Hari Biasa, Pekan Biasa XXVIII Selasa, 17 Oktober 2017
Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVIII
Selasa, 17 Oktober 2017
PW S. Ignasius dari Antiokhia, Uskup dan Martir
Bacaan Pertama
Flp 3:17-4:1
“Kita adalah warga Kerajaan Surga.”
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:
Saudara-saudara, ikutilah teladanku,
dan perhatikanlah mereka yang hidup seperti kami.
Sebab seperti yang telah sering kukatakan kepadamu
dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis,
banyak orang hidup sebagai musuh salib Kristus.
Kesudahan mereka ialah kebinasaan,
Tuhan mereka ialah perut,
dan kemuliaan mereka ialah hal-hal yang aib,
sedangkan pikiran mereka
semata-mata tertuju ke perkara-perkara duniawi.
Tetapi kita adalah warga Kerajaan Surga.
Dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus,
Sang Penyelamat,
yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini
menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia,
sesuai dengan kuasa-Nya
yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Karena itu,
saudara-saudaraku yang kukasihi dan kurindukan,
sukacitaku dan mahkotaku,
berdirilah dengan teguh dalam Tuhan!
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11,R:2a
Refren: Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu.
*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.
*Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan,
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.
*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
*Takutlah akan Tuhan, hari orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merasa kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak akan kekurangan suatu pun.
ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 19:2-5
Refrein: langit mewartakan kemuliaan Allah.
*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yagn satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuan
kepada malam berikut.
*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.
Bait Pengantar Injil
Ibr 4:12
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya,
menguji segala pikiran dan maksud hati.
“Berikanlah sedekah dan semuanya menjadi bersih.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Pada suatu ketika, selesai mengajar,
Yesus diundang seorang Farisi untuk makan di rumahnya.
Maka masuklah Yesus ke rumah itu, lalu duduk makan.
Tetapi orang Farisi itu heran
melihat Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya,
“Hai orang-orang Farisi,
kamu membersihkan cawan dan pinggan bagian luar,
tetapi bagian dalam dirimu penuh rampasan dan kejahatan.
Hai orang-orang bodoh,
bukankah yang menjadikan bagian luar,
Dialah juga yang menjadikan bagian dalam?
Maka berikanlah isinya sebagai sedekah,
dan semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Yoh 12:24-26
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Sekali peristiwa
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Sesungguhnya
jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja;
tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya,
tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini,
ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku,
dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.
Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Saya merasa senang ketika membaca ayat yang ini, “Berikanlah isinya sebagai sedekah, dan semuanya akan menjadi bersih bagimu.”
Yang namanya “isi” itu letaknya di bagian dalam, yang merupakan bagian pokok atau inti, dan yang paling menentukan secara keseluruhan.
Buah yang nampak ranum dan segar, ternyata isinya kecut atau malah busuk.
Atau bisa jadi saja buah yang nampak buruk rupa ternyata memiliki isi yang lezat.
Tampak luar buah durian, menurut saya jelek, tetapi memiliki isi yang lezat.
Karena isinya yang lezat, maka orang tak lagi melihat tampilan yang buruk rupa itu, dan bahkan akan menyanggah kalau durian dikatakan buruk rupa.
Dengan demikian, tepatlah yang disampaikan oleh Yesus, bersihkanlah bagian dalam dari rohani kita, maka bagian luarnya pun akan menjadi bersih.
Sedekah adalah pemberian sesuatu kepada orang yang membutuhkannya, biasanya kaum fakir miskin padahal tidak selalu demikian.
Sedekah bukanlah harta kekayaan yang besar, tetapi tidak juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang remeh-temeh dan dapat diabaikan.
Tentu kita masih ingat peristiwa yang terjadi di dalam Bait Allah, ketika Yesus menyaksikan orang-orang memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
Seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
Lalu Yesus pun berkomentar, “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” [Luk 21:3-4]
Sedekah tidak diukur dari seberapa banyak yang kita berikan, tetapi dari seberapa besar manfaat bagi yang menerimanya.
Saya pernah, menerima pemberian seseorang berupa barang yang berharga, tetapi saya tidak membutuhkan barang itu.
Keadaan menjadi serba salah.
Kalau saya menolak dan mengembalikan pemberian itu sambil berkata, “Saya tidak membutuhkannya,” maka sangat mungkin orang itu akan kecewa, tersinggung atau bahkan marah.
Saya memutuskan untuk menjadi semacam “penyalur”, barang itu akan saya teruskan kepada orang yang memang membutuhkannya.
Dengan demikian saya telah membantu si pemberi untuk meneruskan pemberian itu kepada yang membutuhkannya.
Hal seperti ini terjadi karena kita tidak memperhatikan kebutuhan orang, bisa jadi juga karena kita merasa sedekah adalah kewajiban, sehingga tak perduli apakah sedekah yang dari kita itu berguna bagi penerimanya ataukah tidak.
Sedekah adalah wujud murah hati, tatakannya adalah kerelaan, bukan kewajiban yang bisa jadi ada keterpaksaan.
Pada contoh di atas, ketika si pemberi mengetahui kalau pemberiannya saya kasihkan kepada orang lain, lalu ia menjadi kecewa, maka tahulah saya bahwa ia tidak sedang bermurah hati, dan ia tak tahu sebetulnya ia telah menolong saya menyiapkan barang yang dapat dijadikan sedekah.
Memberikan isi sebagai sedekah adalah wujud murah hati.
Saya setuju, tetapi kalau membuat semuanya akan menjadi bersih bagi yang memberikan?
Bukankah kalau mau bersih semestinya kita memberikan semua sampah yang ada pada kita, seperti kita memberikan sampah kepada truk pengangkut sampah supaya rumah bebas sampah?
Di satu sisi, untuk menjaga agar rohani kita tetap bersih, memang benar janganlah menimbum sampah rohani di dalam hati kita.
Seandainya terdapat sampah, janganlah itu dijadikan sedekah karena memang tak pantas memberikan sampah sebagai sedekah.
Contohlah janda miskin itu dalam hal memberi, yakni memberi dari kekurangan. Ada kerelaan untuk mengorbankan kepentingan sendiri demi kepentingan yang lebih besar bagi orang lain.
Murah hati tidak akan muncul dari hati yang kikir, pelit atau tamak.
Jadi, kesimpulannya, bersedekah itu selain menolong orang lain, ternyata yang lebih penting lagi adalah untuk membersihkan hati kita, bagian dalam dan juga bagian luarnya.
Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius dari Antiokia, Uskup dan Martir
Ignasius adalah murid Santo Yohanes, Rasul dan Penulis Injil. Bagi Yohanes, Ignasius adalah murid yang mengesankan: ia pandai, saleh dan bijaksana. Oleh karena itu ia kemudian diangkat menjadi Uskup Antiokia.
Pada masa itu umat Kristen dikejar-kejar dan dianiaya oleh kakitangan Kaisar Trajanus. Ignasius sendiri tidak luput dari pengejaran dan penganiayaan itu. Biasanya kepada mereka ditawarkan hanya dua kemungkinan: murtad atau mati. Kalau mereka murtad dan menyangkal imannya, mereka akan selamat; kalau tidak, nyawanya akan melayang oleh pedang atau dibunuh dengan cara-cara lain.
Bersama Ignasius, banyak orang Kristen yang ditangkap, dihadapkan kepada kaisar yang datang ke kota itu. Kaisar menanyai Ignasius: “Siapakah engkau, hai orang jahat yang tidak menaati titahku?” Dengan tenang Ignasius menjawab: “Janganlah menyebut jahat orang yang membawa Tuhan dalam dirinya. Akulah Ignasius, pemimpin orang-orang yang sekarang berdiri di hadapanmu. Kami semua pengikut Kristus yang telah disalibkan bagi keselamatan umat manusia. Kristus itulah Tuhan kami dan Ia tetap tinggal dalam hati kami dan menyertai kami.”
Jawaban tegas Ignasius itu menimbulkan amarah kaisar. Ia segera dibelenggu dan disiksa. Tetapi sebagaimana Kristus, Ignasius pun menanggung semua penderitaan itu dengan tabah sambil bersyukur kepada Tuhan karena boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Dari Antiokia, Ignasius dibawa ke Roma untuk dicampakkan ke dalam kandang singa-singa lapar. Di atas kapal yang ditumpanginya, ia tetap berdoa untuk umatnya, dan menulis beberapa pucuk surat kepada Santo Polykarpus dan seluruh umat. Dalam surat-surat itu, ia menekankan betapa pentingnya umat tetap setia kepada imannya dan tetap berkumpul untuk merayakan Ekaristi Kudus. Katanya dalam surat itu: “Satu saja Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan satu juga Piala DarahNya. Keduanya dikurbankan di atas satu altar oleh satu Uskupmu bersama imam-imam dan diakon-diakon.” Ignasius juga meminta agar seluruh umat mendoakan dia supaya layak menjadi martir Kristus yang suci. “Doakanlah aku, agar aku mendapat kekuatan lahir dan batin, menjadi seorang yang tabah dalam iman, dan supaya aku menjadi benar-benar orang Kristen, bukan saja dengan nama tetapi lebih-lebih dengan perbuatan nyata. Aku menuliskan surat ini kepadamu selama aku masih hidup. Kekasihku sudah disalibkan, maka aku pun tidak merindukan sesuatu yang duniawi melainkan merindukan persatuan segera dengan Dia.”
Setiba di Roma, sambil diapit ketat oleh prajurit-prajurit kafir yang kejam, ia digiring masuk gelanggang binatang buas. Di sana tubuhnya yang suci diterkam dan dicabik-cabik singa-singa lapar. Darahnya yang suci membasahi tanah gelanggang itu yang telah menampung ribuan liter darah para martir yang mati demi kesetiaannya kepada Kristus. Ignasius menerima mahkota kemuliaannya pada tahun 107.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi