Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII Sabtu, 15 September 2018 | PW S.P. Maria Berdukacita
Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXIII
Sabtu, 15 September 2018
PW S.P. Maria Berdukacita
Bacaan Pertama
1Kor 15:1-11
“Begitulah kami mengajar, dan begitu pulalah kamu mengimani.”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara,
aku mau mengingatkan kamu kepada Injil
yang sudah kuwartakan kepadamu dan yang kamu terima,
dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.
Oleh Injil itu kamu diselamatkan,
asal kamu berpegang teguh padanya,
sebagaimana kuwartakan kepadamu;
kecuali kalau kamu sia-sia saja menjadi percaya.
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,
yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah wafat karena dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci;
bahwa Yesus telah dimakamkan!
dan pada hari yang ketiga telah dibangkitkan,
sesuai dengan Kitab Suci;
bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas,
dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
Sesudah itu Ia menampakkan diri
kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus;
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang,
tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.
Selanjutnya Yesus menampakkan diri kepada Yakobus,
kemudian kepada semua rasul.
Dan yang paling akhir Ia menampakkan diri juga kepadaku,
seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul,
dan tak layak disebut rasul,
sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Tetapi berkat kasih karunia Allah
aku menjadi sebagaimana aku sekarang,
dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua;
tetapi bukannya aku,
melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Sebab itu, entah aku entah mereka,
begitulah kami mengajar, dan begitu pulalah kamu mengimani.
Demikianlah sabda Tuhan.
BACAAN LAIN:
Ibr 5:7-9
“Kristus telah belajar menjadi taat,
dan Ia menjadi pokok keselamatan abadi.”
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani:
Saudara-saudara,
dalam hidup-Nya sebagai manusia,
Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut.
Dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Akan tetapi, sekalipun Anak Allah, Yesus telah belajar menjadi taat;
dan ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya.
Dan sesudah mencapai kesempurnaan,
Ia menjadi pokok keselamatan abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
1Kor 10:14-22a
“Kita ini sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,
karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara terkasih,
jauhilah penyembahan berhala!
Aku berbicara kepada kalian, sebagai orang-orang yang bijaksana.
Pertimbangkanlah sendiri apa yang kukatakan.
Bukankah piala syukur yang kita syukuri
merupakan persekutuan dengan darah Kristus?
Bukankah roti yang kita bagi-bagi
merupakan persekutuan dengan tubuh Kristus?
Karena roti itu hanya satu,
maka kita ini sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,
karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Perhatikanlah bangsa Israel yang alami:
Bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan
mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
Apakah yang kumaksudkan?
Apakah daging persembahan berhala itu mempunyai arti?
Ataukah berhala itu sendiri mempunyai arti?
Bukan! Yang kumaksudkan ialah:
apa yang mereka persembahkan itu
dipersembahkan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Dan aku tidak mau, kalian bersekutu dengan roh-roh jahat.
Kalian tidak dapat minum dari piala Tuhan
dan sekaligus juga dari piala roh-roh jahat.
Kalian tidak dapat mengambil bagian dalam perjamuan Tuhan
dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan?
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 31:2-3a.3b-4.5-6.15-16.20,R:17b
Refren: Selamatkanlah aku, ya Tuhan,
oleh kasih setia-Mu.
*Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku,
bersegeralah melepaskan daku.
*Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung,
dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku!
Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku;
oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun
dan membimbing aku.
*Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring
yang dipasang orang terhadap aku,
sebab Engkaulah tempat perlindunganku.
Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku;
sudilah membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia.
*Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya,
aku berkata “Engkaulah Allahku!”
Masa hidupku ada dalam tangan-Mu,
lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskanlah aku dari tangan orang-orang yang mengejarku.
*Alangkah limpahnya kebaikan-Mu
yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu,
yang telah Kaulakukan di hadapan manusia
bagi orang yang berlindung pada-Mu!
ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 116:12-13.17-18
Refrein: Aku mempersembahkan korban syukur kepadamu, ya Tuhan.
*Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan
segala kebaikan-Nya kepadaku?
Aku akan mengangkat piala keselamatan,
dan akan menyerukan nama Tuhan.
*Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu,
dan akan menyerukan nama Tuhan.
Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan
di depan seluruh umat-Nya.
Bait Pengantar Injil
Berbahagialah engkau, Sang Perawan Maria,
sebab di bawah salib Tuhan engkau menjadi martir
tanpa menumpahkan darahmu.
Bacaan Injil
Yoh 19:25-27
“Inilah anakmu! – Inilah ibumu!”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Waktu Yesus bergantung di salib,
didekat salib itu berdirilah ibu Yesus
dan saudara ibu Yesus,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya
dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya,
“Ibu, inilah, anakmu!”
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya,
“Inilah ibumu!”
Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Luk 2:33-35
“Suatu Pedang akan menembus jiwamu sendiri”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Ketika Maria dan Yusuf mempersembahkan Anak Yesus di Bait Suci,
mereka amat heran
mendengar pernyataan Simeon tentang Anak Yesus.
Lalu Simeon memberkati mereka,
dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,
“Sesungguhnya Anak ini ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel
dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
— dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri —
supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Luk 6:43-49
Orang yang mengasihi Aku akan mentaati sabda-Ku.
Bapa-Ku akan mengasihi Dia, dan Kami akan datang kepadanya.
“Mengapa kalian berseru kepada-Ku, “Tuhan, Tuhan!” padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya,
“Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik.
Dan tidak ada pula pohon tidak baik yang menghasilkan buah baik.
Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya.
Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara
dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur.
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik
dari perbendaharaan hatinya yang baik.
Tetapi orang jahat mengeluarkan barang yang jahat
dari perbendaharaan hatinya yang jahat.
Sebab yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Mengapa kalian berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’
padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?
Setiap orang yang datang kepada-Ku
dan mendengarkan sabda-Ku serta melakukannya,
— Aku menyatakan dengan siapa ia dapat disamakan: —
Dia itu sama dengan orang yang mendirikan rumah.
Ia menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu.
Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu,
rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena dibangun dengan kokoh.
Sebaliknya barangsiapa mendengar sabda-Ku
dan tidak melakukannya,
ia sama dengan orang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar.
Ketika dilanda banjir, rumah itu segera roboh,
dan hebatlah kerusakannya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Dalam rangka memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita, renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice berikut ini.
Bunda Kedukaan, Bunda Kesedihan, atau Mater Dolorosa,
adalah nama atau gelar yang diberikan kepada Santa Perawan Maria,
terkait dengan kedukaan yang dialami di sepanjang hidupnya,
yang dituangkan dalam devosi “Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria”,
mulai dari Nubuat Simeon, Pengungsian ke Mesir, Yesus hilang di Bait Allah, Perjumpaan dengan Yesus saat dalam perjalanan menuju Kalvari, Yesus wafat di hadapan Bunda Maria, lalu diturunkan dari salib, dan dimakamkan.
Barangkali timbul pertanyaan di benak kita, mengapa kita memperingati kedukaan Bunda Maria?
Bukankah seharusnya kita mengingat hal-hal yang menyenangkan atau membahagiakan?
Lebih jauh lagi,
kehidupan Bunda Maria itu sukacita atau dukacita?
Kalau kita ingat perkataan Bunda Maria dalam nyanyian pujiannya, Bunda Maria berkata,
“Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku
dan nama-Nya adalah kudus.”
Paradigma yang berlaku secara umum,
seorang ibu pastilah akan berbahagia jika memiliki anak yang hebat.
Ketika Yesus sedang mengajar orang banyak,
tiba-tiba seorang ibu menyela perkataan Yesus dan berseru kepada Yesus,
“Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.”
Tetapi dari Injil kita mengetahui,
kalau kehidupan Bunda Maria itu lebih banyak dukanya,
malah boleh dibilang kedukaan terjadi di sepanjang hidupnya.
Mari kita lihat beberapa peristiwa yang menguatkan pandangan ini.
Ketika Maria mengajak Yesus untuk memenuhi undangan perkawinan di Kana,
Maria tergerak oleh belas kasihan karena tuan rumah kehabisan anggur.
Lalu Maria berkata kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur.”
Tetapi Yesus menolak, kata-Nya, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
Umumnya seorang ibu akan bersedih atau malah marah
ketika mendapati anaknya membantah atau menolaknya.
Bunda Maria juga seorang ibu, tetapi ia tidak mau larut dalam kesedihannya,
malahan berkata kepada para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Akhirnya Yesus pun melakukan seperti yang diinginkan oleh Bunda Maria, sekali pun masih belum waktunya.
Beberapa kali Maria mesti menerima perlakuan yang kurang pantas – dalam tanda petik – dari Yesus, terutama jika dilihat dari sudut pandang etika atau tata-krama duniawi.
Misalnya ketika Maria panik karena Yesus tidak ikut dalam rombongan pulang dari Yerusalem.
Setelah tiga hari Maria akhirnya menemukan Yesus di Bait Allah,
maka Maria pun menegur Yesus,
“Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”
Yesus menjawab,
“Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
Tentu saja Maria kaget mendapat jawaban seperti itu.
Kalau emak-emak jaman now, pastilah anaknya dihadiahi omelan atau jeweran di telinga.
Tetapi Maria tidak.
Ia menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Begitu pula yang terjadi,
ketika Yesus sedang berbicara di hadapan orang banyak,
Yesus diberitahu kalau Bunda Maria dan saudara-saudara lainnya berada di luar dan berusaha untuk menemui Yesus.
Kembali Maria mesti menerima perkataan yang kurang pantas dari Yesus,
“Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?”
Yesus menunjuk kepada para murid-Nya sambil berkata,
“Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!”
Apa yang terjadi pada emak-emak jaman now ketika anaknya berkata-kata seperti itu?
Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Saya tidak bermaksud memaparkan gambaran yang kurang baik tentang Yesus.
Kita tahu bahwa tujuan Yesus datang ke dunia ini bukan untuk membahagiakan ibu-Nya,
melainkan untuk mengemban tugas yang sangat berat demi keselamatan umat manusia.
Tentu Yesus tidak berkenan untuk melakoni kehidupan duniawi yang penuh dengan kedagingan,
melainkan Yesus datang untuk menyerahkan nyawa-Nya bagi penebusan semua orang.
Di sisi lain, saya ingin memaparkan betapa luarbiasanya Bunda kita.
Bunda Maria, yang memang telah ditentukan sejak semula
turut mengambil bagian dalam karya Agung Allah Bapa,
termasuk turut mengalami kedukaan dari sengsara Yesus,
seperti yang telah disampaikan oleh Simeon kepada Maria,
“Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang.”
Bunda Maria adalah sosok yang sempurna.
Pengorbanan hidupnya telah membuka hati dan pikiran banyak orang.
Bunda Maria adalah martir tanpa tetesan darah.
Ia bukan hanya Bunda Allah, tetapi juga adalah bunda dari kita semua.
Yesus sendiri yang menyatakannya, sebagaimana yang telah kita dengarkan dari Bacaan Injil tadi.
Kita diwakili oleh Rasul Yohanes, untuk dilantik oleh Yesus menjadi anak dari Bunda Maria,
dan Bunda Maria menjadi ibu kita.
Tadi telah kita dengarkan Yesus bersabda, “Inilah ibumu!”
Ini merupakan kehormatan besar bagi kita, menjadi anak dari seorang ibu yang sempurna,
yang sangat mudah berbelas-kasih, yang tersuci di antara semua manusia.
Kita boleh memanggilnya Bunda,
kita boleh berdoa kepadanya, memohon Bunda Maria mendoakan kita.
Maka marilah kita, di bulan Oktober nanti, bulan Rosario,
kita lebih mendekatkan diri lagi kepada bunda kita,
menjalin komunikasi yang akrab dengannya, dan secara tekun mendaraskan,
“Santa Maria, Bunda Allah.
Doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan waktu kami mati.
Amin.
Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Fieschi dari Genoa, Janda
Di antara sekian banyak wanita kudus yang menyandang nama Katarina, Katarina Fieschi patut diberi julukan “Pencinta Jiwa-jiwa di Api Penyucian.” Katarina berasal dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Ia cantik sekali dan berpendirian tegas.
Pada umur 13 tahun, ia masuk sebuah ordo yang keras sekali aturannya. Permohonannya ditolak karena umurnya dianggap belum memenuhi syarat. Tiga tahun kemudian, ia menikah dengan Yuliano Adorno, pemuda kebanggaan orangtuanya.
Awal perkawinan mereka tidak begitu bahagia. Yuliano, acuh tak acuh dan sering tidak menghiraukannya. Lima tahun lamanya, ia menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena ulah suaminya Yuliano. Tetapi ia menanggung semuanya itu dengan sabar dan tawakal. Secara ekonomi mereka tidak kekurangan apa pun karena harta warisan orangtuanya berlimpah-limpah. Ia hidup berfoya-foya dan menikmati kesenangan duniawi yang tak ada taranya. Namun batinnya tidak tenteram.
Pada usia 36 tahun, ia melepaskan semua kesenangan duniawi itu dan bertobat. Ia mulai lebih banyak berdoa untuk memohon bimbingan Tuhan. Suaminya Yuliano pun ikut bertobat. Keduanya mulai mengenyam suatu hidup yang bahagia dalam cinta dan cita-cita yang luhur untuk mengabdi Tuhan. Mereka pindah ke sebuah rumah yang sederhana dan berkarya di sebuah rumah sakit secara cuma-cuma.
Yuliano meninggal dunia pada tahun 1497. Katarina dengan tekun melanjutkan karya amal itu sambil tetap menjalin hubungan dengan Tuhan dengan doa dan matiraga. Tuhan memperhatikan hambanya dan memberinya banyak karunia istimewa dan kehidupan mistik yang tinggi. Perhatiannya yang lebih besar dicurahkan kepada jiwa-jiwa di api penyucian karena ia berpendapat bahwa penderitaan mereka jauh lebih besar mengingat mereka dianggap belum berkenan kepada Tuhan secara sempurna. Katarina Fieschi meninggal dunia pada tahun 1510.
Maria, Mater Dolorosa
Hari ini juga Gereja mengenangkan ‘Kedukaan Santa Perawan Maria’. Banyak sekali penderitaan yang dialami Maria sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus, Anaknya dalam karya agung penyelamatan umat manusia dari dosa. Maria menyertai Yesus hingga akhir hayatNya di bawah kaki salib. Oleh karena itu Gereja menamai Maria ‘Mater Dolorosa’, Bunda Dukacita, dan ‘Ratu para Martir’.
Seluruh penderitaan Maria diringkas Gereja dalam 7 jenis kedukaan yang diambil dari 7 peristiwa berikut ini:
1. Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang akan terjadi atas diri Yesus, Anaknya sewaktu ia bersama Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah.
2. Kedukaan yang dialaminya sewaktu pengungsian ke Mesir.
3. Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari Yesus di Yerusalem.
4. Kedukaan sewaktu bertemu dengan Yesus di jalan salib.
5. Kedukaan sewaktu Yesus disalib dan wafat.
6. Kedukaan sewaktu Yesus dibaringkan di pangkuannya.
7. Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan.
Maria menanggung semua penderitaan itu dengan tabah dan penuh iman karena ia sendiri telah mengatakan dengan bebas kepada malaekat Allah: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Santo Nikomedes, Martir
Sangat sedikit keterangan tentang riwayat Nikomedes, meskipun Gereja menghormatinya sebagai martir Kristus dan kepadanya dipersembahkan sebuah Gereja di Via Nomeritana.
Konon beliau adalah seorang imam di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Domisianus. Ia dipenggal kepalanya karena menguburkan jenazah Santa Felicula. Jenazahnya sendiri dimakamkan di gereja Santa Praksedis di Roma.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi