Hari Biasa, Pekan Biasa III Kamis, 28 Januari 2021

Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa III

Kamis, 28 Januari 2021

PW S. Tomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja

 


Bacaan Pertama
Ibr 10:19-25

“Marilah kita berpegang teguh pada harapan!
Marilah kita saling memperhatikan
dan saling mendorong dalam cinta kasih.”

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
berkat darah Yesus,
kita sekarang dapat masuk ke dalam tempat kudus
dengan penuh keberanian,
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan
yang memberi hidup bagi kita,
yakni melalui tabir, yang tidak lain adalah diri-Nya sendiri,
dan kita mempunyai seorang Imam Agung
sebagai kepala Rumah Allah.
Karena itu marilah kita menghadap Allah
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh,
karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat,
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan akan harapan kita,
sebab Dia, yang menjanjikannya, adalah setia!
Di samping itu marilah kita saling memperhatikan
supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadat umat,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang!
Sebaliknya marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6,R:6

Refren: Itulah angkatan orang-orang
yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan.

*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah,  penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.


Bait Pengantar Injil
Mzm 119:105

Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku,
dan cahaya bagi jalanku.


Bacaan Injil
Mrk 4:21-25

“Pelita dipasang untuk ditaruh di atas kaki dian.
Ukuran yang kamu pakai akan dikenakan pula padamu.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan
di bawah gantang atau di bawah tempat tidur,
melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi
yang tidak akan dinyatakan,
dan tidak ada suatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar,
hendaklah ia mendengar!”
Lalu Ia berkata lagi,
“Camkanlah apa yang kamu dengar!
Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur
akan dikenakan pula padamu;
dan malah akan ditambah lagi!
Karena siapa yang mempunyai, akan diberi lagi,
tetapi siapa yang tidak mempunyai,
apa pun juga yang ada padanya akan diambil.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Pelita

Renungan Injil
Renungan hari ini diambil dari renungan Daily Fresh Juice:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Di tengah-tengah kekhawatiran yang semakin meningkat sekarang ini,
berbela rasa dan berbuat kebaikan untuk orang lain
adalah keniscayaan yang tak dapat kita hindari.
Hari ini Tuhan kita Yesus Kristus mengajak kita untuk tetap menyalakan pelita
dan menempatkannya di atas tiang dian
agar setiap orang yang datang kepada kita akan melihat cahayanya,
agar mereka menyaksikan perbuatan baik dan turut memuliakan Allah Bapa kita,
melalui Injil Markus Pasal 4, Ayat 21 sampai 25,
perumpamaan tentang pelita untuk menerangi dunia.
Padanannya dapat dibaca dari Injil Matius pasal 5, ayat 13-16.
Injil Lukas malah menuliskannya dua kali,
yakni pada Pasal 8, ayat 16-18, dan pasal 11, ayat 33-36.

[Bacaan Injil]

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Sejak awal mulanya
Tuhan menciptakan matahari agar dunia tidak gelap gulita.
Matahari bukan hanya menerangi, tetapi juga menghangatkan.
Matahari tidak memancarkan sinarnya secara terus-terusan,
adakalanya ia tenggelam di ufuk Barat
agar ada kesempatan bagi manusia untuk beristirahat.
Di masa pandemi sekarang ini,
sangat disarankan untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Seluruh manfaat dari matahari yang diciptakan oleh Tuhan itu
boleh dinikmati oleh semua orang, oleh siapa saja.
“Tuhan menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”
[Mat 5:45]

Dari sejak semula juga
matahari telah menunjukkan kesetiaannya
terbit di pagi hari sampai menjelang malam,
tak pernah absen, tak pernah bolos, atau ambil cuti.
Tak bisa saya bayangkan apa yang akan terjadi
jika suatu ketika matahari mogok kerja, tidak mau terbit.
Tugasnya jelas, menopang kehidupan seluruh mahluk yang ada di bumi ini,
berbuat kebaikan bagi segenap penghuni dunia,
bukan hanya membagikan vitamin D saja,
ia juga memberikan energi secara cuma-cuma bagi kita
yang dapat kita manfaatkan entah dengan mentransformasi menjadi energi listrik
atau untuk berbagai keperluan lainnya.

Tentu timbul pertanyaan di benak kita,
bagaimana dengan kesetiaan kita untuk berbuat kebaikan bagi orang lain?
Apakah kita juga setia seperti matahari?
Apakah kita mau memberikan milik kita kepada orang lain?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Menjadi lebih menarik lagi untuk kita cermati lebih jauh,
Allah Bapa juga memberikan berbagai anugerah dan talenta kepada semua orang, kepada siapa saja.
Salah satunya adalah berupa pelita kehidupan,
agar dengan pelita itu kita dapat menjadi Terang Dunia.
Yesus sendiri telah berkata kepada kita,
“Kamu adalah terang dunia.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di Surga.” [Mat 5:14a dan 16]

Oleh karena Kasih Karunia-Nya
kita semua telah menerima anugerah pelita itu.
Dan Yesus pun telah mengingatkan kita,
“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.” [Luk 12:35]
Dan hari ini, melalui Bacaan Injil,
Yesus juga mengingatkan kita
agar hendaknya kita menempatkan pelita itu di atas tiang dian,
Jangan ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur.
Pelita itu akan menjadi percuma saja
jika kita gunakan hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Anugerah Tuhan ini memang untuk dibagi-bagikan
tanpa perlu khawatir akan kehabisan.
Yesus telah menyampaikannya,
“Kepada siapa yang mempunyai, akan diberi lagi.”
Jika karunia Tuhan berupa materi duniawi, bagikanlah.
Jika berupa kecerdasan, bagikanlah.
Jika berupa kebaikan, bantulah orang lain menjadi baik.
Memang tak dapat dipungkiri,
dengan membagikan kepada orang lain
maka timbul kekhawatiran akan berkurang,
tetapi itu tidak akan terjadi karena Tuhan telah menjanjikannya.
Masing-masing dari kita akan disesuaikan dengan takaran yang kita kehendaki.
“Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikenakan pula padamu,
dan malah akan ditambah lagi!”

Pelita yang kita terima mesti memancarkan cahayanya,
yakni berupa perbuatan baik yang berkenan di hadapan Allah Bapa,
agar orang-orang yang menerima kebaikan itu akan turut memuliakan Tuhan.
Berbuat baik tentulah menjadi keinginan kita semua.
Menjadi terang bagi dunia tentulah menjadi idaman setiap orang yang percaya.
Tetapi berbuat baik tidak dapat kita kerjakan sendirian.
Kita tidak bisa berbuat baik hanya untuk diri sendiri.
Kita memerlukan orang lain untuk menerima kebaikan kita itu.
Kita mesti menetapkan sendiri seberapa besar ukuran yang kita pakai,
seberapa banyak orang lain yang menerima perbuatan baik dari kita.

Orang lain yang menerima kebaikan kita pun tidak bisa dipilih-pilih,
mesti kita lakukan untuk siapa saja.
Sama seperti kita menyalakan pelita di rumah,
maka cahayanya akan terlihat oleh siapa pun yang memasuki rumah kita.
Apa iya, jika yang datang adalah orang yang tidak kita sukai lalu pelitanya kita matikan?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Berbuat kebaikan memang menjadi dambaan kita,
tetapi rupanya mudah hal yang mudah untuk kita kerjakan.
Kita cenderung senang menjadi penerima perbuatan baik
tetapi enggan sebagai pemberi.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ya, berbuat baik seringkali memerlukan pengorbanan.
Mesti ada kerelaan untuk berkorban agar kebaikan itu terwujud.
Seperti se batang lilin,
ia mesti membakar dirinya sendiri agar dapat menghasilkan cahaya bagi orang-orang.
Mengerjakan perbuatan baik mesti dilakukan dengan lapang dada,
dengan hati yang terbuka dan tentunya tidak mengharapkan pamrih.
Orang yang mendengarkan dan mau mengerjakannya,
akan diberi rahmat dan karunia yang lebih banyak lagi,
tetapi yang tidak berniat akan kehilangan rahmat dan anugerah dari Tuhan.
Oleh sebab itu,
marilah kita menjaga agar pinggang tetap berikat dan pelita tetap menyala.
Biarlah orang sebanyak-banyaknya dapat menerima kebaikan kita,
sebab kita tidak dapat berbuat baik sendirian.
Amin.


Peringatan Orang Kudus
Santo Thomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja
Thomas lahir di Aquino, dekat Monte Cassino, Italia pada tahun 1225. Keluarganya adalah sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Ayahnya, Pangeran Landulph, berasal dari Aquino, sedang ibunya, Theodora, adalah putri bangsawan dari Teano. Ketika berusia 5 tahun, Thomas dikirim belajar pada para rahib Benediktin di biara Monte Cassino. Di sana Thomas memperlihatkan suatu kepandaian yang luar biasa. Ia rajin belajar dan tekun berefleksi serta tertarik pada segala sesuatu tantang Tuhan. Ketika berusia 14 tahun, Abbas Monte Cassino, yang kagum atas kecerdasan Thomas, mengirim dia belajar di Universitas Napoli.  Di universitas itu, Thomas berkembang pesat dalam pelajaran filsafat, logika, tatabahasa, retorik, musik dan matematika. Ia bahkan jauh lebih pintar dari guru-gurunya pada masa itu. Di Napoli, untuk pertama kalinya dia bertemu dengan karya-karya Aristoteles yang sangat mempengaruhi pandangan-pandangannya di kemudian hari. Thomas yang tetap menjauhi semangat duniawi dan korupsi yang merajalela di Napoli, segera memutuskan untuk menjalani kehidupan membiara. Ia tertarik pada corak hidup dan karya pelayanan para biarawan Ordo Dominikan yang tinggal di sebuah biara dekat kampus universitas, tempat dia belajar. VERITAS (“Kebenaran”) yang menjadi motto para biarawan Dominikan sangat menarik hati Thomas. Keluarganya berusaha menghalang-halangi dia agar tidak menjadi seorang biarawan Dominikan. Mereka lebih suka kalau Thomas menjadi seorang biarawan Benediktin di biara Monte Cassino. Untuk itu berkat pengaruh keluarganya, dia diberi kedudukan sebagai Abbas di Monte Cassino. Tetapi Thomas dengan gigih menolak hal itu. Agar bisa terhindar dari campurtangan keluarganya, ia pergi ke Paris untuk melanjutkan studi. Tetapi di tengah jalan, ia ditangkap oleh kedua kakaknya dan dipenjarakan di Rocca Secca selama dua tahun. Selama berada di penjara itu, keluarganya memakai berbagai cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. Meskipun demikian Thomas tetap teguh pada pendirian dan panggilannya. Di dalam penjara itu, Thomas menceritakan rahasianya kepada seorang sahabatnya, bahwa ia telah mendapat rahmat istimewa. Ia telah berdoa memohon kemurnian budi dan raga pada Tuhan. Dan Tuhan mengabulkan permohonannya dengan mengutus dua orang malaekat untuk meneguhkan dia dan membantunya agar tidak mengalami cobaan-cobaan yang kotor dan berat. selama berada di penjara, Thomas diijinkan membaca buku-buku rohani dan terus mengenakan jubah Ordo Dominikan. Ia menggunakan waktunya untuk mempelajari Kitab Suci, Metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia. Ia sendiri membimbing saudarinya dalam merenungkan Kitab Suci hingga akhirnya tertarik juga  menjadi seorang biarawati. Akhirnya keluarganya menerima kenyataan bahwa Thomas tidak bisa dipengaruhi. Mereka membebaskan Thomas dan membiarkan dia meneruskan panggilannya sebagai seorang biarawan Dominikan. Untuk sementara Thomas belajar di Paris. Ia kemudian melanjutkan studinya di Cologna, Jerman di bawah bimbingan Santo Albertus Magnus, seorang imam Dominikan yang terkenal pada masa itu.  Di Cologna, Thomas ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1250. Pada tahun 1252 ia diangkat menjadi professor di Universitas Paris dan tinggal di biara Dominikan Santo Yakobus.  Ia mengajar Kitab Suci dan lain-lainnya di bawah bimbingan seorang professor kawakan. Tak seberapa lama Thomas terkenal sebagai seorang pujangga yang tak ada bandingannya pada masa itu. Ia jauh melebihi Albertus Magnus pembimbingnya di Cologna dalam pemikiran dan kebijaksanaan.  Tulisan-tulisannya menjadi harta Gereja yang tak ternilai hingga saat ini. Taraf kemurnian hatinya tidak kalah dengan ketajaman akal budinya yang mengagumkan; kerendahan hatinya tak kalah dengan kecerdasan budi dan kebijaksanaannya. Oleh karena itu, Thomas diberi gelar ” Doctor Angelicus”, yang berarti “Pujangga Malaekat”. Pada tahun 1264 ia ditugaskan oleg Sri Paus Urbanus IV (1261-1264) untuk menyusun teks liturgi Misa dan Ofisi pada pesta Sakramen Mahakudus. lagu-lagu hymne (pujian) antara lain “Sacris Solemniis” dan “Lauda Sion” menunjukkan keahliannya dalam Sastra Latin dan Ilmu Ketuhanan. Dalam suatu penampakan, Yesus Tersalib mengatakan kepadanya : “Thomas, engkau telah menulis sangat baik tentang DiriKu. Balasan apakah yang kauinginkan daripadaKu?” Thomas menjawab : “Tidak lain hanyalah DiriMu!” Dalam perjalanannya untuk menghadiri konsili di Lyon, Prancis, Thomas meninggal dunia di Fossa Nuova pada tahun 1274.

Santo Karolus Agung, Raja dan Pengaku Iman
Karolus hidup antara tahun 742-814.  Ia dikenal sebagai seorang negarawan dan kaisar Franken yang gigih membela kepausan.  Sebagai ahli perang ia berhasil menyatukan hampir seluruh Eropa Barat dan Tengah di bawah pemerintahannya.  Karolus Agung memajukan banyak biara Benediktin dan sekolah, katedral serta mendirikan keuskupan-keuskupan.  Ia menarik para ilmuwan ke istana dan memberikan semangat kepada para seniman.  Hidup pribadinya tidak begitu mulus, namun ia dihormati sebagai ‘santo’ di keuskupan Aachen, Jerman.

Santo Petrus Nolaskus, Pengaku Iman
Petrus lahir tahun 1182 dari keluarga bangsawan Nolasco.  Menjelang umur 25 tahun, ia dipaksa menikahi gadis pilihan orang tuanya namun dengan tegas ia menolak paksaan itu karena ia sudah menjanjikan kemurnian dirinya dan mempercayakan segala harta miliknya kepada Tuhan.
Di masa hidupnya bangsa Moor yang beragama Islam menguasai sebagian besar negeri Spanyol.  Perdagangan budak belian yang diambil dari Afrika Utara merupakah salah satu praktek kekafiran yang paling mencolok dari bangsa ini.  Petrus menaruh keprihatinan besar pada nasib orang-orang Afrika Utara yang menjadi budak belian itu, terutama mereka yang telah menjadi Kristen.  Semangat imannya untuk membebaskan orang-orang itu dari cengkeraman orang Moor bergejolak kuat dalam batinnya.  Akhirnya didorong oleh suatu penglihatan ajaib, Petrus bersama Raymundus Penafort dan raja Yakobus dari Aragon mendirikan ‘Ordo Pembebas Hamba Sahaya’.  Mereka mempersembahkan ordo ini kepada perlindungan Santa Perawan Maria.  Dengan semangat iman dan cinta kasih sejati, ia bersama rekan-rekannya berhasil membebaskan banyak orang Kristen (tercatat 890 orang) dari belenggu perbudakan dan dari penjara-pernjara Islam.  Petrus bahkan mempertobatkan pemimpin-pemimpin Moor.
Semangat kerasulannya menarik banyak orang awam untuk turut serta bersamanya membebaskan sesamanya dari belenggu perbudakan dan belenggu dosa.  Selama 25 tahun Petrus mengabdikan dirinya dalam karya pembebasan budak belian itu.  Semangatnya yang meluap-luap dalam karyanya itu akhirnya terbentur dengan keadaan kesehatannya yang terus merosot karena termakan usia dan beratnya tugas penyelamatan itu.  Setelah ia mengamalkan iman dan cinta kasih Kristiani melalui tindakan serta teladan hidupnya, Petrus Nolaskus meninggal dunia tepat pada hari raya Natal tahun 1256.

Manfredus, Pengaku Iman
Manfredus gemar membaca riwayat hidup para pertapa dan rahib sehingga sesudah ditahbiskan menjadi imam – dengan berkat uskupnya – ia menjadi pertapa di sebuah gua di pegunungan Alpen.  Ia berpuasa keras dan berdoa terus menerus, sehingga banyak orang minta didoakan olehnya.  Manfredus meninggal dunia pada tahun 1430.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/

Leave a Reply

*

captcha *