Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan Jumat, 8 Januari 2021
Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan
Jumat, 8 Januari 2021
Bacaan Pertama
1Yoh 5:5-13
“Kesaksian tentang anak Allah”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:
Saudara-saudaraku terkasih,
tidak ada orang yang mengalahkan dunia,
selain dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah!
Dia inilah yang telah datang dengan air dan darah,
yaitu Yesus Kristus;
bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah.
Dan Rohlah yang memberi kesaksian,
karena Roh adalah kebenaran.
Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di bumi:
Roh, air dan darah, dan ketiganya adalah satu.
Kesaksian manusia kita terima,
tetapi kesaksian Allah lebih kuat.
Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah
tentang Anak-Nya.
Barangsiapa percaya kepada Anak Allah,
ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya;
barangsiapa tidak percaya kepada Allah,
ia membuat Allah menjadi pendusta,
karena orang itu tidak percaya akan kesaksian
yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.
Dan inilah kesaksian itu:
Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita,
dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.
Barangsiapa memiliki Anak Allah, ia memiliki hidup;
barangsiapa tidak memiliki Dia, ia tidak memiliki hidup.
Semuanya itu kutuliskan kepada kamu
supaya kamu, yang percaya kepada nama Anak Allah,
tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 147:12-13.14-15.19-20,R:12a
Refren: Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem!
*Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem,
pujilah Allahmu, hai Sion!
Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu,
dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
*Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu
dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.
Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi;
dengan segera firman-Nya berlari.
*Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub,
ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.
Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa,
dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.
Bait Pengantar Injil
Mat 4:23
Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah
serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Bacaan Injil
Luk 5:12-16
“Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa Yesus berada di sebuah kota.
Ada di situ seorang yang penuh kusta.
Ketika melihat Yesus, tersungkurlah si kusta dan memohon,
“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Maka Yesus mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu,
dan berkata,
“Aku mau, jadilah engkau tahir!”
Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
Yesus melarang orang itu
memberitahukannya kepada siapa pun juga,
dan Ia berkata,
“Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam,
dan persembahkanlah untuk pentahiranmu
persembahan seperti yang diperintahkan Musa,
sebagai bukti bagi mereka.”
Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar,
dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya
untuk mendengar Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
Akan tetapi Yesus mengundurkan diri
ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Untuk dapat menyaksikan sendiri manifestasi Allah memang tidak mudah.
Di jaman Yesus, orang-orang bisa datang kepada Yesus untuk berjumpa dengan-Nya dan menyaksikan sendiri karya-karya Allah, yakni karya yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, seperti yang dikisahkan pada Bacaan Injil hari ini, Yesus menyembuhkan seorang yang penuh kusta, secara seketika, tak pakai tar-sok tar-sok.
Hal seperti ini tak dapat dikerjakan oleh manusia, hanya Allah yang dapat melakukannya, atau manusia yang memang diberi kuasa oleh Allah untuk melakukannya.
Memang menjadi penting bagi kita untuk datang kepada Yesus, mencari Yesus yang hadir dalam kehidupan kita, untuk berjumpa dengan-Nya dan menerima pentahiran atas dosa-dosa kita.
Dengan demikian, kita pun berkesempatan untuk menjadi saksi-Nya.
Mari kita renungkan perihal perjumpaan dengan Allah.
Mari kita lihat tentang orang yang ditahirkan Yesus dari kustanya.
Tidak mudah bagi orang kusta untuk mendekat kepada Yesus.
Di jaman itu, penyakit kusta adalah kutukan, penderitanya mesti mengenakan “atribut” supaya orang-orang segera mengetahui kalau ia menderita kusta, mesti diasingkan ke luar kota supaya tidak menulari yang lain.
Secara logika wajar kalau sulit baginya berharap berjumpa Yesus, tetapi kehendak Allah memang seringkali di luar logika, jauh di atas nalar manusia.
Si penderita kusta itu berhasil berjumpa dengan Yesus, tetapi perjumpaan itu tidak akan berarti apa-apa kalau hanya sekedar berjumpa saja.
Orang itu memiliki iman yang besar.
Ia percaya kalau Yesus dapat mentahirkan dia, tak nampak ada keragu-raguan walau pun di jaman itu penyakitnya itu belum ada obatnya.
Hanya kuasa Allah yang dapat melakukan hal-hal yang mustahil, dan ia percaya itu.
Maka ia tidak bertanya “Apakah Yesus dapat mentahirkan dia”, melainkan bertanya “Apakah Yesus mau”.
Begini katanya, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Orang kusta itu memiliki iman dan juga harapan, maka pertolongan Tuhan datang kepadanya.
Seandainya, kita mengalami kesusahan, entah karena penyakit atau kesusahan lainnya, bukan hanya kita sendiri yang menderita, tetapi juga orang-orang di sekitar kita, sanak saudara kita, karena merekalah yang merawat kita.
Seandainya kemudian kita mendengar suara, “Aku mau engkau sembuh!” tentu kita tahu suara itu berasal dari Tuhan, gak mungkin hantu mengharapkan yang baik terjadi pada diri kita.
Seandainya kita memiliki iman dan harapan, maka yang “seandainya” itu akan menjadi kenyataan.
Peringatan Orang Kudus
Santo Severinus, Paus
Severinu, anak Abienus berasal dari Roma. Pada bulan Oktober 638, ia dipilih menjadi Paus. Tetapi peneguhan kepausannya ditunda selama 19 bulan karena ia dituduh menganut aliran sesat Ecthesis, yang mempertahankan pendapat bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak ilahi (monothelitisme).
Perlawanan besar terhadap Severinus datang dari Ishak, pemimpin dari Ravenna. Tetapi Severinus tetap tegas melawan bidaah itu. Akhirnya pada bulan Mei 640 pilihan atas dirinya sebagai Paus diteguhkan dan Severinus naik takhta kepausan. Ia meninggal duni kira-kira enam pulah hari kemudian pada bulan Agustus 640.
Santo Lusianus Beauvais, Martir
Lusianus adalah pewarta Injil terkenal di Gaul (sekarang: Prancis) pada abad ke 3. Ia datang dari Roma dan kemungkinan beliau adalah salah seorang teman Santo Dionisius dari Paris atau teman Santo Quentinus. Keberhasilannya dalam mewartakan Injil menyebabkan dia di hukum mati bersama rekan-rekannya di Beauvais pada masa pemerintahan Kaisar Yulianus kira-kira pada tahun 290.
Peninggalannya berupa 3 buah tempat suci logam bertuliskan namanya ditemukan di sebuah biara pada abad ke 7. Menurut Rabanus Maurus, pada barang-barang peninggalannya itu terjadi banyak sekali mujizat.
Apolinaris dari Hieropolis
Serangan terhadap imam Kristen dan semua ajarannya merupakan suatu kenyataan yang dihadapi Gereja semenjak dahulu. Banyak sekali Bapa Gereja yang mashyur namanya karena membela mati-matian kebenaran iman Kristen. Apolinaris, Uskup kota Hieropolis, Phrygia, termasuk salah seorang pembela terkenal ajara iman Kristen.
Dengan kegiatan pengajarannya dan tulisan-tulisannya, ia berhasil membela kemurnian ajaran iman Kristen dari rongrongan para bidat, terutama dari golongan Encratites dan Montanist. Ia bahkan berhasil membela ajaran iman di hadapan Kaisar Markus Aurelius. Konon pembelaannya sungguh menyakinkan kaisar berkat sebuah mujizat yang dibuatnya dihadapan kaisar di Jerman tatkala pasukan kaisar dikepung dan dipermalukan oleh Quadi di Moravia. Ke 12 legion tentaranya yang beragama Kristen itu diajaknya berdoa, sehingga musuh dapat dikalahkan dengan mudah. Hasilnya ialah pemerintah mengeluarkan suatu pengumuman untuk menarik kembali larangan terhadap agama Kristen di seluruh daerah kekuasaannya. Maka umat Kristen amat bergembira atas kemerdekaannya.
Santo Apollinaris, Martir
Apollinaris adalah martir abad pertama dan uskup pertama Ravenna, Italia. Konon, ia lahir di Antiokia dan ditahbiskan menjadi Uskup Ravenna oleh Santo Petrus Rasul. Namun hal ini agak diragukan kebenarannya.
Sebagai Uskup Ravenna, Apollinaris menghadapi banyak masalah dalam karyanya. Empat kali ia dibuang dari keuskupannya oleh orang-orang kafir dan mengalami berbagai siksaan. Kata orang ia disesah oleh rakyat banyak pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Vespasianus (67-97).
Santo Petrus Chrysologus, Uskup Agung Ravenna abad kelima, membenarkan penderitaan Apollinaris itu. Beliau mengatakan bahwa Apollinaris memang menderita penganiayaan hebat selama masa kepemimpinannya, namun ia tetap bertahan dalam berbagai siksaan itu. Oleh karena itu, ia menghormati Apollinaris sebagai martir bukan karena ia dibunuh secara keji oleh penguasa kafir melainkan karena ia menanggung penderitaan yang luar biasa demi Kristus selama masa kepemimpinannya.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/