Senin, 05 Oktober 2015

Senin Pekan Biasa XXVII
05 Oktober 2015

__________________________________________________
Bacaan Pertama
Yun 1:1-17;2:10

“Yunus siap melarikan diri dari hadapan Tuhan.”

Pembacaan dari Nubuat Yunus:

Datanglah sabda Tuhan kepada Yunus bin Amitai demikian,
“Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu,
dan berserulah terhadap mereka,
sebab kejahatannya telah sampai kepada-Ku.”
Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis,
jauh dari hadapan Tuhan.
Ia pergi ke Yafo, dan di sana mendapat sebuah kapal,
yang akan berangkat ke Tarsis.
Ia membayar biaya perjalanannya,
lalu naik kapal itu
untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis,
jauh dari hadapan Tuhan.

Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut,
lalu terjadilah badai besar,
sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.
Awak kapal menjadi takut;
masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya,
dan mereka membuang segala muatan ke dalam laut
untuk meringankan kapal.
Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah,
dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.
Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata,
“Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak?
Bangunlah, berserulah kepada Allahmu,
barangkali Allahmu itu akan mengindahkan kita,
sehingga kita tidak binasa.”
Lalu berkatalah mereka satu sama lain,
“Marilah kita buang undi,
supaya kita tahu, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini.”
Mereka membuang undi, dan Yunuslah yang kena.

Maka berkatalah mereka kepadanya,
“Beritahu kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini.
Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang?
Manakah negerimu dan dari bangsa manakah engkau?”
Sahut Yunus kepada mereka, “Aku ini seorang Ibrani.
Aku takwa pada Tuhan, Allah yang menguasai langit,
yang telah menjadikan laut dan daratan.”

Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya,
“Apa yang telah kauperbuat?”
Sebab orang-orang itu tahu,
bahwa ia telah melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan.
Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.
Bertanyalah mereka, “Akan kami apakan dikau,
supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi?
Sebab laut semakin bergelora.”

Sahut Yunus kepada mereka,
“Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke dalam laut,
maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kalian lagi.
Sebab aku tahu, karena akulah badai besar ini menyerang kalian.”
Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga
untuk membawa kapal itu kembali ke darat,
tetapi mereka tidak sanggup,
sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.

Lalu berserulah mereka kepada Tuhan, katanya,
“Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa
karena nyawa orang ini,
dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami
darah orang yang tidak bersalah,
sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.”

Kemudian mereka mengangkat Yunus
dan mencampakkannya ke dalam laut.
Maka laut berhenti mengamuk.
Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan,
lalu mempersembahkan kurban sembelihan kepada Tuhan
serta mengikrarkan nazar.
Maka atas penentuan Tuhan
datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus.
Dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu
tiga hari tiga malam lamanya.
Lalu bersabdalah Tuhan kepada ikan itu,
dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.

Demikianlah sabda Tuhan.

__________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Yun 2:2-4.7,R:7c

Refren: Engkau mengangkat nyawaku dari dalam liang kubur.

*Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan,
dan Ia menjawab aku.
Dari tengah-tengah-tengah alam maut aku berteriak,
dan Kaudengarkan suaraku.

*Engkau telah melemparkan daku ke tempat yang dalam,
ke pusat lautan,
lalu aku terangkum oleh arus air;
segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.

*Aku berkata, “Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu.
Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?”

*Ketika jiwaku letih lesu dalam diriku,
teringatlah aku kepada Tuhan,
dan sampailah doaku kepada-Mu,
ke dalam bait-Mu yang kudus.

__________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Yoh 13:34

Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan;
yaitu supaya kamu saling mengasihi,
sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

__________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 10:25-37

“Siapakah sesamaku?”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika
seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus,
“Guru, apakah yang harus kulakukan
untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Jawab Yesus kepadanya,
“Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?
Apa yang kaubaca di sana?”
Jawab orang itu,
“Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu,
dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu.
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata Yesus kepadanya,
“Benar jawabmu itu.
Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi,
“Dan siapakah sesamaku manusia?”
Jawab Yesus,
“Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.
Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun
yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi juga memukulnya,
dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati.
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu.
Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu.
Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datanglah ke tempat itu
seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan.
Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,
sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur.
Kemudian
ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri
lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya
ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,
katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini,
aku akan menggantinya waktu aku kembali.’

Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini,
adalah sesama manusia
dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”

Jawab orang itu,
“Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
Yesus berkata kepadanya,
“Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Demikianlah sabda Tuhan.

__________________________________________________
Renungan Injil
Dalam hal bermurah hati, tidaklah pantas menimbang-nimbang berdasarkan suku, agama, ras, golongan atau status sosial.
Kemurahan hati sangat dibutuhkan terutama bagi mereka yang sedang ditimpa kemalangan atau kesusahan.
Yang dimaksud Yesus sebagai “sesama” dalam Injil hari ini adalah orang yang bermurah hati tanpa pandang bulu dan warna kulit itu.
Tapi nanti dulu, “sesama” itu mengandung makna “sama-sama”.
Jika kita mengakui orang sebagai “sesama”, yang artinya orang itu murah hati, maka supaya “sama-sama” kita pun hendaknya murah hati.

Kita semua tahu, bermurah hati itu artinya mudah menaruh iba terhadap kesusahan orang lain, lalu dengan rela membantunya, dan tidak menjadi masalah kalau mesti berkorban, dan semestinya itu dilakukan tanpa pamrih.
Lalu apa yang kita dapat dengan bermurah hati itu?
Lho, kita ini mau bermurah hati atau lagi bernegosiasi karena akan barter?
Bermurah hati itu memberi, bukan menerima.

Lalu kenapa mesti kita lakukan?
Bermurah hati itu bukan kewajiban, yang kalau dilanggar akan menimbulkan dosa.
Tidak bermurah hati juga tidak apa-apa.
Tetapi kita tahu, Yesus menghendaki kita berbuat demikian, yakni bermurah hati tanpa pandang bulu dan warna kulit.
Jika kita ingin melaksanakan kehendak Tuhan, maka bermurah hatilah.
Inilah tandanya kalau kita itu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan an segenap akal budi, yakni melaksanakan apa-apa yang menjadi kehendak Tuhan.

__________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santa Anna Maria Gallo, Pengaku Iman
Anna Maria Gallo lahir pada tahun 1715. Semasa remajanya ia banyak mengalami penderitaan batin karena dipaksa kawin oleh orang­tuanya dengan pemuda pilihan mereka. Anna menolak kemauan orang­tuanya. Ia baik sekali kepada orang-orang miskin dan sakit. Ia mengalami stigmata, yaitu 5 luka suci seperti yang dialami oleh Yesus di kayu salib. Ia meninggal dunia pada tahun 1791.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *