Jumat, 04 September 2015
Jumat Pekan Biasa XXII
04 September 2015
__________________________________________________________
Bacaan Pertama
Kol 1:15-20
“Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia.”
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:
Saudara-saudara, Allah yang tidak kelihatan.
Kristuslah gambar-Nya.
Dialah yang pertama dari segala ciptaan.
Sebab dalam Kristuslah telah diciptakan segala sesuatu,
yang di surga maupun di bumi,
baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan,
baik singgasana maupun kerajaan,
baik pemerintah maupun penguasa.
Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia.
Dia ada mendahului segala sesuatu
dan segala sesuatu ada dalam Dia.
Kristuslah kepala tubuh, yaitu jemaat.
Dialah yang sulung,
yang pertama bangkit dari antara orang mati,
sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dalam Kristus,
dan dengan perantaraan Kristus
Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.
Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga,
segalanya didamaikan oleh darah Kristus yang tersalib.
Demikianlah sabda Tuhan.
__________________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2-5,R:2c
Refren: Datanglah ke hadapan Tuhan dengan sorak sorai.
*Beribadatlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
__________________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Yoh 8:12
Aku ini cahaya dunia, sabda Tuhan.
Yang mengikuti Aku, hidup dalam cahaya.
__________________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 5:33-39
“Apabila mempelai diambil,
barulah sahabat-sahabat mempelai akan berpuasa.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkata kepada Yesus,
“Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang.
Demikian pula murid-murid orang Farisi.
Tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”
Yesus menjawab, “Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa,
selagi mempelai itu bersama mereka?
Tetapi akan datang waktunya mempelai diambil dari mereka;
pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Yesus mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka,
“Tiada seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru
untuk menambalkannya pada baju yang tua.
Sebab jika demikian, yang baru itu pun akan koyak.
Apalagi kain penambal yang dikoyakkan dari baju baru
tidak akan cocok pada baju yang tua.
Demikian juga tiada seorang pun mengisikan anggur baru
ke dalam kantong kulit yang tua.
Sebab jika demikian,
anggur baru itu akan mengoyakkan kantong tua itu,
lalu anggur akan terbuang dan kantong itu pun hancur.
Tetapi anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
Dan tiada seorang pun
yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru,
sebab ia akan berkata, ‘Anggur yang tua itu baik’.”
Demikianlah sabda Tuhan.
__________________________________________________________
Renungan Injil
Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat baru saja mempermasalahkan perihal Yesus makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya, yang diadakan di rumah Lewi, yang waktu itu adalah seorang pemungut cukai sebelum dipanggil menjadi murid Yesus.
Kali ini mereka mempermasalahkan perihal berpuasa dan sembahyang, mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa?
Setelah itu pun mereka juga mempertanyakan perihal pelanggaran aturan hari Sabat, ketika murid-murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat.
Mereka juga mencobai Yesus dengan berbagai pertanyaan yang menjebak, seperti misalnya soal membayar pajak kepada kaisar, atau soal kuasa mana yang digunakan oleh Yesus dan siapa yang memberikan kepada-Nya.
Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-terusan mengamat-amati Yesus, mencari-cari alasan untuk dapat menyalahkan Yesus.
Apa yang melatar-belakangi mereka sampai berbuat demikian terhadap Yesus?
Tentulah terkait dengan kedudukan dan kehormatan mereka di hadapan orang banyak, karena bisa jadi mereka akan “kalah pamor” dibandingkan Yesus.
Mereka menempatkan Yesus sebagai ancaman atas dominasi mereka dalam urusan rohani atau spiritual, sesuatu yang tetap dibiarkan dan tidak direngut oleh pemerintah Romawi.
Sampai sekarang pun masih terjadi, pemimpin yang baik dan benar di-bully orang.
Sama seperti Yesus, mereka adalah korban bullying.
Hal seperti ini terjadi di kalangan pemerintahan, panggung politik, di dunia pendidikan, dan juga di lingkungan gereja, atau di mana saja.
Jika kita berniat untuk mempertahankan diri sebagai orang baik dan benar, maka kita juga mesti siap di-bully orang.
Tetapi sesungguhnya, oleh karena perilaku buruk orang-orang itulah akhirnya kebenaran dapat lebih kita nyatakan.
__________________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Musa, Nabi
Musa dikenal dan dihormati sebagai pendiri bangsa Israel. Ia dipilih Yahweh, Allah Abraham, Ishak dan Yakob, untuk memimpin kaum keturunan Abraham keluar dari penindasan Firaun di Mesir, dan selanjutnya bersama mereka membawakan kurban persembahan kepada Allah di gunung Sinai. Di sanalah Yahweh mengadakan perjanjian dengan mereka dengan perantaraan Musa, AbdiNya.
Musa, seorang tokoh historis, peletak dasar bagi keberadaan Israel sebagai suatu bangsa merdeka, dan peletak dasar agama Yahudi. Sejarah awal Israel sebagai suatu bangsa di Palestina tidak bisa dipahami terlepas dari Musa. Sewaktu keluar dari Mesir atas campur tangan Allah, bangsa Hibrani menjadi sebuah kelompok orang yang merdeka, namun tidak terdidik dan tidak mempunyai suatu pengalaman pun untuk membentuk dirinya sendiri menjadi suatu kesatuan sosial-politik. Melalui perantaraan Musa, Allah mengikat perjanjian dengan mereka di gunung Sinai. Oleh Perjanjian Sinai itulah, bangsa Hibrani memperoleh suatu identitas nasional yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Mereka dipilih Allah dari antara bangsa-bangsa menjadi Umat kesayanganNya dengan Hukum atau Undang-Undang sendiri yang mengatur pola hidup dan tingkahlaku mereka sebagai suatu bangsa.
Kisah tentang kehidupan dan karier Musa tetap tinggal kabur. Satu-satunya sumber informasi terpercaya hingga sekarang ialah Kitab Suci, khususnya Kitab Keluaran yang ada di dalam bilangan Kitab Pentateukh. Di sana Musa dilukiskan sebagai tokoh utama peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan pengembaraan mereka di padang gurun selama 40 tahun. Ia dibesarkan di dalam dua lingkungan budaya yang berbeda, yakni Mesir dan Midian. Namanya kemungkinan diturunkan dari sebuah kata kerja bahasa Mesir, yang berarti ‘dilahirkan’. Tradisi Kitab Suci (Lih. Kel 2:1 – Yos 24:5) mengatakan bahwa ia dilahirkan di Mesir dari sebuah keluarga Hibrani, dan kemudian dibesarkan di lingkungan istana Firaun. Di dalam istana itu, ia dididik dalam segala hikmat orang Mesir dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (bdk. Ms 7:22). Namun pendidikan ala Mesir di istana Firaun itu nampaknya tidak merusak ikatan batin dengan orang sebangsanya. Sudah hampir dipastikan bahwa adatistiadat yang diwariskan dan Allah Abraham, Ishak dan Yakob itu diketahuinya di Mesir.
Kecuali itu, tradisi Kitab Suci pun mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di daerah Midian, bagian timur Mesir. Midian adalah tempat pengungsiannya setelah ia membunuh mandor Mesir yang menganiaya orang-orang sebangsanya. Di sana ia menemukan kembali tradisi nenek moyangnya yang tetap tidak berobah oleh pengaruh-pengaruh Mesir (Bdk. Kel 4:24-26). Alkitab menghubungkan peristiwa pengungsian itu dengan peristiwa perwahyuan Yahweh dan panggilan atas dirinya untuk mengemban tugas sebagai pembebas bangsa Israel dari kekejaman Firaun di Mesir (Kel 2:14 – 14:20). Dengan demikian jelaslah bahwa pengungsian itu merupakan penyelenggaraan ilahi dalam kerangka penyelamatan bangsa Israel.
Dalam hal penulisan Kitab Suci, Musa dipandang sebagai pengarang Kitab Pentateukh, kelima kitab pertama dari Perjanjian Lama. Ini tidak berarti bahwa ia sendirilah yang menuliskan setiap kata dari kitab itu. Walaupun kebanyakan bagian Kitab Pentateukh ditulis setelah kematiannya, namun dianggap sebagai tulisannya karena didasarkan pada tradisi lisan yang diwariskannya. Atas dasar itu dan juga karena ia adalah tokoh utama yang mendominasi fase awal sejarah Israel, maka seluruh Kitab Pentateukh dihubungkan dengan Musa sebagai pengarangnya.
Atas dasar yang sama, Musa dianggap sebagai pemberi Hukum Allah kepada bangsa Hibrani. Dialah yang menetapkan patokan dasar tingkah laku bangsa Hibrani sesuai dengan kehendak Yahweh. Generasi-generasi kemudian menyesuaikan hukum itu dengan tuntutan perkembangan zaman dan pandangan-pandangan hidup baru di bawah semangat Musa. Musa tidak diizinkan Yahweh memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan kepada keturunan Abraham karena ketegaran hati dan ketidak percayaan bangsa Israel kepada Yahweh (Ul. 1:37-38). Tuhan hanya menunjuk kepadanya tanah terjanji itu dari atas gunung Nebo. Akhirnya Musa meninggal di tanah Moab, di bagian timur Kanaan. Orangorang Israel meratapi dia selama 30 hari (Ul. 34:5-8).
Dalam Perjanjian Baru, penggelaran terhadap Musa sering melebihi tokoh-tokoh Perjanjian Lama lainnya mengingat kualitasnya sebagai pemberi Hukum Allah (Mat 8:4; Mrk 7:10). Kecuali itu ia dihubungkan dengan Yesus Kristus sebagai tokoh pra-lambang Mesias terjanji (Yoh 6:32; Ibr 3, 5, 6).
__________________________________________________________
Santa Rosa dari Viterbo, Pengaku Iman
Rosa lahir pada tahun 1235 di Viterbo, Italia Tengah. Kisah hidupnya tidak banyak diketahui dengan jelas. Oleh karena itu cerita legenda yang beredar tentang dirinya merupakan sumber untuk melukiskan riwayat hidupnya.
Frederik II, Kaisar Romawi Suci, karena suatu pertikaian sengit dengan Paus Gregorius IX (1227-1241), menyerang negara kepausan dan berhasil menaklukkan kota Viterbo pada tahun 1240. Rosa dengan berani mempersatukan seluruh rakyat untuk menghalau Frederik II dari Viterbo. Karena semangat kepahlawanannya itu, ia bersama orangtuanya dibuang keluar dari Viterbo. Mereka baru bisa kembali ke Viterbo ketika Frederik II meninggal dunia pada bulan Desember 1250.
Konon Rosa kemudian mengajukan permohonan untuk masuk biara Santa Maria yang ada di Viterbo. Permohonannya itu tidak dikabulkan oleh pimpinan biara itu. Lalu ia berusaha sendiri mendirikan sebuah komunitas religius baru. Usahanya ini pun tidak direstui oleh Paus Innosensius IV (1243-1254). Karena kegagalannya itu ia lalu memilih tetap tinggal di rumah sambil tetap menjalani suatu kehidupan bakti kepada Allah hingga kematiannya pada tanggal 6 Maret 1252. Kesalehan hidupnya diakui oleh Gereja sehingga jenazahnya dimakamkan di dalam gereja Viterbo. Pada tahun 1357 gereja itu terbakar. Ketika makamnya dibuka, tubuh Rosa masih tetap awet seperti sediakala. Oleh karena itu umat Viterbo menaruh devosi yang besar kepadanya. Setiap tahun jenazahnya diarak melalui jalan-jalan kota Viterbo. Pada tahun 1457, Rosa dinyatakan ‘kudus’ oleh Paus Kalistus III (1455-1458).
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info