Hari Biasa, Pekan Biasa XXV Sabtu, 30 September 2017
Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXV
Sabtu, 30 September 2017
PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Bacaan Pertama
Za 2:1-5.10-11a
“Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu.”
Pembacaan dari Nubuat Zakharia:
Aku, Zakharia, melayangkan mataku dan melihat:
Tampak seorang yang memegang tali pengukur.
Aku lalu bertanya, “Ke manakah engkau pergi?”
Maka ia menjawab, “Ke Yerusalem, untuk mengukurnya,
untuk melihat berapa lebar dan panjangnya.”
Lalu malaikat yang berbicara dengan daku maju ke depan.
Sementara itu seorang malaikat lain maju,
mendekatinya dan diberi perintah,
“Larilah, katakanlah kepada orang muda di sana itu, demikian,
‘Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka
oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya.
Dan Aku sendiri,’ demikianlah sabda Tuhan,
‘akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya,
dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya.”
“Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion,
sebab sesungguhnya Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu,”
demikianlah sabda Tuhan,
“dan pada waktu itu
banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada Tuhan
dan akan menjadi umat-Ku,
dan Aku akan tinggal di tengah-tengahmu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Yer 31:10-12b.13,R:10d
Refren: Tuhan menjaga kita
seperti gembala menjaga kawanan dombanya.
*Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa,
dan beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh,
katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel
akan menghimpunnya kembali,
dan menjaganya seperti gembala menjaga kawanan dombanya!
*Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub,
telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Mereka akan datang bersorak-sorai di atas bukit Sion,
muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.
*Waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai,
orang muda dan orang-orang tua akan bergembira,
Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan,
akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.
Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b
Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut.,
dan menerangi hidup dengan Injil.
Bacaan Injil
Luk 9:43b-45
“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.
Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini:
Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
Mereka tidak mengerti perkataan itu,
sebab artinya tersembunyi bagi mereka,
sehingga mereka tidak dapat memahaminya.
Dan mereka tidak berani
menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Yesus menyampaikan tentang penderitaan yang akan dialami oleh Yesus, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
Yang disampaikan oleh Yesus ini adalah sesuatu yang sangat serius, terlihat dari perkataan Yesus sebelumnya, “Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini:”
Tetapi para murid tidak dapat memahami apa yang dimaksud oleh Yesus, dan mereka tidak berani menanyakannya.
Sebetulnya ini adalah pemberitahuan Yesus yang kali kedua.
Sebelumnya Yesus telah menyampaikan hal yang sama, “Dan Yesus berkata, ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.'” [Luk 9:22 ]
Pada pemberitahuan yang pertama malah jauh lebih jelas: dibunuh dan dibangkitkan.
Sangat mungkin para murid itu kurang memperhatikan perkataan Yesus ini, karena tentu mereka sangat yakin mana ada orang yang dapat mencelakai Yesus.
Siapa sih yang mampu membuat Yesus menderita?
Barangkali “Euforia” adalah istilah yang cocok untuk menggambarkan para murid Yesus pada waktu itu.
Semua orang heran atas segala yang dilakukan Yesus: menggandakan roti, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit dan sebagainya.
Mungkin ini lalu menerbitkan perasaan gembira yang berlebihan para murid Yesus sehingga mereka mengabaikan perkataan Yesus yang “tidak menggembirakan” itu.
Sebagian dari penduduk di lereng Gunung Agung pada awalnya menolak untuk mengungsi, mencegah malapetaka karena gunung akan meletus.
Mereka merasa berat mesti meninggalkan rumah, ladang, ternak, dan lain-lain, lalu tinggal di tenda-tenda darurat, entah sampai kapan mereka mesti tinggal di tenda-tenda itu.
Sementara itu, binatang-binatang yang selama ini telah nyaman hidup di hutan, terpaksa keluar hutan untuk mengungsi.
Mereka tahu kalau Gunung Agung akan meluapkan laharnya dan itu berbahaya, maka mereka memilih mengungsi.
Waduh, masak iya manusia kalah cerdas?
Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang akan dialami-Nya itu tentu bukan dengan tujuan untuk menghindari penderitaan itu.
Yesus memang datang untuk itu kok.
Yesus memandang perlu untuk menyiapkan para murid-Nya itu, agar pada waktunya nanti, mereka lebih siap menghadapi pernderitaan itu.
Peringatan Orang Kudus
Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya. Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama.
Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh. Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.
Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384).
Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang. Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.
Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani. Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga Gereja yang besar.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi