Sabtu,10 Oktober 2015
Sabtu Pekan Biasa XXVII
10 Oktober 2015
___________________________________________________
Bacaan Pertama
Yl 3:12-21
“Ayunkanlah sabit, sebab sudah masaklah tuaian.”
Pembacaan dari Nubuat Yoel:
Hendaklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat,
sebab di sana Aku akan duduk
untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru.
Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian.
Marilah, iriklah, sebab tempat anggur sudah penuh;
tempat-tempat pemerasan sudah berkelimpahan.
Sebab banyaklah kejahatan mereka!
Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan!
Ya, sudah dekatlah hari Tuhan di lembah penentuan!
Matahari dan bulan menjadi gelap,
dan bintang-bintang kehilangan cahayanya.
Tuhan mengaum dari Sion,
dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya,
dan langit serta bumi pun bergoncang.
Tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya,
dan benteng bagi orang Israel.
“Maka kalian akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, adalah Allahmu,
yang tinggal di Sion, gunung-Ku yang kudus.
Dan Yerusalem akan menjadi kudus,
dan orang-orang luar takkan melintasinya lagi.
Pada waktu itu akan terjadi
bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur baru,
bukit-bukit akan mengalirkan susu,
dan segala sungai Yehuda akan mengalirkan air;
mata air akan terbit dari rumah Tuhan
dan akan membasahi lembah Sitim.
Mesir akan menjadi sunyi sepi,
dan Edom akan menjadi padang gurun tandus,
oleh sebab kekerasan terhadap keturunan Yehuda,
oleh karena mereka telah menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tanahnya.
Tetapi Yehuda tetap didiami untuk selama-lamanya,
dan Yerusalem turun-temurun.
Aku akan membalas darah mereka yang belum Kubalas;
Tuhan tetap diam di Sion.”
Demikianlah sabda Tuhan.
___________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 97:1-2.5-6.11-12,R:12a
Refren: Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar.
*Tuhan adalah Raja!
Biarlah bumi bersorak-sorai,
biarlah banyak pulau bersukacita!
*Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan,
di hadapan Tuhan semesta alam.
Langit memberitakan keadilan-Nya
dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
*Terang sudah terbit bagi orang benar,
dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.
Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar,
dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.
___________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Luk 11:28
Berbahagialah yang mendengarkan sabda Tuhan dan memeliharanya.
___________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 11:27-28
“Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau!”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Pada suatu hari,
Ketika Yesus sedang berbicara kepada orang banyak,
berserulah seorang wanita dari antara orang banyak itu,
dan berkata kepada Yesus,
“Berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui Engkau!”
Tetapi Yesus bersabda, “Yang berbahagia ialah
mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
___________________________________________________
Renungan Injil
Bisakah saya merasa berbahagia dengan mendengarkan sabda Allah, apalagi memeliharanya?
Perasaan bahagia akan muncul secara automatis ketika saya berhasil mencapai suatu prestasi yang membanggakan, berkelebihan dalam urusan kesejahteraan finansial, dihormati orang, sehat wal’afiat, dan sebagainya.
Mendengarkan musik yang saya sukai atau menonton film yang bagus, saya bisa merasa senang, merasa terhibur, tapi entahlah, apakah dengan itu saya berbahagia atau tidak.
Kebahagiaan itu merupakan gabungan antara sukacita dan ketenteraman.
Sukacita yang dipicu oleh kemujuran atau keberuntungan, dan ketenteraman karena terbebas dari segala yang menyusahkan.
Apakah saya bisa memperoleh itu semua hanya dengan mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya di dalam hati saya?
Inilah yang saya alami setelah bertahun-tahun mendengarkan sabda Allah setiap hari.
Sesekali saya merasa bosan, jenuh, karena sabda yang sama mesti saya dengarkan berulang-ulang; baru baca judulnya saja sudah terbaang isinya apa.
Sesekali saya merasa ajaran Yesus sudah tidak lagi sesuai dengan keadaan jaman sekarang, terutama ketika membaca ajaran yang sulit diterima oleh akal sehat saya.
Rupanya tidak cukup kalau hanya mendengarkan, melainkan juga saya mesti memeliharanya, mesti melaksanakan menurut yang diajarkan itu, ini malah yang terberat.
Sampai suatu ketika, saya mendapat pencerahan.
Mengapa saya tidak merasa bosan, tiga kali se hari saya makan nasi, tak terhitung banyaknya saya minum air?
Mengapa pula saya mandi setiap hari padahal tahu akan kotor lagi?
Mengapa saya tidak merasa bosan setiap hari menempuh jalanan yang sama menuju tempat kerja?
Iya, ketika berbicara tentang kebutuhan, tak ada lagi yang namanya bosan itu.
Saya butuh makan, butuh mandi, butuh kerja, makanya tak ada bosan-bosannya.
Begitu pula halnya dalam mendengarkan sabda Allah.
Apakah saya membutuhkannya atau tidak?
Apakah mendengarkan sabda Allah itu sama seperti saya mendengarkan musik atau menonton film?
Ya Tuhan, kebutuhan itu sifatnya mandatory, dan bahkan wajib dipenuhi.
Jika tak makan, matilah kita.
Enak tak enak, yang namanya butuh, iya dimakan saja.
Melaksanakan sabda Allah itu lebih banyak tak enaknya karena lebih sering mesti menyangkal diri, tidak jarang mesti munafik meninggalkan hal-hal duniawi padahal pikiran tergoda.
Yang namanya butuh, iya ditelan saja tanpa dikunyah, persis seperti minum obat, rasanya pahit tapi karena butuh iya ditelan saja.
Yesus sendiri telah mengatakan, “Kalau mau mengikuti Aku, ia mesti menyangkal diri dan memikul salibnya.”
Rupanya Tuhan tidak membiarkan saya dalam kebimbangan terus menerus.
Ketika belum makan, ada rasa lapar muncul di benak, semacam alarm untuk mengingatkan saya agar segera makan. Perut pun tak mau lagi diajak kompromi; ia menggeliat dan mengeluarkan bunyi-bunyian.
Rasanya ada yang kurang kalau belum mandi.
Ketika tagihan listrik datang, atau saatnya mesti membayar uang sekolah, dan sebagainya, tahulah saya bahwa saya mesti bekerja lebih giat lagi agar dapat memenuhi semua kewajiban saya itu.
Tuhan membukakan mata dan hati saya.
Dalam urusan makan, Tuhan memberi saya isteri yang ternyata pandai memasak.
Jadi, selain makan adalah kebutuhan, ternyata juga memberi penghiburan berupa rasa lezat itu.
Sehingga saya pun terhindar jauh dari yang namanya bosan makan itu.
Dengan kata lain, bagi saya sekarang, mendengarkan sabda Allah tidak lagi hanya sekedar kebutuhan, melainkan sudah menjadi kerinduan, kurang lebih sama seperti ketika isteri saya mesti keluar kota, saya dan anak-anak merindukan masakannya.
Dan yang membuat saya terkagum-kagum, sekali pun mesti mendengarkan sabda yang sama berulang-ulang, ternyata setiap kali disajikan dengan rasa dan kemasan yang berbeda-beda, dan lebih sering terjadi, ternyata sesuai dengan selera pada waktu mendengarkannya.
Bahan makanannya sama, hari ini digoreng, besok dipanggang, lusa direbus, dan seterusnya, sehingga setiap hari memberi rasa yang berbeda-beda. Telor saja bisa direbus, bisa di ceplok atau didadar kok.
Bacaan Injil hari ini telah berulang kali saya dengarkan, dan hanya Injil Lukas saja yang menuliskannya, tak ada “variasi” dari Injil lainnya.
Setiap kali saya membacanya, setiap kali pula muncul kemasan baru yang membuatnya menjadi “santapan rohani” yang berbeda rasa dan berbeda tampilan.
Dahulu saya dibawa untuk mengenang mendiang ibu kandung saya, pernah pula saya dibawa untuk menjadi seperti Yesus mengerjakan hal-hal yang berguna bagi orang banyak, dan hari ini saya dibawa untuk memahami arti atau makna yang sebenar-benarnya dari kebahagiaan karena mendengarkan sabda Allah itu.
Selamat tinggal kebosanan, selamat jalan kebutuhan, dan selamat datang kerinduan!
___________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Daniel dkk, Martir
Penyebaran iman Kristen tidak terlepas dari pengejaran dan penganiayaan terhadap para penyebarnya. Moroko adalah negeri yang banyak juga menumpahkan darah para martir. Pada tahun 1220 tercatat lima orang misionaris dari Ordo Fransiskan – martir-martir perintis pewartaan Injil di Moroko – dibunuh oleh orang-orang Islam Moroko. Tujuh tahun kemudian 6 orang misionaris Fransiskan diutus lagi ke sana untuk mewartakan Injil. Mereka itu ialah Samuel, Angelo, Leo, Domnus, Nicholas dan Hugolino. Mereka berangkat ke Moroko melalui Spanyol. Di Spanyol keenam misionaris itu bergabung dengan Daniel, seorang bruder yang diutus mewakili provinsi Gerejawi Calabria.
Di bawah pimpinan bruder Daniel, keenam misionaris Fransiskan itu tiba di Moroko pada tanggal 20 September 1227. Mereka melanjutkan perjalanan ke Ceuta, sebuah kota perdagangan yang dihuni oleh orang-orang Eropa. Di Ceuta mereka mulai mewartakan Injil di jalan-jalan, terutama di tempat-tempat di mana banyak orang berkumpul. Mereka berhasil mempertobatkan sejumlah besar orang. Timbullah kekacauan di kota itu sehubungan dengan kegiatan mereka. Orang-orang Islam yang tidak puas dengan kegiatan itu, menangkap dan menghadapkan mereka ke depan Kadi (Pembesar kota). Kadi menganggap mereka orang-orang gila karena pakaian mereka sangat kotor dan kepala mereka tidak bertudung. Mereka disiksa dan dihina di muka umum lalu dipenjarakan.
Di dalam penjara Daniel menulis surat kepada orang-orang yang telah menjadi Kristen untuk menguatkan hati mereka sambil menceritakan apa yang sedang terjadi atas diri mereka di dalam penjara. Ia menasehati mereka agar tetap berpegang teguh pada iman Kristen yang telah mereka terima dalam situasi sulit apapun. Sementara itu penyelidikan atas mereka terus dilakukan. Akhirnya diketahui bahwa mereka itu bukanlah orang-orang gila melainkan misionaris-misionaris Kristen yang mau mengkristenkan orang-orang Islam. Karena itu mereka sekali lagi disiksa dan dipaksa supaya mengingkari imannya. Tetapi pendirian mereka tak dapat dilumpuhkan dengan siksaan apa pun. Mereka tetap memaklumkan Kristus dan menyangkal Nabi Muhamad SAW. Akhirnya mereka mati dipenggal. Jenazah mereka dimakamkan di sana oleh umat Kristen setempat. Beberapa lama kemudian jenazah para martir itu dipindahkan ke Spanyol. Mereka dinyatakan sebagai martir oleh Sri Paua Leo X (15131521) pada tahun 1516.
___________________________________________________
Santo Paulinus dari York, Uskup dan Pengaku Iman
Paulinus lahir di Roma sekitar tahun 584. Pada tahun 601, ia bersama beberapa orang rekannya diutus oleh Sri Paus Gregorius I untuk mewartakan Injil di Inggris, di kalangan suku bangsa Anglo Saxon, warga Kerajaan Northumbria. Setelah tiba di Inggris, Paulinus bekerja di Kerajaan Kent sampai tahun 625. Pada tahun itu diselenggarakan perkawinan antara Edwin, raja Northumbria yang masih kafir, dengan Ethelburga, saudari raja Kent yang sudah memeluk agama Kristen. Sehubungan dengan perkawinan itu Paulinus mengajukan kepada Edwin syarat berikut ini: Perkawinan itu tidak boleh membatasi kebebasan Ethelburga, dalam melaksanakan kewajiban agamanya dan Edwin harus melindungi Ethelburga dalam menghayati imannya. Edwin benar-benar tulus dan menerima syarat itu. Paulinus, yang sudah ditahbiskan menjadi Uskup bersedia pindah ke Northumbria untuk mendampingi Ethelburga sebagai penasehat dan pembimbing rohaninya.
Pada awal karyanya di Northumbria, Paulinus perlahan-lahan menanamkan iman Kristen dalam hati orang-orang Northumbria termasuk Edwin sendiri. Edwin kemudian bertobat dan dipermandikan pada tahun 627. Peristiwa ini berdampak besar pada seluruh rakyat Northumbria. Banyak orang yang menjadi Kristen mengikuti contoh Edwin. Tetapi enam tahun kemudian, ketika Kerajaan Northumbria diserang oleh orang-orang kafir dari Kerajaan Mercia, keberhasilan Paulinus dalam mengkristenkan orang-orang Northumbria hancur berantakan. Situasi semakin menjadi kacau setelah Edwin sendiri dibunuh di benteng Hatfield pada tahun 633. Semua karya misioner dihentikan. Paulinus bersama Ethelburga dan dua orang anaknya kembali ke kerajaan Kent yang aman dari segala gangguan. Selanjutnya Paulinus tidak kembali lagi ke Northumbria. Ia kemudian dikirim ke Rochester untuk menduduki takhta keuskupan itu. Di sana pula ia meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 644.
___________________________________________________
Santo Gregorios Penerang
Gregorios dikenal sebagai rasul Armenia dan pendiri Gereja Armenia. Tempat kelahirannya tidak diketahui jelas tetapi beliau lahir kira-kira pada tahun 257. Ia dijuluki ‘Penerang’ karena membawa terang Injil kepada bangsa Armenia. Gereja menghormatinya sebagai santo pelindung Gereja Armenia.
Menurut tradisi, Gregorios beristeri dan menjadi salah seorang anggota Dewan Pengadilan Raja Tiridates (259-314) di Armenia. Ketika diketahui bahwa Gregorios adalah misionaris Kristen yang giat mewartakan Injil bagi orang-orang Armenia, Tiridates menyiksa dan memenjarakan dia. Tetapi kemudian Tiridates sendiri bertobat dan dipermandikan.
Gregorios kemudian diangkat menjadi uskup di kota tua Ashtishat, yang berdekatan dengan kota Erzincan, Turki. Sebagai pemimpin Gereja Armenia, Gregorius mengutus banyak misionaris ke seluruh negeri dan mendidik putera-putera Armenia untuk menjadi imam. Pada tahun 303 Raja Tiridates menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi di Armenia. Dengan begitu Armenia menjadi negara Kristen pertama di kawasan itu.
Pada hari tuanya, Gergorius menyerahkan keuskupannya kepada anaknya, lalu mengundurkan diri ke dalam biara. Ia meninggal dunia di propinai Taron, Armenia pada tahun 330.
Diambil dari
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info