Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV Rabu, 19 September 2018
Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIV
Rabu, 19 September 2018
PF S. Yanuarius, Uskup dan Martir
Bacaan Pertama
1Kor 12:31-13:13
“Sekarang tinggal iman, harapan dan cinta kasih,
namun yang terlihat ialah cinta kasih.”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara,
berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama.
Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.
Sekalipun aku dapat berbicara
dalam semua bahasa manusia dan malaikat,
tetapi jika tidak mempunyai kasih,
aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing.
Sekali pun aku mempunyai karunia bernubuat
dan aku tahu segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan;
sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung,
tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar, murah hati, dan tidak cemburu.
Kasih tidak memegahkan diri,
tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan.
Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri,
tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran.
Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan.
Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti,
dan pengetahuan akan lenyap.
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap
dan nubuat kita tidak sempurna.
Tetapi bila yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna.
Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak,
merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula.
Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa,
aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Sekarang ini kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin,
tetapi nanti dari muka ke muka.
Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal secara sempurna,
sebagaimana aku sendiri dikenal.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih;
Namun yang terbesar di antaranya ialah kasih!
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 33:2-5.12.22,R:12b
Refren: Berbahagialah bangsa
yang dipilih Tuhan menjadi milik-Nya.
*Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi,
bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!
Nyanyikanlah bagi-Nya lagu yang baru;
petiklah kecapi baik-baik mengiringi sorak dan sorai!
*Sebab firman Tuhan itu benar,
segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.
Ia senang pada keadilan dan hukum;
bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
*Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan,
suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya!
Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami,
seperti kami berharap kepada-Mu.
Bait Pengantar Injil
Yoh 6:64b.69b
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.
Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Bacaan Injil
Luk 7:31-35
“Hikmat Allah dibenarkan oleh orang yang menerimanya.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak,
“Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini?
Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru,
‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’
Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang,
dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur,
kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’
Kemudian Anak Manusia datang,
Ia makan dan minum, dan kalian berkata,
‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’
Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Pada Bacaan Pertama hari ini, Rasul Paulus menuliskan tentang kasih, sebagai sesuatu yang paling utama.
Kasih itu tumbuh, berkembang menjadi semakin baik se iring berjalannya waktu, makanya perlu dipelihara agar kasih tak redup atau bahkan mati.
Badan jasmanin kita bertumbuh, dari bayi sampai menjadi tua.
Pengetahuan kita pun bertumbuh, menjadi semakin berpengetahuan.
Hal-hal rohaniah juga bertumbuh, ada banyak hal-hal rohaniah, namun yang perlu mendapat perhatian lebih adalah: iman, harapan dan kasih.
Iman tidak dapat mendadak menjadi besar, memerlukan waktu untuk bertumbuh menjadi besar.
Seumpama buah, tidaklah instan, melainkan mulai dari tunas yang bertumbuh, menghasilkan batang, ranting dan daun, lalu muncul bunga dan akhirnya menjadi buah.
Tidak terjadi dalam sekejap.
Yesus mengumpamakannya seperti biji sesawi, yang semula kecil namun jika bertumbuh maka ia akan menjadi pohon yang besar.
Pertumbuhan iman terjadi oleh karena pemeliharaan, yakni dengan berkomunikasi secara terus menerus dengan Allah Bapa melalui doa, kegiatan keagamaan dan mendengarkan Injil.
Selain iman, harapan adalah bagian yang penting untuk selalu kita pelihara.
Janganlah hidup seperti orang yang tidak mempunyai harapan.
Harapan itu seperti mesin yang terus menerus menggerakkan semangat hidup, menjalani hidup dengan benar.
Pertumbuhannya akan selalu menghasilkan harapan baru, disusul dengan harapan baru lainnya, begitu seterusnya tanpa berkesudahan.
Tengoklah ketika kita masih kanak-kanak, ada harapan agar bisa bersekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan kuliah.
Setelah selesai lalu muncul harapan baru agar dapat bekerja, setelah bekerja lalu berkeluarga, lalu berharap memiliki anak, lalu berharap memiliki cucu, begitu seterusnya tanpa berkesudahan sampai saatnya menghadap Allah Bapa tiba.
Harapan itu ibarat pupuk bagi segenap sendi-sendi kehidupan kita.
Ada satu lagi, yang terpenting dan terbesar, yaitu kasih.
Kasih itu berorientasi kepada orang lain, bukan kepada diri sendiri.
Kasih adalah tenaga besar untuk berbuat kebaikan bagi orang lain.
Rasul Paulus memaparkannya dengan baik, kasih itu sabar, murah hati, dan tidak cemburu atau irihati, tidak sombong, ber-etika, tidak mudah marah, tidak egois, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain alias pemaaf.
Ketiga hal itulah, yakni iman, harapan dan kasih, adalah bahan baku utama dalam pertumbuhan rohani kita.
Jangan biarkan badan jasmani kita tumbuh menjadi besar tetapi rohani masih tetap kanak-kanak.
Peringatan Orang Kudus
Santo Yanuarius, Martir
Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan pada masa penganiayaan terhadap orang Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus.
Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Miseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lainnya: Euticius dan Acutius. Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya diakon Festus dan Desiderius.
Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatangbinatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka. Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka. Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.
Pada abad ke lima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine. Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakamkan di sana.
Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli. Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam katedral Napoli. Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu. Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian aneh itu merupakan sebuah mujizat.
Santo Theodorus, Uskup dan Pengaku Iman
Sepeninggal Uskup Canterbury, Inggris, Sri Paus memilih Theodorus sebagai penggantinya meskipun usianya sudah 66 tahun. Theodorus yang dikenal sebagai seorang biarawan awam ini lahir pada tahun 602 di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam tubuh Gereja. Ia memanggil sinode para uskup Inggris untuk mendiskusikan masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, rohaniwan/wati dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka sekolah-sekolah di bawah pimpinan Santo Adrianus dari Afrika. Ia membaharui liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia pada tahun 690.
Santa Emilia de Rodat, Pengaku Iman
Emilia lahir di Rodez, sebuah kota di Prancis Selatan pada tahun 1787. Semenjak kecil dia dididik dan dibesarkan oleh neneknya di Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya ia dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17 tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula ia berkarya sebagai seorang guru bantu di sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Tetapi kemudian ia memprakarsai pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu ia menjadi suster. Beberapa tahun kemudian ia kemudian mendirikan sebuah kongregasi baru: ‘Kongregasi Keluarga Kudus dari Villefranche’. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin. Rumah biaranya didirikan di Aubin, dekat Rodez. Emilia meninggal dunia pada tanggal 19 September 1852. Ia dinyatakan ‘kudus’ pada tahun 1950.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi