absalom!

Waktu itu Daud sedang duduk di antara kedua pintu gerbang
sementara penjaga naik ke sotoh pintu gerbang itu, di atas tembok.
Ketika ia melayangkan pandangnya,
dilihatnyalah orang datang berlari, seorang diri saja.
Berserulah penjaga memberitahu raja.
Lalu raja berkata kepada Ahimaas,
“Pergilah ke samping, berdirilah di situ.”
Ahimaas pergi ke samping dan berdiri di situ.
Kemudian tibalah orang Etiopia itu.
Kata orang Etiopia itu, “Tuanku raja mendapat kabar yang baik,
sebab Tuhan telah memberi keadilan kepadamu pada hari ini!
Tuhan melepaskan Tuanku
dari tangan semua orang yang bangkit menentang Tuanku.”
Tetapi bertanyalah Raja Daud kepada orang Etiopia itu,
“Selamatkah Absalom, orang muda itu?”
Jawab orang Etiopia itu,
“Biarlah seperti orang muda itu musuh Tuanku Raja
dan semua orang yang bangkit menentang Tuanku
untuk berbuat jahat.”
Maka terkejutlah raja!
Dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang lalu menangis.
Dan beginilah perkataannya sambil berjalan,
“Anakku Absalom, anakku!
Ah, anakku Absalom,
sekiranya aku boleh mati menggantikan engkau!
Absalom, Absalom, anakku!”

Lalu diberitahukan oranglah kepada Yoab,
“Ketahuilah, raja menangis dan berkabung karena Absalom.”
Pada hari itulah
kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh tentara,
sebab pada hari itu tentara mendengar orang berkata,
“Raja bersusah hati karena anaknya.”
Maka pada hari itu tentara Israel masuk kota dengan diam-diam
seperti tentara
yang kena malu karena melarikan diri dari pertempuran.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 86:1-2.3-4.5-6,R:1a

Refren: Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, dan jawablah aku.

*Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, jawablah aku,
sebab sengsara dan miskin aku.
Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi,
selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu.

*Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku,
sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.
Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita,
sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.

*Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni,
kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.
Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan,
dan perhatikanlah suara permohonanku.


Bait Pengantar Injil
Mat 8:17

Yesus memikul kelemahan kita,
dan menanggung penyakit kita.


Bacaan Injil
Mrk 5:21-43

“Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu,
datanglah orang banyak berbondong-bondong
lalu mengerumuni Dia.
Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau.
Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus.
Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya.
Dengan sangat ia memohon kepada-Nya,
“Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati.
Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya,
supaya ia selamat dan tetap hidup.”
Lalu pergilah Yesus dengan orang itu.
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia
dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan
yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib,
sampai habislah semua yang ada padanya;
namun sama sekali tidak ada faedahnya,
malah sebaliknya: keadaannya makin memburuk.
Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus.
Maka di tengah-tengah orang banyak itu
ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
Sebab katanya, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya
dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu.

Pada ketika itu juga Yesus mengetahui,
bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya,
lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya,
“Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
Murid-murid-Nya menjawab,
“Engkau melihat sendiri
bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu!
Bagaimana mungkin Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?”
Lalu Yesus memandang sekeliling-Nya
untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
Maka perempuan tadi menjadi takut dan gemetar
sejak ia mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.
Maka ia tampil dan tersungkur di depan Yesus.
Dengan tulus ia memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus.
Maka kata Yesus kepada perempuan itu,
“Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.
Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara
datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata,
“Anakmu sudah mati!
Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?”
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka
dan berkata kepada kepala rumah ibadat,
“Jangan takut, percaya saja!”
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta,
kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Dan tibalah mereka di rumah kepala rumah ibadat,
dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut,
menangis dan meratap dengan suara nyaring.
Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu,
“Mengapa kamu ribut dan menangis?
Anak ini tidak mati, tetapi tidur!”
Tetapi mereka menertawakan Dia.

Maka Yesus menyuruh  semua orang itu keluar.
Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu,
dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus
masuk ke dalam kamar anak itu.
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya, “Talita kum,”
yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan,
sebab umurnya sudah dua belas tahun.
Semua orang yang hadir sangat takjub.
Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka,
supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu,
lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Demikianlah sabda Tuhan.


berdoa

Renungan Injil
Yairus, kepala rumah ibadat, tersungkur di depan kaki Yesus sambil memohon kesembuhan untuk anak perempuannya yang sakit parah.
Lalu Yesus memutuskan untuk datang ke rumah Yairus
Ketika Yairus menerima kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia, tentu pupuslah harapannya mendapat pertolongan dari Yesus.
Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Jangan takut, percaya saja!”
Ya, memang seharusnya kita percaya bahwa tak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Cukup dengan memegang tangan anak itu sambil berkata, “Talita kum” Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus.

Sekarang yang menjadi pertanyaan: bagaimana seandainya Yesus dan rombongan tidak menyeberang danau ke daerah dimana Yairus tinggal, apakah Yairus tetap mendapat pertolongan bagi anaknya itu?
Atau bagaimana kalau Yesus menolak permohonan Yairus?

Dalam urusan pertolongan Tuhan ini, saya meyakini bahwa wajib ada inisiasi awal dari kita, terlebih kalau kita berharap terjadinya mujizat dari Tuhan.
Yairus melakukan inisiasinya, yakni datang kepada Yesus dan tersungkur di kaki Yesus, ini baik tetapi lebih bersifat ritual, ada yang lebih penting yakni iman Yairus yang tanpa keragu-raguan itu, “Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”
Yairus mengundang Yesus datang ke rumahnya untuk menumpangkan tangan di atas anak perempuannya itu, dan ia yakin anaknya akan sembuh oleh pertolongan Yesus.

Inisiasi ini jelas dapat melewati waktu dan tempat, seperti yang dialami oleh Yairus, ketika sampai di rumah anaknya telah meninggal dunia, sepertinya terlambat sudah padahal tidak karena pertolongan Tuhan tidak terhalang oleh waktu dan tempat.
Lihat saja perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan itu.
Habis sudah hartanya untuk membeli yang namanya sembuh, tapi tetap tak berhasil didapatkannya, malah keadaannya semakin memburuk.
Perempuan itu melakukan inisiasi, ia berusaha mendekati Yesus padahal tidak mudah sebab banyak orang berbondong-bondong mengerumuni Yesus.
Tapi perempuan itu tidak menyerah sebab ia percaya, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Walau pun sampai habis hartanya ia tidak berhasil sembuh, jangankan ditolong oleh Yesus, jubah-Nya saja sudah lebih dari cukup untuk menyembuhkan aku, barangkali itu yang ada di benak perempuan itu.
Ini sungguh iman yang luarbiasa, yang mampu menggerakkan tenaga ilahi keluar dari diri Yesus.
Sambil berpaling di tengah orang banyak Yesus bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”

Tuhan mau kita turut bekerjasama dalam karya Allah di dunia ini, yakni dengan memberikan inisiasi sebagai kontribusi kita.
Jika tidak demikian kehendak Allah, lalu untuk apa Tuhan bersusah-susah turun ke dunia dan menjadi manssia?  Bukankah cukup dengan berkata-kata saja dari Surga maka apa pun yang diinginkan-Nya akan terjadi?
Oleh sebab itulah kita tidak bisa “terima beres”, justru kitalah yang mesti mengawali permohonan kita dengan melakukan inisiasi.


Peringatan Orang Kudus
Santa Brigida, biarawati
Brigida lahir di Umeras, Kildare, Irlandia pada tahun 453.  Ayahnya, Dubthach, adalah seorang pangeran yang masih kafir.  Sedangkan ibunya, Borcessa adalah seorang budak belian yang sudah menganut agama Kristen.  Brigida dibesarkan dan dididik menjadi seorang Kristen.  Setelah dewasa, ia bercita-cita menjadi biarawati.  Namun keinginannya ini mendapat banyak rintangan.  Pertama-tama karena pada waktu itu belum ada biara khusus untuk para wanita.  Lagi pula wanita budak belian dan anak-anaknya tidak mempunyai hak apa pun bahkan sering kali mereka tidak diperkenankan mengikuti ibadat.
Meskipun demikian, keinginannya tidak terpatahkan oleh rintangan-rintangan tersebut.  Ia berusaha mendirikan sebuah biara khusus untuk para wanita di Kildare.  Ia berhasil membujuk ayahnya untuk memberinya status sebagai wanita bebas (bukan lagi budak).  Ternyata ia menjadi seorang biarawati yang luar biasa.  Ia bersemangat tinggi dan rajin dalam karyanya, kuat ingatannya, ramah dan trampil.  Ia dapat bergaul dengan siapa saja dan siap menolong orang-orang yang datang kepadanya, bahkan menerima mereka di dalam biaranya.  Dengan demikian dia tidak lagi hidup sendirian di dalam biara.  Ia memusatkan perhatiannya pada para penderita kusta dan budak belian.
Kecuali itu, ia juga memulai usaha di bidang pendidikan.  Conleth, seorang imam, dipercayakan memimpin sekolahnya di Kildare.  Sekolah ini semenjak awal menjadi terkenal sebagai sebuah sekolah ketrampilan.  Di kemudian hari, setelah Brigida wafat pada tahun 523, sekolah ini dibagi menjadi dua, yang satu untuk pria dan yang lain untuk wanita.  Hal ini menampakkan suatu keistimewaan pada saat itu.
Penghormatan kepada Santa Brigida masih berlangsung hingga sekarang.  Di Irlandia, Brigida dikenal sebagai salah satu Orang Kudus terkenal selain Santo Patrik dan Columba.  Ia dihormati sebagai pelindung Negara Irlandia, dan tokoh teladan bagi para petani, artis dan pelajar.

Santo Severus, Uskup
Severus dikenal sebagai seorang penenun kain di Ravenna, Italia pada abad ke-4.  Ia beranak-istri dan menjabat sebagai diakon.  Sewaktu ia menghadiri pemilihan uskup baru, sekonyong-konyong seekor burung merpati hinggap di atas kepalanya.  Dan secara aklamasi umat memilihnya menjadi uskup.  Mayatnya dan mayat istrerinya, Santa Vinsensia dan anaknya, santo Inosensius dicuri pada tahun 836 dan dibawa ke Mainz, Jerman.

Diambil dari:
https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/

Leave a Reply

*

captcha *