Hari Biasa Khusus Adven Rabu, 23 Desember 2020 PF S. Yohanes dari Kety, Imam
Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa Khusus Adven
Rabu, 23 Desember 2020
PF S. Yohanes dari Kety, Imam
Bacaan Pertama
Mal 3:1-4;4:5-6
“Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan.”
Pembacaan dari Nubuat Maleakhi:
Beginilah firman Tuhan semesta alam,
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku,
supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!
Dengan mendadak
Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!
Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu,
sungguh, Ia datang!
Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?
Siapakah yang dapat tetap berdiri apabila Ia menampakkan diri?
Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam
dan seperti sabun tukang penatu.
Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan perak;
dan Ia akan mentahirkan orang Lewi,
menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak,
supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan
kurban yang benar kepada Tuhan.
Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem
akan berkenan di hati Tuhan
seperti pada hari-hari dahulu kala,
dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.
Sesungguhnya, Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu
menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu.
Maka ia akan membuat
hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya,
dan hati anak-anak kepada bapanya,
supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 25:4bc-5ab.8-9.10.14,R:Luk 21:28
Refren: Bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat.
*Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan,
tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku,
sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
*Tuhan itu baik dan benar;
sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum,
dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.
*Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran
bagi orang yang berpegang pada perjanjian
dan peringatan-peringatan-Nya.
Tuhan bergaul karib dengan orang yang takwa pada-Nya,
dan perjanjian-Nya ia beritahukan kepada mereka.
Bait Pengantar Injil
Oh Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja,
datanglah dan selamatkanlah umat-Mu.
Bacaan Injil
Luk 1:57-66
“Kelahiran Yohanes Pembaptis.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin,
dan ia melahirkan seorang anak laki-laki.
Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar
bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet,
bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan
untuk menyunatkan anak itu,
dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya.
Tetapi Elisabet, ibunya, berkata,
“Jangan, ia harus dinamai Yohanes!”
Kata mereka kepadanya,
“Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya
untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya
kepada anak itu.
Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini:
Namanya adalah Yohanes.
Dan mereka pun heran semuanya.
Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia,
dan terlepaslah ikatan lidahnya,
lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.
Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya,
dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur
di seluruh pegunungan Yudea.
Semua orang yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata,
“Menjadi apakah anak ini nanti?”
Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Manusia sering dan banyak melakukan kesalahan dan berbuat dosa.
Ini terjadi sejak awal penciptaan manusia, Adam dan Hawa telah mewarisi dosa asal kepada segenap manusia.
Dimulai dari hal yang sesungguh boleh dibilang sepele saja, yakni melanggar pelarangan memetik dan memakan buah, sekarang manusia sudah sangat pintar untuk berbuat dosa.
Telah berulang kali Allah Bapa mengingatkan manusia, mengutus para nabi, atau pun menjatuhkan penghukuman agar manusia menjadi jera tak tidak lagi berbuat dosa.
Karena dosa masih saja dibuat orang, maka Allah Bapa mengutus Putera-Nya sendiri.
Tujuannya bukan untuk membinasakan manusia, melainkan menyelamatkan agar layak mendapat tempat di Kerajaan Surga.
Di kalimat terakhir dari Bacaan Pertama hari ini Tuhan berkata, “Supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.”
Allah Bapa jelas tidak punya niatan untuk memusnahkan manusia yang dikasihi-Nya itu.
Maka dilakukan persiapan yang matang dan dalam jangka waktu yang panjang untuk memulai upaya penyelamatan manusia.
Untuk menemukan seorang wanita yang seratus persen bersih-rohani agar rahimnya layak menjadi “tabernakel” bagi Yesus Kristus bukanlah perkara mudah.
Salah satu bagian yang termasuk dalam rencana penyelamatan itu adalah mengutus “pendahulu” untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus, seperti yang ditulis dalam nubuat Maleakhi, “Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu.”
Hal ini juga disampaikan oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, “Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.”
Dalam nyanyian pujiannya, Zakharia juga berkata kepada Yohanes, anaknya, “Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya.”
Nah, bagaimana kita menyikapi kedatangan Kristus kali ini?
Apakah kita akan menyambut-Nya dengan kemeriahan pesta Natal, ataukah kita akan meniru Yohanes Pembaptis menyediakan jalan bagi Tuhan?
Apakah kita akan berkerumun dan berdesak-desakan di bandara menyambut Yesus yang akan landing itu dan siap menanggung resiko penularan covid-19?
Akankah kita berebut tempat yang terbatas di gereja agar dapat menyambut kedatangan Yesus Kristus?
Janganlah kita lupakan tujuan kedatangan Kristus, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” [Luk 5:32]
Jadi jelas sekarang, kita adalah “target” yang tengah dibidik oleh Kristus, untuk kitalah Kristus datang, yakni kita yang berlumur dosa ini.
Tengok jugalah di sekitar kita, adakah target Kristus di antara sanak saudara kita?
Kristus juga datang untuk mereka, maka marilah berpartisipasi menyiapkan jalan bagi Kristus untuk datang kepada mereka.
Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Kansius, Pengaku Iman
Yohanes Kansius adalah seorang pemuda kota yang berjiwa besar di kota dan Universitas Krakow, Polandia. Ia lahir di Kanty, Polandia pada tahun 1390. Ia bercita-cita menjadi imam. Oleh karena itu, semasa mudanya ia belajar filsafat dan teologi di Krakow. Di sekolah ia terkenal cerdas dan brilian sehingga dengan mudah menyelesaikan studinya dengan menyandang gelar doktor. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam, dan diangkat menjadi profesor Kitab Suci dan Teologi. Ia disukai semua mahasiswa karena caranya mengajar yang sangat memikat dan mendalam serta cara hidupnya yang sesuai dengan apa yang ia ajarkan. Ia dikenal sebagai seorang mahaguru yang murah hati dan gemar menolong para miskin dan mahasiswanya. Setelah ditahbiskan menjadi imam ia terus belajar untuk memperdalam ilmunya. Perayaan Ekaristi harian yang dirayakannya dimaksudkan untuk memulihkan ke agungan Tuhan yang disepelekan baik oleh perbuatannya sendiri maupun perbuatan sesamanya. Ia mempersembahkan dirinya sebagai pepulih dosa-dosa manusia demi keselamatan jiwa-jiwa. Dalam pada itu, ia menaruh devosi istimewa kepada Kristus yang bersengsara. Ia rajin merenungkan makna kesengsaraan Kristus bagi keselamatan manusia.
Kebaikan dan kehebatannya menimbulkan iri dan pertentangan dengan rekan profesor lainnya sehingga ia terpaksa dipindahkan ke Olkusz sebagai pastor paroki. Sebagai pastor paroki, Yohanes ternyata seorang pastor yang bijaksana dan rendah hati. Ia disenangi umatnya. Ia senantiasa berhati-hati sekali di dalam melaksanakan tugasnya sebagai gembala umat, karena ia sadar bahwa apa yang dipandangnya baik bagi umat tidak selamanya berkenan di hati umat dan menjawabi kebutuhan umat. Akan tetapi kerendahan hati dan kelemah-lembutannya akhirnya toh dapat menarik simpatik umatnya. Setelah berkarya beberapa lama di Olkusz ia dengan berat hati meninggalkan umatnya karena dipanggil kembali ke Krakow untuk mengajar Kitab Suci. Tugas ini diembannya sampai akhir hidupnya.
Yohanes Kansius, seorang imam yang serius dalam menjalankan tugasnya namun ia tetap rendah hati; kebaikan hatinya dikenal oleh semua umat di kota Krakow terutama mereka yang miskin dan malang yang mengalami berbagai kesulitan hidup. Ia membantu orang-orang itu dengan harta dan uangnya. Untuk kebutuhan-kebutuhannya sendiri ia menyisihkan hanya sejumlah kecil uang. Jam tidurnya hanya sedikit dan di lantai saja. Makanannya pun sangat sederhana tanpa lauk-pauk. Cintanya yang besar kepada Kristus tersalib mendorong dia beberapa kali berziarah ke Yerusalem untuk menyaksikan langsung jalan sengsara yang dilalui Yesus sewaktu memikul salib-Nya menuju Golgotha. Ia dengan penuh semangat mewartakan Injil kepada bangsa Turki dengan harapan menjadi martir di tangan bangsa Turki yang Islam itu. Dalam ziarah-ziarah itu biasanya ia memikul sendiri bebannya. Apabila ia ditegur dan dinasehati oleh atasannya agar memperhatikan kesehatannya, ia dengan tenang menjawab: “Hidup kita adalah dalam tangan Tuhan. Lihat saja pada para rahib yang hidup di padang gurun dengan matiraga dan puasa yang keras; namun mereka itu justru berumur panjang.”
Yohanes Kansius menanggung beban derita batin yang luar biasa karena kebencian orang lain, namun ia tenang saja menghadapi semuanya itu, malah dengan tekun bermatiraga dan berpuasa. Beberapa kali ia pergi ke Roma untuk bertemu dengan Sri Paus. Ada suatu kejadian kecil yang dialaminya dalam suatu perjalanannya ke Roma. Dari kejadian itu dapat kita membayangkan kebaikan dan kemurahan hatinya: “Pada suatu perjalanannya ke Roma ia disergap dan ditodong oleh beberapa orang perampok. Mereka meminta dari padanya uang atau emas. Dengan tenang ia mengatakan kepada perampok-perampok itu bahwa ia tidak punya apa-apa selain pakaian yang dikenakannya. Lalu ia melanjutkan perjalanannya tanpa memberi apa-apa kepada perampok-perampok itu. Tetapi tak seberapa jauh dari penjahat-penjahat itu, teringatlah dia bahwa di dalam saku mantelnya ada sebutir emas. Maka ia segera kembali mendapatkan perampok-perampok itu untuk menyerahkan emas itu kepada mereka. Perampok-perampok itu begitu malu dan tidak bersedia menerima emas yang disodorkan Yohanes. Mereka lalu membiarkan dia melanjutkan perjalanannya. Banyak sekali tanda heran yang terjadi atas namanya baik sebelum maupun sesudah kematiannya pada malam Natal 1473.
Santo Servulus, Pengaku Iman
Karena tertimpa sesuatu penyakit, sekujur tubuh Servulus menjadi lumpuh. Ia tidak dapat duduk atau berdiri tegak, bahkan menggerakkan tangannya pun ia tidak mampu. Setiap hari ibu dan kakaknya membaringkan dia di pintu gerbang gereja Santo Klemens di Roma. Di situ ia menantikan belaskasih orang-orang yang lewat di pintu gerbang itu. Salah satu keunggulan Servulus ialah ia dengan senang hati menyisihkan sedikit uang dari pendapatannya untuk teman-temannya yang senasib dengannya. Banyak orang kagum akan kesabaran dan ketabahannya dalam menanggung beban penderitaannya.
Servulus pasrah kepada Tuhan. Dalam kemalangannya itu ia tidak lupa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas semua yang telah diterimanya dari belaskasih begitu banyak orang. Keadaan hina serta penderitaannya menjadi berkat dan sumber keselamatan serta sarana mencapai kesucian hidup.
Ketika mendekati ajalnya, si pengemis itu memohon teman-temannya untuk berdoa dan menyanyikan Mazmur baginya. Ia meninggal dunia pada tahun 590.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/