Rabu Pekan Biasa XXV 21 September 2016
Rabu Pekan Biasa XXV
21 September 2016
Pesta S. Matius, Rasul dan Pengarang Injil
Bacaan Pertama
Ef 4:1-7.11-13
“Ada yang dianugerahi menjadi rasul,
ada yang menjadi pewarta Injil.”
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus
kepada Jemaat di Efesus:
Saudara-saudara,
aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasehati kamu,
supaya sebagai orang-orang yang telah dipanggil,
kamu hidup sepadan dengan panggilan itu.
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu.
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh
dalam ikatan damai sejahtera:
Satu tubuh dan satu Roh,
sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan
yang terkandung dalam panggilanmu;
satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
satu Allah dan Bapa dari semua,
yang di atas semua, menyertai semua dan menjiwai semua.
Akan tetapi kepada kita masing-masing
telah dianugerahkan kasih karunia
menurut ukuran pemberian Kristus.
Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi,
baik pemberita Injil, gembala umat, maupun pengajar;
semuanya itu untuk memperlengkapi orang-orang kudus
bagi tugas pelayanan demi pembangunan tubuh Kristus.
Dengan demikian akhirnya kita semua mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan
yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a
Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.
*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.
*Meskpun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.
Bait Pengantar Injil
Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan.
Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.
Bacaan Injil
Mat 9:9-13
“Berdirilah Matius, lalu mengikuti Yesus.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Pada suatu hari,
Yesus melihat seorang yang bernama Matius
duduk di rumah cukai.
Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!”
Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia.
Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius,
datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa,
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi
kepada murid-murid Yesus,
“Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata,
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
melainkan orang sakit.
Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini:
Yang Kukehendaki ialah belas-kasihan dan bukan persembahan,
karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Hari ini adalah pesta Santo Matius, salah satu rasul Yesus yang berperan penting sebagai penulis Injil.
(Saya kurang setuju dengan istilah “Pengarang Injil”, terkesan kalau Injil itu hanyalah “karangan”, maka saya menggunakan istilah “Penulis Injil”, bukan sesuatu yang dikarang-karang.)
Marilah kita renungkan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus sebagaimana yang dikutip pada Bacaan Pertama, mengacu kepada nasehat yang ditulis oleh Paulus, “Sebagai orang-orang yang telah dipanggil, hendaknya kamu hidup sepadan dengan panggilan itu.”
Ya, kita semua adalah orang-oang yang telah dipanggil oleh Yesus.
Sekali pun masing-masing dari kita dipanggil-Nya dengan cara yang berbeda-beda dan dalam waktu yang juga berbeda-beda, tetapi kita semua disatukan dalam ikatan damai sejahtera menjadi satu tubuh, satu roh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa.
Dengan cara yang berbeda tidak serta merta menunjukkan perbedaan atau klasifikasi.
Dipanggil langsung oleh Yesus seperti yang dialami Santo Matius tidak berarti kalau ia “lebih dipanggil” ketimbang kita, yang sebagian besar dipanggil tidak secara langsung oleh Yesus, melainkan melalui perantaraan orangtua kita atau pun orang lain.
Tidaklah berarti Yesus “serius” memanggil Matius sementara Yesus “asal panggil” kita, menoleh syukur – tak merespon juga tidak apa-apa.
Yesus memanggil kita sama serius-nya ketika Yesus memanggil Matius.
Yesus tidak memanggil “domba-domba-Nya” secara masal, tidak broadcast melalui media sosial, melainkan secara personal dan eksklusif, orang per orang, karena Yesus mengenali domba-domba-Nya; “Yesus memanggil domba-domba-Nya masing-masing menurut namanya.”
Yang berbeda adalah kasih karunia yang dianugerahkan oleh Yesus.
Ini memang berbeda-beda menurut ukuran pemberian Yesus, karena Yesus tidak sedang membagikan beras ransum yang ukurannya sama bagi setiap orang.
Ada yang dipanggil-Nya menjadi pastor atau suster, ada pula yang dipanggil-Nya menjadi penjaga pintu lintasan kereta api.
Nampak berbeda padahal sama saja, penjaga pintu kereta juga panggilan untuk menyelamatkan banyak nyawa manusia.
Kalau sekali saja ia lalai tidak menjalankan tugasnya menutup pintu kereta, bayangkan saja apa yang akan terjadi.
Apa iya, dan apa pantas, sebagai koster lalu merasa menerima karunia lebih sedikit dibandingkan pastor?
Apa iya pastor merasa menerima lebih sedikit dibandingkan uskup, lalu uskup merasa lebih sedikit dibandingkan paus?
Marilah kita kembali kepada nasehat Rasul Paulus, “Sebagai orang-orang yang telah dipanggil, hendaknya kamu hidup sepadan dengan panggilan itu.” karena karunia pun dilimpahkan kepada kita seturut panggilan Yesus itu.
Jangan jadi pastor kalau di hati niatnya mau kawin melulu.
Sebaliknya, orang awam janganlah bertingkah melebihi klerus.
Wong sudah diatur kalau perayaan Ekaristi hanya dapat dipimpin oleh imam, masak mau protes?
Itu semua tidak sesuai dengan panggilan dan tidak hidup sepadan dengan panggilannya.
Tidak ada karunia besar atau kecil, tidak ada panggilan serius atau asal-asalan, iman yang sama yang diperlukan oleh siapa saja dalam menjalani hidup, baptisan yang sama entah nantinya jadi imam atau awam, tetapi hidup yang sepadan dengan panggilan masing-masing, itulah yang dikehendaki oleh Bapa kita yang di Surga.
Peringatan Orang Kudus
Santo Mateus, Rasul dan Pengarang Injil
Murid-murid Yesus berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan pekerjaan dan gaya hidup masing-masing: rakyat jelata dan pegawai, miskin dan kaya, nelayan dan pemungut cukai. Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Mateus, Rasul dan Pengarang Injil. Ayahnya bernama Alpheus. Ia sendiri pun disebut juga Levi. Mateus dikenal luas sebagai pemungut cukai di kota Kapernaum, daerah Galilea. Di kalangan masyarakat Yahudi, terutama para pemimpinnya, jabatan pemungut cukai dipandang sebagai jabatan kotor. Para pemungut cukai dipandang sebagai pendosa, yang dapat disejajarkan dengan pembunuh, perampok, penjahat, pelacur dll. Alasannya ialah mereka itu adalah sahabat dan kaki-tangan Romawi, bangsa kafir yang menjajah mereka. Meskipun tuduhan itu tidak seluruhnya benar, namun Mateus jelas digolongkan dalam kelompok yang tak terhormat ini. Apa boleh buat karena itulah pandangan umum masyarakat Yahudi.
Segera terlihat bahwa Mateus masih berharga di mata Tuhan. Yesus memanggil dia: “Ikutilah Aku!” Panggilan ini menunjukkan bahwa bagi Yesus, Mateus masih memiliki titik-titik kebaikan yang dapat diandalkan. Peristiwa panggilan Mateus sempat mencengangkan banyak orang: “Bagaimana mungkin Yesus memanggil dan memilih seorang pendosa menjadi muridNya?” Ketika Mateus mengadakan perjamuan besar di rumahnya bagi Yesus dan murid-muridNya, banyak pemungut cukai hadir juga. Kaum Farisi dan orang-orang lain yang tidak menyukai Yesus semakin membenci Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama dengan para pendosa?” Pada saat itulah, Yesus mengatakan: “Bukan orang sehat yang memerlukan dokter, melainkan orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang saleh, melainkan orang berdosa.”
Terhadap panggilan Yesus “Ikutilah Aku!”, Mateus segera bangun dan mengikuti Yesus. Ia meninggalkan seluruh hartanya yang banyak itu, dan dengan rela memulai suatu hidup yang baru bersama Yesus dan murid-murid lainnya. Sikap tegas Mateus menunjukkan bahwa ia memiliki sifat-sifat Kerajaan Allah: semangat kemiskinan dan pelayanan, terutama cinta dan iman-kepercayaan akan Yesus.
Mateus, seorang terpelajar. Ia dapat berbicara dan menulis dalam bahasa Yunani dan Aramik, suatu dialek bahasa Ibrani. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, baik sebelum maupun sesudah dipanggil Yesus. Menurut tradisi lisan purba, setelah Yesus naik ke surga, Mateus mewartakan Injil dan berkarya di tengah kaum sebangsanya: orangĀorang Kristen keturunan Yahudi di Palestina atau Siria selama kira-kira 15 tahun. Selama itulah ia menulis Injilnya yang berisi pengajaran agama dan kesaksian tentang Yesus kepada orang-orang Kristen keturunan Yahudi. Injilnya ditulis kira-kira antara tahun 50-65. Dalam Injilnya, Mateus menegaskan bahwa Yesus dari Nazareth itu adalah benar-benar Mesias yang dijanjikan Allah dan dinubuatkan para nabi dalam masa Perjanjian Lama. La membuka Injilnya dengan membeberkan silsilah Yesus Kristus mulai dari Abraham sampai Maria yang melahirkan Yesus. Dengan silsilah itu, ia mau menunjukkan dengan tegas kemanusiaan Yesus dan kedudukanNya sebagai Penyelamat (terakhir!) yang dijanjikan Allah. Itulah sebabnya, Injil Mateus dilambangkan dengan ‘manusia bersayap’.
Setelah menuliskan Injilnya, Mateus pergi ke arah timur: ke Masedonia, Mesir, Etiopia dan Persia. Konon ia mati sebagai martir di Persia karena mewartakan Injil tentang Yesus Kristus.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info