Sabtu,19 September 2015
Sabtu Pekan Biasa XXIV
19 September 2015
PF S. Yanuarius, Uskup dan Martir
____________________________________________________
Bacaan Pertama
1Tim 6:13-16
“Taatilah perintah ini tanpa cacat sampai saat kedatangan Tuhan.”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:
Saudara terkasih,
di hadapan Allah yang menghidupkan segala sesuatu
dan di hadapan Yesus Kristus
yang memberi kesaksian yang benar di hadapan Pontius Pilatus,
aku memperingatkan engkau,
“Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela
hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Saat itu akan ditentukan
oleh Penguasa satu-satunya yang penuh bahagia,
Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada kematian,
dan bersemayam dalam cahaya yang tak terhampiri.
Tak seorang pun pernah melihat Dia,
dan tak seorang manusia pun dapat melihat Dia.
Bagi Dialah hormat dan kuasa yang kekal.
Amin.
Demikianlah sabda Tuhan.
____________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2-5,R:2c
Refren: Datanglah menghadap Tuhan dengan sorak sorai.
*Beribadatlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Bait Pengantar Injil
Luk 8:15
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah
dalam hati yang baik dan tulus ikhlas
dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
____________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 8:4-15
“Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan sabda itu
dan menyimpannya dalam hati, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada Yesus.
Maka kata Yesus dalam suatu perumpamaan,
“Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih.
Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan,
lalu diinjak-injak orang
dan dimakan burung-burung di udara sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,
dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri,
sehingga terhimpit sampai mati
oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik,
lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.”
Setelah itu Yesus berseru,
“Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar,
hendaklah mendengar.”
Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu.
Yesus menjawab,
“Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah,
tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan,
supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat,
dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah sabda Allah.
Yang jatuh di pinggir jalan
ialah orang yang telah mendengarnya,
kemudian datanglah Iblis,
lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka,
supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu,
ialah orang yang setelah mendengar sabda itu,
menerimanya dengan gembira,
tetapi mereka tidak berakar.
Mereka hanya percaya sebentar saja
dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
Yang jatuh dalam semak duri,
ialah orang yang mendengar sabda itu,
dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit
oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup,
sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.
Yang jatuh di tanah yang baik
ialah orang yang mendengar sabda itu
dan menyimpannya dalam hati yang baik,
dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Demikianlah sabda Tuhan.
____________________________________________________
Renungan Injil
Renungan ini diambil dari Renungan Daily Fresh Juice:
Kita telah mengetahui
Yesus menggunakan banyak perumpamaan sebagai metoda pengajarannya.
Setidaknya, saya hitung ada 49 perumpamaan yang disampaikan Yesus.
Hari ini kita diajak untuk mendengar salah satu perumpamaan Yesus itu,
yakni perumpamaan tentang penabur
yang menaburkan benih di atas berbagai macam tanah,
yang ditulis dalam Injil Lukas Pasal 8 Ayat 4 sampai 15.
Biasanya kita mesti menafsirkan perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, supaya menjadi jelas maksud dan tujuannya.
Sangat jarang, perumpamaan ditafsirkan sendiri oleh Yesus,
seperti pada perumpamaan yang baru saja kita dengarkan ini.
Ini terjadi karena para murid datang kepada Yesus,
menanyakan maksud dari perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus itu.
Ya, kita memang mesti datang kepada Yesus
untuk memperoleh pencerahan dari Sabda Tuhan.
Bagaimana mungkin kita melaksanakan sesuatu yang belum kita pahami?
Marilah sekarang, kita coba memahami beberapa hal dari rahasia kerajaan surga itu.
Yang pertama,
bahwa Sabda Tuhan itu diwartakan kepada semua orang,
sama seperti benih yang ditaburkan di berbagai jenis tanah,
dan bahkan ada benih yang jatuh di pinggir jalan, yang tentunya merupakan tanah yang telah dipadatkan.
Kita, atau lebih tepatnya hati kita, adalah tanah bagi benih yang ditaburkan itu.
Tanah yang subur adalah tanah yang kaya akan kandungan nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan sebagainya.
Tanah tidak dapat menjadi subur dengan sendirinya.
Untuk menjadi subur, tanah memerlukan pertolongan.
Pertolongan bisa dengan pemberian pupuk atau dengan penggemburan.
Mana bisa tanah melonjak-lonjak sendirinya agar menjadi gembur.
Demikian pula halnya dengan hati kita.
Semampu-mampunya kita, hati kita tak dapat menjadi subur dengan sendirinya.
Tanah tidak dapat menghasilkan sesuatu yang berharga, jika tidak ada benih yang ditaburkan.
Benih yang bertumbuh itulah yang membuat tanah menjadi subur.
Akar-akarnya akan menggemburkan, dedaunan yang layu dan jatuh akan menjadi humus bagi tanah, dan karena flora lah fauna pun berdatangan, fauna yang turut menyumbangkan pupuk hayati bagi tanah.
Untuk dapat memiliki hati yang se umpama tanah yang subur, kita mesti menempuh perjalanan panjang.
Benih-benih itu tidak tumbuh seketika, tidak seketika menghasilkan buah.
Diperlukan ketekunan dan kesabaran, dan juga ketabahan,
agar sabda Tuhan tumbuh semakin mengakar di dalam hati kita.
Janganlah seperti benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu,
sabda Tuhan tidak mengakar dengan baik,
dan pencobaan akan membuat kita berpaling dari Tuhan, meninggalkan Tuhan untuk mencari tuhan yang lain.
Lima belas tahun yang lalu,
ketika saya memutuskan untuk bersungguh-sungguh bersekutu dengan Tuhan,
saya menyadari bahwa saya akan menempuh perjalanan rohani yang panjang,
dan bisa jadi melelahkan;
setiap pagi membaca Injil, merenungkannya,
serta tak henti-hentinya berseru kepada Tuhan,
memohon pertolongan-Nya
agar hati saya bisa menjadi seperti tanah yang subur,
agar kelak menghasilkan buah-buah yang baik dan berlipat-lipat banyaknya.
Lalu sepanjang hari saya mesti menyimpan firman Tuhan itu di dalam hati,
agar setiap tutur kata, sikap dan perbuatan saya
bisa se irama dengan firman yang telah saya dengarkan di pagi hari.
Waktu pula lah yang telah menguji ketekunan saya.
Tidak ada sim-salabim atau abracadabra,
persis seperti yang dikatakan oleh Yesus,
“Kerajaan Allah itu se umpama orang yang menaburkan benih di tanah,
lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun,
dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi,
bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.” Injil Markus Pasal 4 ayat 26 dan 27.
Dalam menempuh perjalanan panjang itu,
dua penghalang utama sebagaimana yang disampaikan pada Bacaan Injil hari ini
memang tak dapat dihindari.
Yang pertama adalah pencobaan dari iblis,
yang terus-terusan berusaha merengut sabda Tuhan dari hati saya.
Dan yang kedua adalah semak duri yang berwujud kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup.
Kalau yang dari iblis adalah pencobaan, maka yang dari dunia ini adalah godaan.
Godaan dan pencobaan adalah dua penghalang utama,
kita mesti memenanginya.
Senjata yang dapat kita gunakan adalah: ketekunan, kesabaran dan ketabahan.
Ketekunan, karena ternyata Tuhan telah memberi saya umur panjang,
sudah 15 tahun berlalu, dan bisa jadi masih ada sedikitnya 15 tahun lagi,
saya tidak tahu.
Kesabaran, karena iblis sangat licik, dan sangat pandai memancing-mancing emosi kita.
Ketika kita dalam kondisi emosional, maka kita tak lagi rasional.
Dan senjata ketiga adalah ketabahan,
karena kekayaan, kehormatan dan kenikmatan duniawi lainnya,
adalah betul-betul menggoda, nyata-nyata nampak gemerlap,
dan hanya dapat dilawan dengan menyangkal diri,
dengan selalu memelihara ketabahan.
Sekarang hendaknya menjadi jelaslah bagi kita,
bahwa yang kita terima dari Tuhan adalah benih,
bukan buah yang sudah siap santap.
Dan kita tak dapat berbuat apa-apa dengan benih itu,
kecuali bertekun menantikan benih itu tumbuh,
supaya kita tetap setia kepada Tuhan,
sampai saatnya musim panen tiba,
barulah buah-buah itu dihasilkan.
Dan tidak tanggung-tanggung,
menurut Yesus, benih yang kita terima itu malahan hanya biji sesawi.
Masih mendingan biji kopi, dapat digunakan untuk mengusir ngantuk,
atau biji buah anggur yang katanya bisa mencegah stroke.
Tetapi jangan skeptic dulu,
beginilah yang dikatakan Yesus,
“Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah.
Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
Tetapi apabila ia ditaburkan,
ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain
dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar,
sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
[Markus 4: 31-32].
Oleh karenanya,
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Amin.
____________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Yanuarius, Martir
Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan pada masa penganiayaan terhadap orang Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus.
Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Miseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lainnya: Euticius dan Acutius. Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya diakon Festus dan Desiderius.
Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatangbinatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka. Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka. Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.
Pada abad ke lima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine. Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakamkan di sana.
Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli. Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam katedral Napoli. Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu. Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian aneh itu merupakan sebuah mujizat.
____________________________________________________
Santo Theodorus, Uskup dan Pengaku Iman
Sepeninggal Uskup Canterbury, Inggris, Sri Paus memilih Theodorus sebagai penggantinya meskipun usianya sudah 66 tahun. Theodorus yang dikenal sebagai seorang biarawan awam ini lahir pada tahun 602 di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam tubuh Gereja. Ia memanggil sinode para uskup Inggris untuk mendiskusikan masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, rohaniwan/wati dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka sekolah-sekolah di bawah pimpinan Santo Adrianus dari Afrika. Ia membaharui liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia pada tahun 690.
____________________________________________________
Santa Emilia de Rodat, Pengaku Iman
Emilia lahir di Rodez, sebuah kota di Prancis Selatan pada tahun 1787. Semenjak kecil dia dididik dan dibesarkan oleh neneknya di Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya ia dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17 tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula ia berkarya sebagai seorang guru bantu di sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Tetapi kemudian ia memprakarsai pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu ia menjadi suster. Beberapa tahun kemudian ia kemudian mendirikan sebuah kongregasi baru: ‘Kongregasi Keluarga Kudus dari Villefranche’. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin. Rumah biaranya didirikan di Aubin, dekat Rodez. Emilia meninggal dunia pada tanggal 19 September 1852. Ia dinyatakan ‘kudus’ pada tahun 1950.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info