Hari Biasa, Pekan Biasa XI Jumat, 22 Juni 2018
Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XI
Jumat, 22 Juni 2018
PF S. Yohanes Fisher, Uskup, dan S. Tomas More, Martir
PF S. Paulinus dari Nola, Uskup
Bacaan Pertama
2Raj 11:1-4.9-18.20
“Mereka mengurapi Yoas dan berseru, ‘Hiduplah Raja!'”
Pembacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja:
Setelah Ahazia, raja Yehuda, mati terbunuh,
maka ibunya, Atalya,
bermaksud membinasakan seluruh keturunan raja.
Tetapi Yoseba, anak perempuan raja Yoram, saudari Ahazia,
mengambil Yoas, putera Ahazia,
dan menculik dia dari tengah-tengah putera-putera raja
yang hendak dibunuh itu.
Yoas dimasukkannya bersama inang penyusunya
ke dalam gudang tempat tidur,
dan disembunyikannya terhadap Atalya
sehingga tidak ikut dibunuh.
Maka tinggallah ia enam tahun lamanya bersama inang penyusunya
dengan bersembunyi di rumah Tuhan,
sementara Atalya memerintah negeri.
Pada tahun yang ketujuh
Yoyada, kepala para imam di Yerusalem,
mengundang para kepala pasukan seratus
dari orang Kari dan dari pasukan bentara.
Mereka disuruhnya datang kepadanya di rumah Tuhan.
Ia mengikat perjanjian dengan mereka
dengan menyuruh mereka bersumpah di rumah Tuhan.
Kemudian diperlihatkannyalah putera raja itu kepada mereka.
Para kepala pasukan itu melakukan
tepat seperti yang diperintahkan imam Yoyada.
Masing-masing mengambil orang-orangnya
yang selesai bertugas pada hari Sabat
bersama-sama dengan orang-orang yang masuk bertugas pada hari itu,
lalu datanglah mereka kepada imam Yoyada.
Kepada para kepala pasukan itu
Yoyada memberikan tombak dan perisai-perisai kepunyaan raja Daud
yang ada di rumah Tuhan.
Kemudian para bentara masing-masing dengan senjata di tangan
mengambil tempatnya di lambung kanan dan kiri rumah itu,
dengan mengelilingi mezbah dan rumah itu untuk melindungi raja.
Sesudah itu Yoyada membawa putera raja itu ke luar,
mengenakan jejamang padanya
dan memberikan hukum Allah kepadanya.
Mereka menobatkan dia menjadi raja serta mengurapinya,
dan sambil bertepuk tangan berserulah mereka, “Hiduplah Raja!”
Ketika Atalya mendengar suara hiruk pikuk para bentara dan rakyat,
pergilah ia ke rumah Allah untuk menemui rakyat.
Lalu dilihatnya raja berdiri dekat tiang menurut kebiasaan,
sedang para pemimpin dengan para pemegang nafiri berada dekat raja.
Dan seluruh rakyat negeri bersukaria sambil meniup nafiri.
Maka Atalya mengoyakkan pakaiannya sambil berseru,
“Khianat! khianat!”
Tetapi imam Yoyada memberi perintah
kepada para kepala pasukan seratus
yaitu mereka yang mengepalai tentara, katanya,
“Bawalah dia keluar dari barisan!
Siapa yang memihak dia, bunuhlah dengan pedang!”
Sebab sebelumnya Yoyada telah berkata,
“Janganlah ia dibunuh di rumah Tuhan!”
Maka mereka menangkap Atalya.
Dan pada waktu ia masuk istana melalui pintu bagi kuda,
dibunuhlah ia di situ.
Kemudian
Yoyada mengikat perjanjian antara Tuhan dengan raja dan rakyat,
bahwa mereka menjadi umat Tuhan;
juga antara raja dengan rakyat.
Sesudah itu masuklah seluruh rakyat ke rumah Baal,
lalu merobohkannya;
mereka menghancurkan mezbah-mezbah dan patung-patung,
serta membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu.
Lalau Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah Tuhan.
Maka bersukarialah seluruh rakyat negeri dan amanlah kota itu,
setelah Ratu Atalya mati dibunuh dengan pedang di istana raja.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 132:11-12.13-14.17-18,R:13
Refren: Tuhan telah memilih Sion
menjadi tempat kedudukan-Nya.
*Tuhan telah menyatakan sumpah setia kepada Daud,
Ia tidak akan memungkirinya:
“Seorang anak kandungmu akan Kududukkan
di atas takhtamu.
*Jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku,
dan pada peraturan yang Kuajarkan kepada mereka,
maka selama anak-anak mereka akan duduk
di atas takhtamu.”
*Sebab Tuhan telah memilih Sion,
dan mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya:
“Inilah tempat peristirahatan-Ku untuk selama-lamanya,
di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.
*Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud,
dan menyediakan pelita bagi orang yang Kuurapi.
Musuh-musuhnya akan Kutudungi pakaian keaiban,
tetapi ia sendiri akan mengenakan mahkota yang semarak!”
Bait Pengantar Injil
Mat 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
sebab milik merekalah kerajaan Allah.
Bacaan Injil
Mat 6:19-23
“Di mana hartamu berada,
di situ pula hatimu.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus,
“Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi;
ngengat dan karat akan merusakkannya,
dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga.
Di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya,
dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mata adalah pelita tubuh.
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu.
Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.
Jadi jika terang yang ada padamu gelap,
betapa gelapnya kegelapan itu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Marilah kita merenungkan perihal “dosa warisan” dari kisah Raja Ahab dan keturunannya.
Izebel, istri Raja Ahab, menyeret suaminya ke dalam dosa, membunuh Nabot hanya gara-gara mengingini kebun anggur milik Nabot.
Lalu Allah membuat keputusan, mendatangkan malapetaka bagi Ahab dan segenap keturunannya.
Terjadilah demikian, anak-cucu menanggung penghukuman atas dosa yang diperbuat oleh orangtua dan para leluhurnya.
Ahab dan Izebel telah mewariskan “tanggungan dosa” kepada anak-cucunya.
Apakah kita percaya kalau bisa jadi saja kita menanggung dosa yang diperbuat oleh orangtua atau leluhur kita?
Yang berbuat orang lain, mengapa kita yang mesti menanggungnya?
Lalu diupayakan orang untuk mengadakan ritual untuk “memutuskan rantai dari pohon keluarga”, maksudnya agar dosa leluhur terputus dan tidak diwariskan kepada generasi berikutnya.
Waduh, bagaimana ini? Kok malahan menjadi semakin runyam saja?
Kita percaya akan adanya dosa asal, yakni dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa, yang tanggungan dosanya dibebankan kepada segenap keturunan mereka, termasuk kita.
Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa, tidak termasuk yang mesti mewarisi tanggungan dosa asal itu.
Bunda Maria memang dikhususkan oleh Allah karena mesti mengandung dari Roh Kudus.
Dosa mempunyai karakteristik yang serupa dengan penyakit, bisa diwariskan kepada anak cucu.
Bukan hanya harta yang bisa diwariskan, tetapi penyakit, watak dan sifat juga bisa diwariskan, termasuk dosa.
Kalau begitu, boleh dong melakukan ritual untuk memutus pohon keluarga?
Tidak, tidak bisa dan tidak boleh.
Sesuatu yang telah ditetapkan Allah tidak dapat dibatalkan atau digagalkan oleh manusia, titik.
Allah bisa saja membatalkan ketetapannya sendiri, siapa yang bisa melarangnya?
Raja Ahab tidak menanggung dosa yang diperbuatnya sendiri karena ia bertobat, memohon pengampunan dan Allah mengampuninya.
Tetapi Izebel dan keturunannya tidak mau bertobat maka mereka pun tertimpa tanggungan dosa itu.
Jadi, warisan dosa sangat mungkin dihindari atau dicegah, tetapi bukan dengan memutus pohon keluarga atau melakukan tindakan-tindakan “gagah” lainnya untuk “mengalahkan” Allah.
Satu-satunya jalan adalah pertobatan.
Ketika kita menerima pembaptisan, karena di situ ada pertobatan untuk menjadi manusia baru, menjadi anak Allah, maka kita pun dibebaskan dari dosa asal.
Allah mempunyai hak-Nya sendiri untuk membuat ketetapan, membatalkan ketetapan atau mengubah ketetapan yang telah dibuat sebelumnya.
Sebagai contoh, Allah telah menetapkan bahwa semua keturunan Ahab mesti menanggung dosa Ahab dan Izebel.
Tetapi nyatanya?
Saat ketetapan itu mesti dieksekusi, ada satu orang yang diloloskan, yakni Yoas.
Yoas diculik dari antara putera raja, disembunyikan di gudang bersama inang pengasuhnya, sehingga lolos dari Atalya, neneknya itu.
Yoas diculik ketika berumur satu tahun, dan dinobatkan menjadi raja pada usia 7 tahun.
Nah, mari sekarang, kita menghindari “menabung dosa”, dan jika terjatuh segeralah bertobat, agar kita tidak mewariskan tanggungan dosa kepada anak cucu kita.
Peringatan Orang Kudus
Santo Paulinus dari Nola, Uskup dan Pengaku Iman
Paulinus lahir dari sebuah keluarga bangsawan Romawi di Bordeaux, Prancis, pada tahun 353. Di antara kaum keluarganya yang berasal dari Spanyol, banyak yang berpangkat Senator, Prefek dan Konsul. Bakat sastera yang dimilikinya, serta pendidikan yang diperolehnya merupakan bekal dasar yang menguntungkan masa depannya. Ia menjadi seorang ahli pidato serta penyair masyhur yang dikagumi oleh Santo Hieronimus dan Agustinus.
Meskipun masih sangat muda, ia diangkat menjadi senator di Roma segera setelah ia menamatkan pendidikannya di sekolah tinggi. Tak lama kemudian, ia diangkat sebagai konsul di Nola menggantikan ayahnya. Di kota inilah ia untuk pertama kalinya menyaksikan perayaan Pesta Santo Feliks, martir. Dilihatnya ribuan orang berduyun-duyun ke kota untuk mengunjungi makam Santo Feliks. Paulinus terharu melihat orang-orang itu, yang dengan tekun merenungkan keteladanan Santo Feliks.
Dalam perjalanannya ke Prancis dan Spanyol untuk mengurus miliknya, ia dipermandikan di Bordeaux, kota kelahirannya, oleh Uskup Delphinus. Semenjak permandiannya ini, Tuhan mulai mencobainya. Kesengsaraan dan kesusahan turun silih berganti menimpanya. Tuhan menghendaki agar Paulinus melepaskan diri dari segala kemewahan duniawi dan sebaliknya erat bersatu denganNya. Ketika Paulinus berada di Spanyol, anaknya yang tunggal meninggal dunia. Hal ini sangat memberatkan dan menyedihkan hatinya, tetapi dengan penuh kepercayaan dan ketabahan dihadapinya. Sekarang mengertilah dia akan kehendak Allah. Ia meminta nasehat kepada Hieronimus tentang segala pengalamannya yang pahit.
Kepadanya Hieronimus mengatakan: “Putuskanlah hubungan dengan dunia dan pelajarilah Kitab Suci!” Maka Paulinus dan isterinya mengambil keputusan untuk hidup murni dan membagi-bagikan harta miliknya kepada para miskin. Corak hidup baru dijalaninya dengan sangat bijaksana, penuh bakti kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 394, Paulinus ditahbiskan menjadi imam di Barcelona dan kemudian ia kembali ke Nola. Bersama dengan beberapa rekannya. Paulinus menjalani hidup sebagai biarawan. la bekerja mengolah tanah, berdoa dan menulis. Dari harta kekayaannya yang masih sisa, ia mendirikan sebuah gereja yang indah untuk menghormati Santo Feliks. Pada tahun 409, Paulinus diangkat menjadi Uskup Nola. Dengan bijaksana dan penuh cinta kasih ia membimbing umatnya. Ia berani membela umatnya dari segala rongrongan.
Ketika Italia diserang oleh bangsa-bangsa Eropa Timur, Paulinus mendermakan segala hartanya untuk menebus umatnya yang ditangkap dan diperbudak. Setelah semua hartanya habis, Paulinus sendiri menyerahkan dirinya untuk dipenjarakan sebagai pengganti seorang umatnya. Tetapi tak lama kemudian ia sendiri dibebaskan. Setelah lama mengabdikan dirinya pada Tuhan dan sesamanya, Paulinus meninggal pada tahun 431.
Santo Thomas Moore, Martir
Thomas Moore adalah martir Inggris, negarawan dan pengacara terkenal. Ia menjadi lambang kebanggaan para pengacara. Ia lahir di London pada tanggal 6 Februari 1478. Ayahnya Sir John Moore adalah seorang pengacara dan hakim pada Mahkamah Kerajaan. Ibunya Agnes Granger adalah seorang ibu yang saleh. Ketika memasuki usia remaja, Thomas memulai pendidikannya di Sekolah Santo Antonius di London. Kira-kira pada tahun 1490, ia menjadi pelayan Kardinal John Morton, Uskup Agung Carterbury. Di sana ia mendapat pelajaran bahasa Yunani di bawah bimbingan William Grocyn. Setelah itu ia memasuki pendidikan dalam bidang hukum di London. Setelah menyelesaikan studi hukum itu, ia menjadi anggota Parlemen pada tahun 1504.
Minatnya pada sastera klasik sangat besar. Oleh karena itu ia belajar lagi karya-karya klasik dari Aristoteles dalam bahasa Yunani. Selain mahir dalam bahasa Yunani, Thomas pun mahir berbahasa Latin dan Prancis, serta ahli di bidang sejarah, ilmu pasti dan musik. Keahlian-keahliannya ini membuat dia menjadi seorang pengacara yang populer tetapi juga orang yang ragu-ragu akan panggilan imamat yang sudah lama bergolak dalam batinnya.
Atas nasehat Pastor John Colet, pembimbing rohaninya, Thomas akhirnya mengambil keputusan untuk tetap menjadi awam Katolik yang berkecimpung dalam bidang politik. la kemudian menikah dengan Jane Colt pada tahun 1505. Tuhan mengaruniakan kepadanya tiga orang puteri dan seorang putera. Sepeninggal isterinya Jane Colt pada tahun 1511, Thomas menikah lagi dengan Alice Maddleton seorang janda.
Thomas benar-benar seorang awam Katolik yang beriman. Hidupnya sangat sederhana. Ia tidak pernah menerima uang semir untuk semua perkara yang ditanganinya. la bahkan berhasil memberantas korupsi dan kemalasan di dalam kantor Pengadilan Kerajaan. Sampai akhir hidupnya, ia tetap setia menjalankan tapa, doa dan renungan setiap hari. Seluruh anggota keluarganya setiap pagi diajaknya berdoa pagi dan malam. Pada waktu makan siang, mereka mendengarkan bacaan Kitab Suci atau riwayat Orang-orang Kudus. Dia sendiri setiap hari Jumat merenungkan sengsara Tuhan serta berbuat amal kepada orangorang yang berkesusahan.
Keahliannya di bidang hukum dan sastera klasik membuat dia dikenal banyak orang hingga di luar negeri. Rumahnya ramai dikunjungi orang dan menjadi tempat pertemuan para ilmuwan dan seniman dari berbagai negara. Rakyat jelata sangat menyegani dan menghormatinya. Oleh karena itu, demi keberhasilan usahanya untuk memisahkan Gereja Inggris dari pengaruh Roma, Raja Henry VIII mengangkat dia menjadi Kanselir Kerajaan. Demi menunjukkan kepatuhannya kepada raja, Thomas menerima tugas ini. Tetapi tiga tahun kemudian ia mengundurkan diri sebagai protes terhadap tindakan Raja Henry VIII yang ingin kawin lagi secara tidak sah dan ingin mengangkat dirinya sebagai Kepala Gereja di Inggris. Ia mengasingkan diri ke pedalaman. Karena tidak menghadiri perkawinan raja dengan selirnya maka Thomas ditangkap. Namun beberapa hari berikutnya ia dibebaskan lagi. la dipanggil untuk mengucapkan sumpah setia kepada raja dan semua tindakannya, terutama sumpah untuk mengakui raja sebagai Kepala Gereja di Inggris. la bersama Uskup John Fischer menolak untuk bersumpah.
Bersama Uskup John Fischer, Thomas dipenjarakan lagi. Harta milik keluarganya disita. Keluarganya sangat menderita karena peristiwa itu. Mereka meminta Thomas agar mengikuti saja kehendak raja seperti dilakukan banyak Uskup. Tetapi Thomas menolak permintaan keluarganya itu dan tidak mau ikut main sandiwara. la dengan setia mengikuti bisikan suara hati dan keyakinannya.
Atas pertanyaan hakim: “Apakah engkau menganggap dirimu lebih bijaksana dan jujur daripada uskup-uskup dan pembesar-pembesar kerajaan ini?”, Thomas dengan tegas menjawab: “Meski uskup-uskup tidak sependapat dengan aku, ada ratusan orang kudus yang mendukung aku; meski parlemenmu tidak sependapat dengan aku, aku didukung oleh konsili-konsili umum yang telah berkali-kali diadakan; meski seluruh kerajaan tidak sependapat dengan aku, seluruh kerajaan Kristen sependapat dengan aku”.
Karena ketegasan dan pendiriannya itu, kepalanya dipenggal pada tanggal 6 Juli 1535. la mati sebagai seorang martir, seorang awam Katolik yang beriman kokoh.
Santo Yohanes Fischer, Uskup dan Martir
Yohanes Fischer adalah sahabat karib Thomas Moore dan Erasmus. Ia lahir di Baverley, Yorkshire pada tahun 1469 sebagai putera bungsu Roben dan Agnes Fischer.
Pada usia 14 tahun ia disekolahkan di Cambridge sampai memperoleh gelar Bakaleureat pada tahun 1487 dan gelar Master pada tahun 1491. Pada tahun itu juga ia ditahbiskan menjadi imam dalam usia 22 tahun. Kariernya terus meningkat dalam berbagai jabatan penting yang dipercayakan kepadanya: wakil kanselir, pembimbing rohani Lady Margareth Beaufort, ibu dari Raja Henry VIII dan usaha-usahanya dalam bidang pendidikan. Ia berhasil membujuk Lady Margareth untuk mendukung usaha Raja Henry dalam memajukan pendidikan. Ia mendirikan ‘Kolese Kristus’ dan dengan bantuan dana dari Lady Margareth ia mendirikan ‘Kolese Santo Yohanes’ di Cambridge. Masih banyak lagi usaha lain yang ia kerjakan demi pelayanannya kepada umat.
Pada usia 35 tahun, ia diangkat menjadi Uskup Bochester. la dikenal luas sebagai pengkhotbah ulung dan sebagai seorang uskup yang rajin dan bijaksana dalam rencana-rencananya. Sebagai orang yang cakap dalam ilmu ketuhanan, ia menulis beberapa buku antara lain tentang Sakramen Ekaristi (1527). Bahan-bahan khotbahnya sangat banyak diterbitkan.
Semua keberhasilannya demi pelayanan kepada umat dicapainya dengan banyak pengorbanan. Pada tahun 1529 tatkala ia menjabat sebagai penasehat Katarina dari Aragon, ia dengan tegas menentang kebejatan Raja Henry VIII, karena memperkosa Katarina. Karena itu ia dimusuhi oleh raja. Kecuali itu, ia berusaha keras untuk menggagalkan keinginan Raja Henry VIII untuk menjadi Kepala Gereja di Inggris. Selama itu hidupnya terus dibayang-bayangi ancaman kematian. Dua kali ia ditangkap dan dipenjarakan. Meski demikian ia tetap teguh pada pendirian dan imannya. Sementara mendekam di dalam penjara, Paus mengangkatnya menjadi Kardinal. Pengangkatan ini semakin memperhebat kemarahan Raja Henry, yang memuncak pada pembunuhan atas dirinya secara mengerikan. Pada tanggal 22 Juni 1535, ia dijatuhi hukuman mati penggal kepala. la dengan gagah berani menghadapi ajalnya demi umat, kebenaran dan Kristus. Ia seorang sarjana terkenal, ahli perpustakaan dan seorang uskup yang membaktikan diri sepenuhnya bagi kesejahteraan rohani umatnya. Pada tahun 1935, ia dinyatakan sebaga santo.
Beata Yulia Billiart, Biarawati
Yulia lahir pada tahan 1715 dan meninggal dunia pada tanggal 8 April 1816. Ia berasal dari sebuah desa kecil di wilayah Cuvilly, Prancis Utara. Ia dikenal juga sebagai salah seorang pendiri Perkumpulan Notre Dame de Namur di Belgia, yang mengabdikan diri di bidang karya pelayanan dan pemeliharaan anak-anak miskin.
Bakat mengajar telah berkembang dalam dirinya semenjak kecilnya. Selagi masih anak-anak, Yulia mengajar katekismus kepada teman-teman sebayanya. Ketika usianya menanjak remaja (14 tahun), ia sudah mengikrarkan kaul kemurnian hidup demi Tuhan. Perhatiannya kepada kepentingan orang lain semakin meluas. Selain tetap mengajar katekismus, ia pun mulai memalingkan perhatiannya kepada orang-orang sakit dengan melakukan kunjungan-kunjungan tetap. Di sana ia menghibur orang-orang sakit dan berdoa bersama mereka.
Suatu peristiwa pahit menimpanya ketika berusia 31 tahun. Tiba-tiba ia jatuh sakit, pincang dan cacat. Namun semuanya itu tidak memadamkan semangatnya untuk mengajar agama. Selama masa Revolusi Prancis, ia dengan berani melawan kaum revolusioner yang anti agama Katolik dan melindungi imam-imam dari bahaya pembunuhan. Karena tindakan-tindakannya ini, hidupnya sendiri pun terancam. Untuk menghindari bahaya atas dirinya, ia pergi ke Compiegne.
Pada tahun 1794, seorang sahabatnya mengungsikan dia ke Amiens. Di sini Yulia menjadi pelopor dan penggerak sekelompok wanita saleh untuk melakukan karya-karya amal. Di antara mereka terdapat Fransiska Blin de Bourdon, Viscountess de Gezaincourt yang menjadi sahabat Yulia. Bersama mereka Yulia mendirikan Perkumpulan Notre Dame, yang kemudian berkembang menjadi sebuah Kongregasi Suster Notre Dame.
Kira-kira pada tahun 1803, mereka mendirikan sebuah sekolah Katolik untuk remaja-remaja puteri sebagai awal Perkumpulan Notre Dame. Tujuan utama sekolah ini ialah mendidik remaja-remaja itu menjadi orang Katolik tulen. Meski demikian, sekolah inipun dimaksudkan untuk mendidik puteri-puteri itu menjadi guru-guru agama Katolik. Semua kegiatan pendidikan ini dilaksanakannya dengan girang hati dalam keadaan tetap pincang.
Pada tahun 1804, sesudah menjalankan doa novena selama lima hari, Yulia disembuhkan secara ajaib. la mulai berjalan normal kembali setelah menderita selama 22 tahun. Karya mereka segera tersebar dan dikenal luas. Sementara itu, perkumpulan ini telah diubah menjadi sebuah Kongregasi Suster, yang dikenal dengan nama Kongregasi Suster Notre Dame, yang mengabdikan diri di bidang pendidikan bagi kaum puteri.
Karena semakin berkembang luas dan dikenal, Kongregasi ini mendirikan lagi beberapa rumah biara di Belgia. Pada tahun 1809, Yulia pindah ke rumah induk biara Notre Dame di Namur, Belgia. la meninggal pada tanggal 8 April 1816. Pada tahun 1906, ia digelari sebagai ‘beata’.
Santo Albanus, Martir
Riwayat hidup Albanus ditulis oleh Santo Beda kira-kira pada tahun 700. Albanus adalah orang Kristen pertama yang dibunuh di kepulauan Britania, dan martir Inggris pertama pada akhir abad ketiga. Sejak abad pertama, kepulauan Britania berada di bawah kekuasaan Romawi. Iman Kristen yang berkembang di sana dibawa oleh tentaratentara Roma yang beragama Kristen.
Pada masa penganiayaan umat Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi sewaktu Diokletianus menjadi kaisar, ada seorang imam dikejar-kejar oleh tentara-tentara Romawi. Imam ini bersembunyi di rumah Albanus, seorang kafir. Selama persembunyiannya, imam ini mengajari Albanus ajaran-jaran iman Kristen.
Pada suatu hari, Albanus mengenakan pakaian imam itu dan berjalan-jalan di luar rumahnya. Ia segera ditangkap dan diseret ke pengadilan. Dengan berani ia mengakui diri sebagai penganut agama Kristen. Karena itu pengadilan Romawi segera menjatuhkan hukuman pancung atas dirinya di atas sebuah bukit yang disebut Verulamium. Oleh orang Inggris, bukit ini disebut bukit Saint Albans.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi