Kamis, 30 Juli 2015

Kamis Pekan Biasa XVII
30 Juli 2015

PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja

_________________________________________________
Bacaan Pertama
Kel 40:16-21.34-38

“Awan menutupi Kemah Pertemuan
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.”

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Tentang hal ikhwa Kemah Suci
Musa melakukan semuanya secara tepat,
seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
Dan terjadilah dalam bulan pertama tahun kedua,
pada tanggal satu bulan itu didirikanlah Kemah Suci.
Beginilah Musa mendirikan Kemah Suci itu:
Ia Memasang alas-alasnya, menyusun papan-papannya,
memasang kayu-kayu lintang dan mendirikan tiang-tiangnya.
Kemudian ia membentangkan atap kemah
yang menudungi Kemah Suci
dan meletakkan tudung kemah di atasnya,
seperti diperintahkan Tuhan kepadanya.

(Lalu Musa mengambil loh hukum Allah, menaruhnya ke dalam tabut,
lalu memasang kayu pengusung pada tabut itu dan meletakkan tutup pendamaian di atas tabut itu.
Ia membawa tabut itu ke dalam Kemah Suci, menggantungkan tabir penudung dan memasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah,
seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.)

Lalu awan menutupi Kemah Pertemuan
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci,
sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan,
sebab awan itu hinggap di atas kemah
dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci.
Setiap kali awan itu naik dari atas Kemah Suci,
berangkatlah orang Israel dari tempat mereka berkemah.
Tetapi jika awan itu tidak naik, mereka pun tidak berangkat,
sampai hari awan itu naik.
Sebab awan Tuhan itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari,
dan pada malam hari ada api di dalamnya,
di depan mata seluruh umat Israel
pada setiap tempat mereka berkemah.

Demikianlah sabda Tuhan.

_________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 84:3-6a.8a.11,R:2

Refren: Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu,
ya Tuhan semesta alam!

*Jiwaku merana
karena merindukan pelataran Tuhan;
jiwa dan ragaku bersorak-sorai
kepada Allah yang hidup.

*Bahkan burung pipit mendapat tempat
dan burung layang-layang mendapat sebuah sarang,
tempat mereka menaruh anak-anaknya,
pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam,
ya Rajaku dan Allahku!

*Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Berbahagialah para peziarah
yang mendapat kekuatan dari pada-Mu,
langkah mereka makin lama makin tinggi.

*Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu
daripada seribu hari di tempat lain;
lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku
daripada diam di kemah-kemah orang fasik.

_________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Tuhan, bukalah hati kami,
supaya kami memperhatikan sabda Putera-Mu.

_________________________________________________
Bacaan Injil
Mat 13:47-53

“Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak,
“Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan.
Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai.
Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu,
ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.
Demikianlah juga pada akhir zaman.
Malaikat-malaikat akan datang
memisahkan orang jahat dari orang benar.
Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api.
Di sana ada ratapan dan kertak gigi.

Mengertikah kalian akan segala hal ini ?”
Orang-orang menjawab, “Ya, kami mengerti.”
Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
“Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah
seumpama seorang tuan rumah
yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya.”
Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu,
Yesus pergi dari sana.

Demikianlah sabda Tuhan.

_________________________________________________
Renungan Injil
Akhir jaman adalah tanda kesudahan dunia.
Tanda kesudahan itu akan diawali dengan siksaan dan kesusahan besar yang dialami oleh orang banyak.
Siksaan dan kesusahan yang dahsyat itu belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.
Itulah akhir jaman.

Yesus telah menasehati agar kita senantiasa bersiap-siap dan berjaga-jaga sebab kita tidak tahu kapan waktu akhir jaman itu.
Siksa dan kesusahan terjadi terus menerus, tetapi kita tidak dapat memastikan apakah siksa dan kesusahan itu sudah mencapai puncaknya atau belum.

Pada hari kesudahan dunia itu, Tuhan Yesus akan datang bersama para malaikat surga, mengumpulkan semua orang, lalu memisahkan orang yang baik dari yang jahat, seperti perumpamaan tentang pukat yang dikutip pada Bacaan Injil hari ini.
Ikan yang baik ditampung dan yang buruk dibuang ke dalam dapur api.

Para petugas Kerajaan Surga itu tahu mana ikan yang baik dan mana yang buruk.
Sesuatu yang sangat sulit untuk dapat kita ketahui, karena semuanya serupa berbentuk ikan.
Itulah sebabnya Yesus juga telah mengingatkan agar kita waspada terhadap nabi-nabi palsu, karena nampak seperti nabi padahal bukan.
Ikan yang buruk itu nampak berpenampilan seperti ikan.
Orang-orang jahat nampak seperti “anak Tuhan”, mungkin saja rajin ke gereja, membaca Injil, dan memang banyak berbuat kebaikan, tapi semuanya itu palsu.
Mereka melakukan semuanya itu bukan untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan, melainkan untuk mendapat keuntungan bagi dirinya sendiri, dan bahkan mereka tak segan-segan menyesatkan orang lain supaya sama seperti mereka.
Mereka itu provokator yang menginginkan orang lain tak dapat bertahan sampai pada kesudahannya.

Orang yang diumpamakan sebagai ikan yang baik itu ialah orang yang percaya dan hidup di dalam iman dan kebenaran Surga, serta mampu mempertahankan hidup yang seperti itu sampai pada kesudahannya, “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”  [Mat 14:13]
Oleh karenanya, marilah kita, dengan segenap tekad dan kemampuan yang kita miliki, dengan senantiasa berharap dan berdoa kepada Bapa kita yang di Surga, mati-matian bertahan untuk hidup di dalam iman dan dan segala kebenaran yang berasal dari Surga, sehingga menjadi tabah menghadapi berbagai macam provokasi dan kebenaran palsu itu.

_________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki “Si Mulut Emas”. Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah “kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat”. Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. Kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral Kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tigabelas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724-1730) mengangkat dia menjadi seorang Pujangga Gereja.
Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan Bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.
Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, ia tidak segan-segan meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah: “Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja”. Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia “Penjelmaan Kristus” dan semua kebenaran iman yang diajarkan oleh Gereja.
Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluapluap membuat “Si Mulut Emas” ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.

_________________________________________________
Santo Yustinus de Yakobis, Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya.
Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat-istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolese­kolese Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolese-kolese.
Pada tahun 1860, Kedaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan.
Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

_________________________________________________
Santo Abdon dan Senen, Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon Kuirinus di rumahnya. Kemudian pada tahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam gereja Santo Markus di Roma.

_________________________________________________
Santa Yulita dari Kaesarea, Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke pengadilan namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu dia menjadi musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita dan memaksanya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia berkata: “Ladangku dan semua kekayaanku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya itu kembali di surga”.
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini terjadi kira-kira pada tahun 303.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *