Liturgia Verbi (A-I) Jumat Pekan Adven II
Liturgia Verbi (A-I)
Jumat Pekan Adven II
09 Desember 2016
Bacaan Pertama
Yes 48:17-19
“Ah, sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku!”
Pembacaan dari Kitab Yesaya:
Beginilah firman Tuhan, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel,
“Akulah Tuhan Allahmu,
yang mengajarkan hal-hal yang berfaedah bagimu,
yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.
Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku,
maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering,
dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah
seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.
Maka keturunanmu akan seperti pasir
dan anak cucumu seperti kersik banyaknya.
Nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan
dari hadapan-Ku.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-6,R:Yoh 8:12
Refren: Barangsiapa mengikuti Engkau, ya Tuhan,
akan mempunyai terang hidup.
*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.
*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan daunnya tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.
*Bukan demikian orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman,
orang berdosa tidak akan betah dalam perkumpulan orang benar;
sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bait Pengantar Injil
Tuhan pasti datang. Sambutlah Dia!
Dialah pangkal damai sejahtera.
Bacaan Injil
Mat 11:16-19
“Mereka tidak mendengarkan Yohanes Pembaptis maupun Anak Manusia.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Yesus berkata kepada orang banyak,
“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini?
Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar
dan berseru kepada teman-temannya,
‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung.’
Sebab Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan dan tidak minum,
dan mereka berkata, ‘Ia kerasukan setan.’
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum,
dan mereka berkata,
‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa.’
Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Saya merasa tersindir oleh Bacaan Injil hari ini, teringat akan masa lalu yang selalu berulah, persis seperti yang diungkapkan oleh Yesus; ditiupkan seruling tak juga menari, dinyanyikan kidung duka tak juga berkabung, maunya apa sih?
Bapa kita yang ada di Surga telah menyodorkan berbagai macam tawaran kepada kita, telah berkenan “menjemput bola”, baik melalui Yohanes Pembaptis atau pun melalui para nabi sebelumnya, dan bahkan tawaran yang paling menggiurkan telah pula disampaikan oleh Allah Putera yang menghantar langsung, datang menjadi manusia, ternyata tidak juga membuat kita menjadi terpikat, maunya apa sih?
Nampaknya Yesus mulai kesal, jangan-jangan malah mulai geram, karena setelah itu Yesus mengecam kota-kota yang tidak bertobat padahal di kota-kota seperti Kapernaum Yesus justru banyak melakukan mujizat.
“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida!” begitulah Yesus mengungkapkan kekesalan hatinya.
Ada saja ulah orang-orang yang berasal dari “angkatan ini”, ada saja celaan dan hinaan yang ditujukan kepada Yesus dan murid-murid-Nya.
Memetik bulir gandum atau menyembuhkan orang pada hari Sabat diblow-up seperti hendak kiamat saja, masak Anak Manusia mesti tunduk kepada hari Sabat, yang benar saja, maunya apa sih?
Sampai hari ini pun hal konyol seperti itu masih saja terjadi.
Para pengikut Kristus dicerca, dihina, dijejali dengan berbagai macam umpatan, cacian, makian, dan sebagainya, yang segera membuat dada terasa sesak.
Mendadak-sontak istilah “penistaan agama” menjadi begitu populer diperbincangkan, baik di warung kopi maupun di ruang pengadilan.
Apa reaksi kita terhadap hal seperti ini?
Ada yang balas menghina, sama juga bo’ong.
Justru ini adalah semacam ujian bagi para siswa rohani Yesus, mampukah kita, sebagai siswa rohani menjawab soal-soal ujian seperti ini? Akankah kita bisa lulus ujian? Akankah kita menjadi seorang kristiani yang tulen?
Ukurannya sederhana, tetapi sulitnya minta ampun ketika hendak menjalankannya:
Yesus telah berkata, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” [Mat 5: 39a]
Jika pipi kanan ditampar orang, berilah juga pipi kiri.
Jika orang menginginkan baju kita, beri sekalian jubahnya.
Jika dipaksa berjalan satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil.
Dan jika kita dapat melaksanakan perintah Yesus ini, artinya kita lulus ujian, naik kelas!
Dan pada waktu kenaikan kelas, Yesus berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,” [Mat 5:11-12]
Mari kita saling meneguhkan, bersama-sama menempuh ujian kenaikan kelas itu, tetapi bukan kerjasama alias saling nyontek, agar kita dapat menjadi seorang kristiani yang tulen, yang lulus ujian, yang tidak balas mengumpat, dan semoga segala perbuatan kita dibenarkan oleh hikmat Allah.
Peringatan Orang Kudus
Santo Fransiskus Antonius, Pengaku Iman
Fransiskus Antonius lahir di Lucera, Apulia, Italia pada tahun 1681. Nama kecilnya ialah Antonius Yohanes Nikolas dan dipanggil dengan nama Yohanie. Ayahnya, Fasani, seorang petani miskin di daerah itu. Tatkala Yohanie berusia 10 tahun, ayahnya meninggal dunia. Dengan itu ia tidak begitu dalam mengalami pendidikan dan kehangatan cinta seorang ayah di dalam keluarga. Namun hal itu dialaminya kembali ketika ibunya menikah lagi dengan seorang petani di situ. Ayah tirinya sangat baik hati dan mendidiknya sungguh-sungguh seperti anak kandungnya sendiri. Atas bimbingan ayah tirinya, Yohanie dapat berkembang baik dan kemudian masuk sekolah dasar di Lucera. Setelah menamatkan studinya Yohanie masuk biara di Lucera atas kehendaknya sendiri yang direstui kedua orangtuanya.
Pada usia 15 tahun ia sudah mengenakan jubah novisiat dan tinggal di kota Monte Gargano. Pada tahun 1707 ia ditahbiskan menjadi imam di kota Asisi. Kemungkinan pada waktu itulah ia mengambil nama ‘Fransiskus Antonius’. Setelah menjadi imam ia masih melanjutkan studinya dalam bidang filsafat. Berkat ketekunan dan kecerdasannya maka dalam waktu singkat ia dapat menyelesaikan pelajarannya. Selanjutnya ia menjabat dosen filsafat di Kolese Lucera, sambil berkarya melayani umat. Ia giat berkotbah demi pengembangan iman umatnya dan rekan sebiaranya.
Masa tuanya dihabiskan di Lucera. Keberhasilan hidupnya tidak terletak pada jabatannya sebagai dosen yang terkenal, tetapi karena cinta kasih dan pelayanannya yang tulus. kepada umatnya. Ia pun sering berkotbah di Apulia. Dengan aktif ia mengumpulkan dana bagi kaum miskin dan menghibur para tahanan yang menghadapi hukuman mati. Meskipun berbagai kesibukannya, ia tetap menyediakan waktu untuk menerima orang-orang yang datang untuk meminta nasehatnya. Umatnya sungguh mencintai dia: menerima dia apa adanya, kebaikan dan kekurangannya. Fransiskus sering mengajak umatnya untuk berdoa rosario bersama, berziarah dan mengadakan novena. Ia wafat pada tahun 1742.
Santo Petrus Fourier, Pengaku Iman
Pria berkebangsaan Prancis ini lahir pada tahun 1560. Pada waktu berumur 20 tahun ia melanjutkan studinya di biara imam-imam regulir sampai menjadi imam. Meskipun ia kadang-kadang terganggu oleh teman-temannya yang kurang disiplin, namun semua peraturan diikutinya dengan cermat. Tugas dan kewajibannya pun dikerjakan dengan sempurna.
Pada tahun 1597 ia ditugaskan di sebuah paroki yang sudah lama diterlantarkan. Dengan ramah dan sabar ia mulai membenahi kembali paroki itu. Kesederhanaan hidupnya dan kerendahan hatinya menggugah perhatian umat yang sudah lama merindukan kehadiran seorang gembala. Paroki yang hampir binasa itu mulai lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Umat mulai melakukan lagi kewajiban-kewajiban imannya dan kembali merayakan hari-hari Tuhan dan menerima sakramen-sakramen.
Pastor Petrus terkenal saleh. Ia mempunyai devosi yang besar kepada Santa Perawan Maria yang tak bernoda. Dalam hal ini umatnya turut pula meneladaninya. Kepentingan jasmani rakyat tak luput dari perhatiannya. Dengan bantuan beberapa orang ahli ia membuka bank tabungan, usaha asuransi dan suatu lembaga pengadilan untuk menyelesaikan perkara-perkara kecil secara damai.
Ia mendampingi Suster Beata Alix Leclerc dalam membina kongregasi baru yaitu Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria. Anggota kongregasi ini terdiri dari Suster-suster yang rela bekerja di luar biara di bidang pendidikan anak-anak. Dalam suatu penglihatan, Petrus menyaksikan banyak rumah biara dari kongregasi ini terbentang luas di suatu daerah. Makna penglihatan ini terwujud nyata di kemudian hari: kongregasi ini berkembang pesat sekali dan sebelum Petrus meninggal dunia, sudah terdapat 32 biara Kongregasi Santa Perawan Maria lengkap dengan sekolahnya.
Petrus Fourier diberi tugas memulihkan tata tertib di rumah-rumah tarekatnya dan akhirnya dipilih menjadi superior jenderal. Ia meninggal dunia pada tahun 1640.
Abel, Anak Adam dan Hawa
Abel adalah putera kedua Adam dan Hawa, dan adik Kain. Lain daripada kakaknya Kain yang menjadi petani, Abel dilukiskan sebagai seorang gembala yang dicintai Allah. Ia dibunuh oleh Kain. Kain merasa cemburu pada adiknya Abel karena Tuhan menolak persembahannya yang terdiri dari hasil kebun, dan menerima persembahan adiknya Abel berupa seekor anak domba dari kawanannya.
Dalam Perjanjian Baru, Abel digolongkan dalam bilangan orang-orang adil dari Perjanjian Lama (Mat 23:25; 1Yoh 3:12). Penulis surat Hibrani melukiskan Abel di samping mereka yang lainnya sebagai contoh orang beriman (Ibr 11:4). Kecuali itu dalam Kanon Misa Abel juga dipandang sebagai seorang yang benar.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi