Hari Biasa, Pekan Biasa XI Sabtu, 22 Juni 2019

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XI

Sabtu, 22 Juni 2019

PF S. Yohanes Fisher, Uskup, dan S. Tomas More, Martir
PF S. Paulinus dari Nola, Uskup

 

 


Bacaan Pertama
2Kor 12:1-10

“Aku suka bermegah atas kelemahanku.”

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara,
aku harus bermegah, sekalipun hal ini memang tidak ada faedahnya.
Namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan
dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.
Aku tahu tentang seorang Kristen;
empat belas tahun yang lalu,
entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh,
aku tidak tahu, Allahlah yang tahu
orang itu tiba-tiba diangkat ke surga, ke tingkat yang ketiga.
Aku juga tahu tentang orang itu,
(entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh,
aku tidak tahu, Allahlah yang tahu),
ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus
dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan,
yang tidak boleh diucapkan manusia.
Atas orang itu aku hendak bermegah,
tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah,
selain atas kelemahan-kelemahanku.
Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga,
aku bukan orang bodoh lagi,
karena aku mengatakan kebenaran.
Tetapi aku menahan diriku,
supaya jangan ada orang yang menilai aku
lebih daripada yang mereka lihat padaku
atau yang mereka dengar dari padaku.

Saudara-saudara,
agar aku jangan meninggikan diri
karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu,
aku diberi suatu duri di dalam dagingku,
yaitu seorang utusan Iblis
untuk menggocoh aku, agar aku jangan meninggikan diri.
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan,
supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku,
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Sebab itu aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku,
agar kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,
siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan
oleh karena Kristus.
Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 34:8-9.10-11.12-13,R:9a

Refren: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

*Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus,
sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan.
Singa-singa muda merana kelaparan,
tetapi orang-orang yang mencari Tuhan
tidak kekurangan suatu pun.

*Marilah anak-anak, dengarkanlah aku,
takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu!
Siapakah yang menyukai hidup?
Siapakah yang mengingini umur panjang
untuk menikmati yang baik?


Bait Pengantar Injil
2Kor 8:9

Yesus Kristus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya,
agar berkat kemiskinan-Nya, kalian menjadi kaya.


Bacaan Injil
Mat 6:24-34

“Janganlah kuatir akan hari esok.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus,
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan.
Karena jika demikian,
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain,
atau ia akan setia kepada yang seorang
dan tidak mengindahkan yang lain.
Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.

Karena itu Aku berkata kepadamu:
Janganlah kuatir akan hidupmu,
apa yang hendak kalian makan atau minum,
dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu,
apa yang hendak kalian pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan,
dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?
Pandanglah burung-burung di langit,
yang tidak menabur dan tidak menuai,
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
toh diberi makan oleh Bapamu yang di surga.
Bukankah kalian jauh melebihi burung-burung itu?

Siapakah di antara kalian
yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja
pada jalan hidupnya?
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Perhatikanlah bunga bakung di ladang,
yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal.
Namun Aku berkata kepadamu,
Salomo dalam segala kemegahannya pun
tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang,
yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,
tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kalian,
hai orang yang kurang percaya?

Maka janganlah kamu kuatir dan berkata,
‘Apakah yang akan kami makan?
Apakah yang akan kami minum?
Apakah yang akan kami pakai?’
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu,
bahwa kalian memerlukan semuanya itu.
Maka carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok,
karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Tuhan vs Mamon

Renungan Injil
Merenungkan Bacaan Injil hari ini, yakni perihal “mengabdi kepada dua tuan”, saya teringat suatu waktu saya berkata kepada anak saya, “Kalau kamu ingin cepat-cepat kaya, tinggalkan Yesus lalu mengabdilah kepada Mamon!”
Lalu saya lanjutkan, “Tapi kamu mesti siap menanggung konsekuensi dari pilihanmu itu, salah satunya: kamu memutus hubungan dengan kami, orangtuamu!”
Anak saya tentu tahu kalau saya tidak bersungguh-sungguh, melainkan semacam peringatan baginya.
Ya, kita juga tahu, Mamon itu memang identik dengan kekayaan, tetapi sesungguh dia bukanlah pemilik dari kekayaan itu.
Mamon justru memanfaatkannya demi menaklukkan kita.
Kita tahu Allah Bapa adalah pemilik langit dan bumi dan segenap isinya, bukan Mamon.
Ini juga sekaligus mematahkan pendapat orang yang mengatakan bahwa pengikut Kristus itu tidak bisa kaya, hidupnya susah karena mesti menyangkal diri dan memikul salibnya masing-masing.
Ini jelas keliru.
Dari Kitab Kejadian kita ketahui sabda Allah, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.
Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.”
Dengan kata lain, jika ingin punya uang atau kekayaan, bekerjalah dengan tekun dan rajin karena Tuhan mengijinkan.

Jadi, kita tak perlu khawatir hidup kita akan susah kalau tak mengabdi kepada Mamon.
Yesus telah menegaskannya, “Janganlah kuatir akan hidupmu, apa yang hendak kalian makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu,
apa yang hendak kalian pakai.”
Burung yang tak menabur, tak menuai, dan tak mengumpulkan bekal dalam lumbung saja diberi makan oleh Allah Bapa, bukankah kita jauh melebihi burung-burung itu?

Mengumpulkan kekayaan atau materi duniawi tidak dapat dijadikan tujuan hidup, “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.”
Sebagai pengikut Kristus yang mengenal Allah, kita lebih memercayai perkataan Yesus ini, “Bapamu yang di surga tahu, bahwa kalian memerlukan semuanya itu.
Maka carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Jadi, mari kita mengabdi hanya kepada satu tuan, tinggalkan Mamon dan mengabdilah hanya kepada Tuhan sebagai satu-satunya tuan bagi kita.


Peringatan Orang Kudus
Santo Paulinus dari Nola, Uskup dan Pengaku Iman
Paulinus lahir dari sebuah keluarga bangsawan Romawi di Bordeaux, Prancis, pada tahun 353. Di antara kaum keluarganya yang berasal dari Spanyol, banyak yang berpangkat Senator, Prefek dan Konsul. Bakat sastera yang dimilikinya, serta pendidikan yang diperolehnya merupakan bekal dasar yang menguntungkan masa depannya. Ia menjadi seorang ahli pidato serta penyair masyhur yang dikagumi oleh Santo Hieronimus dan Agustinus.
Meskipun masih sangat muda, ia diangkat menjadi senator di Roma segera setelah ia menamatkan pendidikannya di sekolah tinggi. Tak lama kemudian, ia diangkat sebagai konsul di Nola menggantikan ayahnya. Di kota inilah ia untuk pertama kalinya menyaksikan perayaan Pesta Santo Feliks, martir. Dilihatnya ribuan orang berduyun-duyun ke kota untuk mengunjungi makam Santo Feliks. Paulinus terharu melihat orang-orang itu, yang dengan tekun merenungkan keteladanan Santo Feliks.
Dalam perjalanannya ke Prancis dan Spanyol untuk mengurus miliknya, ia dipermandikan di Bordeaux, kota kelahirannya, oleh Uskup Delphinus. Semenjak permandiannya ini, Tuhan mulai mencobainya. Kesengsaraan dan kesusahan turun silih berganti menimpanya. Tuhan menghendaki agar Paulinus melepaskan diri dari segala kemewahan duniawi dan sebaliknya erat bersatu denganNya. Ketika Paulinus berada di Spanyol, anaknya yang tunggal meninggal dunia. Hal ini sangat memberatkan dan menyedihkan hatinya, tetapi dengan penuh kepercayaan dan ketabahan dihadapinya. Sekarang mengertilah dia akan kehendak Allah. Ia meminta nasehat kepada Hieronimus tentang segala pengalamannya yang pahit.
Kepadanya Hieronimus mengatakan: “Putuskanlah hubungan dengan dunia dan pelajarilah Kitab Suci!” Maka Paulinus dan isterinya mengambil keputusan untuk hidup murni dan membagi-bagikan harta miliknya kepada para miskin. Corak hidup baru dijalaninya dengan sangat bijaksana, penuh bakti kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 394, Paulinus ditahbiskan menjadi imam di Barcelona dan kemudian ia kembali ke Nola. Bersama dengan beberapa rekannya. Paulinus menjalani hidup sebagai biarawan. la bekerja mengolah tanah, berdoa dan menulis. Dari harta kekayaannya yang masih sisa, ia mendirikan sebuah gereja yang indah untuk menghormati Santo Feliks. Pada tahun 409, Paulinus diangkat menjadi Uskup Nola. Dengan bijaksana dan penuh cinta kasih ia membimbing umatnya. Ia berani membela umatnya dari segala rongrongan.
Ketika Italia diserang oleh bangsa-bangsa Eropa Timur, Paulinus mendermakan segala hartanya untuk menebus umatnya yang ditangkap dan diperbudak. Setelah semua hartanya habis, Paulinus sendiri menyerahkan dirinya untuk dipenjarakan sebagai pengganti seorang umatnya. Tetapi tak lama kemudian ia sendiri dibebaskan. Setelah lama mengabdikan dirinya pada Tuhan dan sesamanya, Paulinus meninggal pada tahun 431.


Santo Thomas Moore, Martir
Thomas Moore adalah martir Inggris, negarawan dan pengacara terkenal. Ia menjadi lambang kebanggaan para pengacara. Ia lahir di London pada tanggal 6 Februari 1478. Ayahnya Sir John Moore adalah seorang pengacara dan hakim pada Mahkamah Kerajaan. Ibunya Agnes Granger adalah seorang ibu yang saleh. Ketika memasuki usia remaja, Thomas memulai pendidikannya di Sekolah Santo Antonius di London. Kira-kira pada tahun 1490, ia menjadi pelayan Kardinal John Morton, Uskup Agung Carterbury. Di sana ia mendapat pelajaran bahasa Yunani di bawah bimbingan William Grocyn. Setelah itu ia memasuki pendidikan dalam bidang hukum di London. Setelah menyelesaikan studi hukum itu, ia menjadi anggota Parlemen pada tahun 1504.
Minatnya pada sastera klasik sangat besar. Oleh karena itu ia belajar lagi karya-karya klasik dari Aristoteles dalam bahasa Yunani. Selain mahir dalam bahasa Yunani, Thomas pun mahir berbahasa Latin dan Prancis, serta ahli di bidang sejarah, ilmu pasti dan musik. Keahlian-keahliannya ini membuat dia menjadi seorang pengacara yang populer tetapi juga orang yang ragu-ragu akan panggilan imamat yang sudah lama bergolak dalam batinnya.
Atas nasehat Pastor John Colet, pembimbing rohaninya, Thomas akhirnya mengambil keputusan untuk tetap menjadi awam Katolik yang berkecimpung dalam bidang politik. la kemudian menikah dengan Jane Colt pada tahun 1505. Tuhan mengaruniakan kepadanya tiga orang puteri dan seorang putera. Sepeninggal isterinya Jane Colt pada tahun 1511, Thomas menikah lagi dengan Alice Maddleton seorang janda.
Thomas benar-benar seorang awam Katolik yang beriman. Hidupnya sangat sederhana. Ia tidak pernah menerima uang semir untuk semua perkara yang ditanganinya. la bahkan berhasil memberantas korupsi dan kemalasan di dalam kantor Pengadilan Kerajaan. Sampai akhir hidupnya, ia tetap setia menjalankan tapa, doa dan renungan setiap hari. Seluruh anggota keluarganya setiap pagi diajaknya berdoa pagi dan malam. Pada waktu makan siang, mereka mendengarkan bacaan Kitab Suci atau riwayat Orang-orang Kudus. Dia sendiri setiap hari Jumat merenungkan sengsara Tuhan serta berbuat amal kepada orang­orang yang berkesusahan.
Keahliannya di bidang hukum dan sastera klasik membuat dia dikenal banyak orang hingga di luar negeri. Rumahnya ramai dikunjungi orang dan menjadi tempat pertemuan para ilmuwan dan seniman dari berbagai negara. Rakyat jelata sangat menyegani dan menghormatinya. Oleh karena itu, demi keberhasilan usahanya untuk memisahkan Gereja Inggris dari pengaruh Roma, Raja Henry VIII mengangkat dia menjadi Kanselir Kerajaan. Demi menunjukkan kepatuhannya kepada raja, Thomas menerima tugas ini. Tetapi tiga tahun kemudian ia mengundurkan diri sebagai protes terhadap tindakan Raja Henry VIII yang ingin kawin lagi secara tidak sah dan ingin mengangkat dirinya sebagai Kepala Gereja di Inggris. Ia mengasingkan diri ke pedalaman. Karena tidak menghadiri perkawinan raja dengan selirnya maka Thomas ditangkap. Namun beberapa hari berikutnya ia dibebaskan lagi. la dipanggil untuk mengucapkan sumpah setia kepada raja dan semua tindakannya, terutama sumpah untuk mengakui raja sebagai Kepala Gereja di Inggris. la bersama Uskup John Fischer menolak untuk bersumpah.
Bersama Uskup John Fischer, Thomas dipenjarakan lagi. Harta milik keluarganya disita. Keluarganya sangat menderita karena peristiwa itu. Mereka meminta Thomas agar mengikuti saja kehendak raja seperti dilakukan banyak Uskup. Tetapi Thomas menolak permintaan keluarganya itu dan tidak mau ikut main sandiwara. la dengan setia mengikuti bisikan suara hati dan keyakinannya.
Atas pertanyaan hakim: “Apakah engkau menganggap dirimu lebih bijaksana dan jujur daripada uskup-uskup dan pembesar-pembesar kerajaan ini?”, Thomas dengan tegas menjawab: “Meski uskup-uskup tidak sependapat dengan aku, ada ratusan orang kudus yang mendukung aku; meski parlemenmu tidak sependapat dengan aku, aku didukung oleh konsili-konsili umum yang telah berkali-kali diadakan; meski seluruh kerajaan tidak sependapat dengan aku, seluruh kerajaan Kristen sependapat dengan aku”.
Karena ketegasan dan pendiriannya itu, kepalanya dipenggal pada tanggal 6 Juli 1535. la mati sebagai seorang martir, seorang awam Katolik yang beriman kokoh.


Santo Yohanes Fischer, Uskup dan Martir
Yohanes Fischer adalah sahabat karib Thomas Moore dan Erasmus. Ia lahir di Baverley, Yorkshire pada tahun 1469 sebagai putera bungsu Roben dan Agnes Fischer.
Pada usia 14 tahun ia disekolahkan di Cambridge sampai memperoleh gelar Bakaleureat pada tahun 1487 dan gelar Master pada tahun 1491. Pada tahun itu juga ia ditahbiskan menjadi imam dalam usia 22 tahun. Kariernya terus meningkat dalam berbagai jabatan penting yang dipercayakan kepadanya: wakil kanselir, pembimbing rohani Lady Margareth Beaufort, ibu dari Raja Henry VIII dan usaha-usahanya dalam bidang pendidikan. Ia berhasil membujuk Lady Margareth untuk mendukung usaha Raja Henry dalam memajukan pendidikan. Ia mendirikan ‘Kolese Kristus’ dan dengan bantuan dana dari Lady Margareth ia mendirikan ‘Kolese Santo Yohanes’ di Cambridge. Masih banyak lagi usaha lain yang ia kerjakan demi pelayanannya kepada umat.
Pada usia 35 tahun, ia diangkat menjadi Uskup Bochester. la dikenal luas sebagai pengkhotbah ulung dan sebagai seorang uskup yang rajin dan bijaksana dalam rencana-rencananya. Sebagai orang yang cakap dalam ilmu ketuhanan, ia menulis beberapa buku antara lain tentang Sakramen Ekaristi (1527). Bahan-bahan khotbahnya sangat banyak diterbitkan.
Semua keberhasilannya demi pelayanan kepada umat dicapainya dengan banyak pengorbanan. Pada tahun 1529 tatkala ia menjabat sebagai penasehat Katarina dari Aragon, ia dengan tegas menentang kebejatan Raja Henry VIII, karena memperkosa Katarina. Karena itu ia dimusuhi oleh raja. Kecuali itu, ia berusaha keras untuk menggagalkan keinginan Raja Henry VIII untuk menjadi Kepala Gereja di Inggris. Selama itu hidupnya terus dibayang-bayangi ancaman kematian. Dua kali ia ditangkap dan dipenjarakan. Meski demikian ia tetap teguh pada pendirian dan imannya. Sementara mendekam di dalam penjara, Paus mengangkatnya menjadi Kardinal. Pengangkatan ini semakin memperhebat kemarahan Raja Henry, yang memuncak pada pembunuhan atas dirinya secara mengerikan. Pada tanggal 22 Juni 1535, ia dijatuhi hukuman mati penggal kepala. la dengan gagah berani menghadapi ajalnya demi umat, kebenaran dan Kristus. Ia seorang sarjana terkenal, ahli perpustakaan dan seorang uskup yang membaktikan diri sepenuhnya bagi kesejahteraan rohani umatnya. Pada tahun 1935, ia dinyatakan sebaga santo.


Beata Yulia Billiart, Biarawati
Yulia lahir pada tahan 1715 dan meninggal dunia pada tanggal 8 April 1816. Ia berasal dari sebuah desa kecil di wilayah Cuvilly, Prancis Utara. Ia dikenal juga sebagai salah seorang pendiri Perkumpulan Notre Dame de Namur di Belgia, yang mengabdikan diri di bidang karya pelayanan dan pemeliharaan anak-anak miskin.
Bakat mengajar telah berkembang dalam dirinya semenjak kecilnya. Selagi masih anak-anak, Yulia mengajar katekismus kepada teman-teman sebayanya. Ketika usianya menanjak remaja (14 tahun), ia sudah mengikrarkan kaul kemurnian hidup demi Tuhan. Perhatiannya kepada kepentingan orang lain semakin meluas. Selain tetap mengajar katekismus, ia pun mulai memalingkan perhatiannya kepada orang-orang sakit dengan melakukan kunjungan-kunjungan tetap. Di sana ia menghibur orang-orang sakit dan berdoa bersama mereka.
Suatu peristiwa pahit menimpanya ketika berusia 31 tahun. Tiba-tiba ia jatuh sakit, pincang dan cacat. Namun semuanya itu tidak memadamkan semangatnya untuk mengajar agama. Selama masa Revolusi Prancis, ia dengan berani melawan kaum revolusioner yang anti agama Katolik dan melindungi imam-imam dari bahaya pembunuhan. Karena tindakan-tindakannya ini, hidupnya sendiri pun terancam. Untuk menghindari bahaya atas dirinya, ia pergi ke Compiegne.
Pada tahun 1794, seorang sahabatnya mengungsikan dia ke Amiens. Di sini Yulia menjadi pelopor dan penggerak sekelompok wanita saleh untuk melakukan karya-karya amal. Di antara mereka terdapat Fransiska Blin de Bourdon, Viscountess de Gezaincourt yang menjadi sahabat Yulia. Bersama mereka Yulia mendirikan Perkumpulan Notre Dame, yang kemudian berkembang menjadi sebuah Kongregasi Suster Notre Dame.
Kira-kira pada tahun 1803, mereka mendirikan sebuah sekolah Katolik untuk remaja-remaja puteri sebagai awal Perkumpulan Notre Dame. Tujuan utama sekolah ini ialah mendidik remaja-remaja itu menjadi orang Katolik tulen. Meski demikian, sekolah inipun dimaksudkan untuk mendidik puteri-puteri itu menjadi guru-guru agama Katolik. Semua kegiatan pendidikan ini dilaksanakannya dengan girang hati dalam keadaan tetap pincang.
Pada tahun 1804, sesudah menjalankan doa novena selama lima hari, Yulia disembuhkan secara ajaib. la mulai berjalan normal kembali setelah menderita selama 22 tahun. Karya mereka segera tersebar dan dikenal luas. Sementara itu, perkumpulan ini telah diubah menjadi sebuah Kongregasi Suster, yang dikenal dengan nama Kongregasi Suster Notre Dame, yang mengabdikan diri di bidang pendidikan bagi kaum puteri.
Karena semakin berkembang luas dan dikenal, Kongregasi ini mendirikan lagi beberapa rumah biara di Belgia. Pada tahun 1809, Yulia pindah ke rumah induk biara Notre Dame di Namur, Belgia. la meninggal pada tanggal 8 April 1816. Pada tahun 1906, ia digelari sebagai ‘beata’.


Santo Albanus, Martir
Riwayat hidup Albanus ditulis oleh Santo Beda kira-kira pada tahun 700. Albanus adalah orang Kristen pertama yang dibunuh di kepulauan Britania, dan martir Inggris pertama pada akhir abad ketiga. Sejak abad pertama, kepulauan Britania berada di bawah kekuasaan Romawi. Iman Kristen yang berkembang di sana dibawa oleh tentara­tentara Roma yang beragama Kristen.
Pada masa penganiayaan umat Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi sewaktu Diokletianus menjadi kaisar, ada seorang imam dikejar-kejar oleh tentara-tentara Romawi. Imam ini bersembunyi di rumah Albanus, seorang kafir. Selama persembunyiannya, imam ini mengajari Albanus ajaran-jaran iman Kristen.
Pada suatu hari, Albanus mengenakan pakaian imam itu dan berjalan-jalan di luar rumahnya. Ia segera ditangkap dan diseret ke pengadilan. Dengan berani ia mengakui diri sebagai penganut agama Kristen. Karena itu pengadilan Romawi segera menjatuhkan hukuman pancung atas dirinya di atas sebuah bukit yang disebut Verulamium. Oleh orang Inggris, bukit ini disebut bukit Saint Albans.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *