Kamis, 05 November 2015
Kamis Pekan Biasa XXXI
05 November 2015
___________________________________________________
Bacaan Pertama
Rom 14:7-12
“Entah hidup, entah mati, kita tetap milik Tuhan.”
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara,
tiada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri,
dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri.
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan,
dan jika kita mati, kita mati bagi Tuhan.
Jadi entah kita hidup entah mati, kita tetap milik Tuhan.
Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali,
supaya Ia menjadi Tuhan,
baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.
Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu?
Atau mengapa engkau menghina saudaramu?
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.
Sebab dalam Kitab Suci tertulis,
“Demi Aku hidup,” demikianlah sabda Tuhan,
“semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku
dan semua orang akan memuliakan Allah.”
Demikianlah masing-masing di antara kita
akan memberi pertanggungan-jawaban kepada Allah
tentang dirinya sendiri.
Demikianlah sabda Tuhan.
___________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 27:1.4.13-14,R:1a
Refren: Tuhan adalah terang dan keselamatanku.
*Tuhan adalah terang dan keselamatanku,
kepada siapakah aku harus takut?
Tuhan adalah benteng hidupku,
terhadap siapakah aku harus gentar?
*Satu hal telah kuminta kepada Tuhan,
saatu inilah yang kuingini:
diam di rumah Tuhan seumur hidupku,
menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
*Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan
di negeri orang-orang yang hidup!
Nantikanlah Tuhan!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!
Ya, nantikanlah Tuhan!
___________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Mat 11:28
Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat.
Aku akan memberi kelegaan kepada kalian.
___________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 15:1-10
“Akan ada sukacita di Surga karena satu orang berdosa yang bertobat.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa
biasanya datang kepada Yesus
untuk mendengarkan Dia.
Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya,
“Orang ini menerima orang-orang berdosa
dan makan bersama dengan mereka.”
Maka Yesus menyampaikan perumpamaan berikut kepada mereka,
“Siapakah di antaramu
yang mempunyai seratus ekor domba lalu kehilangan seekor,
tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun
dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Dan kalau telah menemukannya,
ia lalu meletakkannya di atas bahu dengan gembira.
Setibanya di rumah
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya
serta berkata,
‘Bersukacitalah bersama aku,
sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.’
Aku berkata kepadamu,
demikian juga akan ada sukacita di surga
karena satu orang berdosa yang bertobat,
lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan.
Atau wanita manakah yang mempunyai sepuluh dirham,
lalu kehilangan satu di antaranya,
tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah
serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
Dan kalau telah menemukannya,
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata,
‘Bersukacitalah bersama aku,
sebab dirhamku yang hilang telah kutemukan.’
Aku berkata kepadamu,
demikian juga akan ada sukacita pada malaikat Allah
karena satu orang berdosa yang bertobat.”
Demikianlah sabda Tuhan.
___________________________________________________
Renungan Injil
Ada perasaan tak enak hati kalau sering-sering mengkritisi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu.
Ada saja ulah mereka untuk “mengganggu” Yesus.
Mereka senang mencari-cari “selumbar” di mata orang, padahal balok di mata sendiri tak dilihatnya.
Menjadi tak enak hati karena saya pun bisa jadi tak berbeda dari mereka, senang mengkritisi mereka tapi mengabaikan balok di mata saya sendiri.
Lalu mengapa Yesus melakukan kritikan kepada mereka?
Jangankan balok, selumbar pun tak ada di mata Yesus, dan kita tahu bahwa Yesus menghendaki kita menjadi sempurna, artinya tak ada lagi kekurangannya.
Baiklah kita mengkritisi diri kita sendiri terlebih dahulu, sebelum mengkritisi orang lain.
Perbuatan dosa adalah penghalang besar relasi kita dengan Bapa di Surga, tetapi ketika telah terjadi pertobatan, maka perbuatan itu menjadi sepele sehingga tak lagi diperhitungkan oleh Bapa di Surga.
Pertobatan telah menggantikan kewajiban kita terhadap pelanggaran perintah Tuhan.
Begitulah Tuhan itu murah hati.
Perbuatan dosa diibaratkan seperti anak domba yang hilang atau seperti sebuah uang dirham yang hilang.
Yang hilang ini perlu dicari, sampai ketemu, maka ada sukacita setelah menemukannya.
Anak domba yang tersesat itu tak tahu jalan pulang, begitu pula uang dirham yang hilang itu, tak dapat melompat sendiri masuk ke dalam dompet.
Selalu ada sebab mengapa anak domba yang tersesat itu bisa pulang, dan selalu ada pertolongan yang membimbingnya kembali ke kandang.
Dan bahkan, kesempatan pulang itu terbuka berkali-kali dan datang susul menyusul, sampai saatnya kita meninggal dunia, maka tak ada lagi kesempatan itu.
Tak menjadi masalah, di kesempatan yang keberapa akhirnya kita tiba kembali ke kandang, sungguh tak masalah, mau bertobatnya sekarang atau nanti sama saja.
Tetapi kita tak pernah tahu, dan tak akan pernah tahu, kapan kesempatan terakhir itu akan datang.
Sungguh-sungguh akan menjadi masalah besar kalau kesempatan itu sudah tak lagi ada dan kita masih belum bertobat juga.
Oleh karenanya, jangan ambil resiko, bertobatlah sesegera mungkin, selagi masih ada waktu.
___________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santa dan Santo Elisabeth dan Zakarias
Cerita perihal kehidupan Elisabeth dan Zakarias dan peranan mereka yang istimewa di dalam sejarah keselamatan Allah, hanya kita ketahui sedikit dari Injil terutama Injil Lukas bab 1:5-80.
Elisabeth adalah isteri Zakarias – seorang imam Israel dari kelompok Abia (1Taw 24:10, Luk 1:5) – dan ibu kandung Santo Yohanes Pemandi. Keduanya berasal dari keturunan Harun (ay. 5) dan hidup pada masa pemerintahan Herodes di wilayah Yudea. Di hadapan Tuhan, mereka hidup saleh dan benar, tanpa cela menghayati dan melaksanakan hukum Musa. Namun sayang Mereka tidak dikaruniai anak sampai umur tuanya. Dari sudut pandang Yahudi, hal ini merupakan aib bagi mereka, namun inilah rahasia Tuhan di luar batas pemahaman manusia. Karena melalui mereka Tuhan kemudian menunjukkan secara lebih tandas kuasaNya atas hidup manusia. Melalui mereka Tuhan mau melaksanakan rencana keselamatanNya atas manusia yang akan dijalankan sendiri oleh Putera-Nya. Ternyata dari kedua orang kudus ini Tuhan mengaruniakan seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, pendahulu Yesus, Sang Mesias.
Injil menceritakan bahwa Elisabeth adalah sanak Santa Maria, Bunda Yesus, namun hubungan itu tidak diketahui secara jelas dan pasti, (ay 36). Hubungannya dengan Maria, Ibu Yesus diceritakan di dalam kisah kunjungan Maria kepada Elisabeth sebelum kelahiran Yesus (ay. 39).
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info