Hari Biasa, Pekan Biasa XXI Selasa, 25 Agustus 2020
Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXI
Selasa, 25 Agustus 2020
PF S. Yosef dari Calasanz, Imam
PF S. Ludowikus
Bacaan Pertama
2Tes 2:1-3a.13b-17
“Berpeganglah pada ajaran-ajaran yang telah kalian terima dari kami.”
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus
kepada jemaat di Tesalonika:
Saudara-saudara,
tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus
dan berkumpulnya kita dengan Dia,
kami minta kepadamu, jangan lekas bingung dan gelisah,
baik oleh ilham roh, maupun oleh kabar atau surat
yang dikatakan berasal dari kami,
seolah-olah hari Tuhan telah tiba.
Hendaknya kalian Jangan sampai disesatkan orang
dengan cara yang bagaimanapun juga.
Allah dari mulanya telah memilih kalian
untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kalian
dan dalam kebenaran yang kalian percayai.
Untuk itulah Ia telah memanggil kalian lewat Injil
yang kami wartakan,
sehingga kalian dapat memperoleh kemuliaan Yesus Kristus,
Tuhan kita.
Sebab itu berdirilah teguh
dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kalian terima dari kami,
baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Semoga Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita,
menghibur dan memperkuat hatimu
dalam segala karya dan tutur kata yang baik,
sebab Allah mengasihi kita,
Ia memberi kita hiburan dan harapan baik
karena kasih karunia-Nya.
Demikanlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 96:10.11-12a.12b-13,R:13ab
Refren: Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.
*Katakanlah di antara bangsa-bangsa:
“Tuhan itu Raja!
Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah.
Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.”
*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya;
biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya,
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
*Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
Bait Pengantar Injil
Ibr 4:12
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya,
menguji segala pikiran dan maksud hati.
Bacaan Injil
Mat 23:23-26
“Yang satu harus dilakukan, tetapi yang lain jangan diabaikan.”
inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Pada waktu itu Yesus bersabda,
“Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik,
sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kalian bayar,
tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan,
yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan.
Yang satu harus dilakukan, tetapi yang lain jangan diabaikan.
Hai kalian pemimpin-pemimpin buta,
nyamuk kalian tepiskan dari minumanmu
tetapi unta di dalamnya kalian telan.
Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kalian orang-orang munafik,
sebab cawan dan pinggan kalian bersihkan sebelah luarnya,
tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Hai orang-orang Farisi yang buta,
bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu,
maka sebelah luarnya juga akan bersih.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Ada dua hal penting yang disampaikan oleh Yesus pada Bacaan Injil hari ini, terkait dengan pertumbuhan iman kita untuk mengenali kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Yang pertama, sebagai warga Kerajaan Surga, kita diminta untuk taat menjalankan ajaran-ajaran Tuhan, dan sebagai warga dunia kita juga mesti mentaati aturan dan kaidah hidup di dunia ini.
“Yang satu harus dilakukan, tetapi yang lain jangan diabaikan.”
Janganlah kita meniru para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang mentaati hukum Taurat, antara lain: membayar persepuluhan, mentaati hari Sabat, berpuasa, tidak melanggar larangan-larangan yang diharamkan, dan sebagainya.
Tetapi mereka tidak menjalankan hal yang penting dari hukum Taurat, yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Kita juga sama.
Aturan-aturan gereja memang mesti kita taati, tetapi perintah Tuhan untuk melandasi hidup dengan penuh kasih, agar menghasilkan buah-buah roh tak boleh diabaikan.
Rasul Paulus telah menjabarkan buah-buah roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Dan yang kedua yang disampaikan oleh Yesus, yang tak kalah pentingnya, yakni: “Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu,
maka sebelah luarnya juga akan bersih.”
Kita menjalankan perintah-perintah Allah bukan supaya dilihat saleh oleh orang-orang lain, sebab hidup oleh Roh artinya hidup kita dipimpin oleh Roh, bukan dipimpin oleh keinginan diri sendiri.
Roh akan hadir dalam hidup kita jika kita memang mau dipimpin oleh-Nya.
Janganlah meniru ahli Taurat atau orang Farisi jaman sekarang.
Mereka itu sangat rajin pergi ke gereja, atau sekarang mengikuti misa online, dan bahkan itu dilakukan setiap hari.
Ketika berdoa bersama di lingkungan, ia selalu hadir dan selalu terlihat khusuk mengikuti doa, dan bahkan ia sering menegur orang lain yang menurutnya tidak mengikuti doa dengan baik.
Ketika berbincang-bincang dengannya, banyak ayat-ayat Injil yang dikutipnya, atau sharing kisah-kisah pengalaman iman tentang berbagai mujizat terjadi dalam hidupnya.
Padahal, di keluarganya sendiri ia sering melakukan KDRT, seorang yang otoriter yang bertentangan dengan hukum kasih Kristus.
Ia banyak menuai pujian orang, tetapi malah tidak dicintai oleh istri dan anak-anaknya sendiri.
Jadi, percuma saja cawan yang hanya bersih di bagian luarnya saja, tetapi di bagian dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Maka, marilah kita jalani hidup kita dengan mengikuti bimbingan Roh, janganlah “gila hormat” atau memburu nikmat duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Peringatan Orang Kudus
Santo Louis Lodevik IX, Pengaku Iman
Louis Lodevik lahir di Poissy, Paris pada tanggal 25 April 1214. Ayah-ibunya, Louis VIII (1223-1226) dan Blanka dari Kastilia mendidiknya dengan sangat baik dalam kebiasaan hidup Kristiani. Ketika masih kecil, ibunya pernah berkata kepadanya: “Aku lebih suka melihat engkau mati daripada jiwamu cemar karena dosa”. Kata-kata ini menjadi bukti nyata betapa pendidikan iman sungguh diberikan kepada Louis semenjak kecilnya.
Pada tahun 1226, Louis yang baru berusia 12 tahun menduduki takhta kerajaan menggantikan ayahnya. Delapanbelas tahun pertama pemerintahannya, kekuasaan dipegang oleh ibunya, karena Louis belum cukup dewasa untuk memimpin roda pemerintahan negara. Louis kemudian menikah dengan Margareth, seorang puteri bangsawan dari Provence (1234). Setelah berusia 21 tahun, barulah Louis memerintah dengan kuasa penuh. Ia menghadapi berbagai masalah yang ditinggalkan ayahnya. Usahanya yang pertama ialah mematahkan pemberontakan para bangsawan yang didukung oleh raja Inggris, dan memerangi kaum Albigensia, satu sekte yang anti negara dan Gereja dengan ajaran-ajarannya yang antisosial, anti ajaran iman dan moral Gereja.
Sejak awal pemerintahannya Louis dikenal sebagai seorang raja yang lurus hati, konsekuen dan tidak korup. Ia taat kepada agama. Dalam hal menegakkan keadilan, Louis adalah seorang pencinta keadilan dan murah hati. Ia tidak pilih kasih dalam membela hak siapa pun, tak peduli apakah ia bangsawan atau petani miskin. Ia seorang negarawan yang berpandangan progresif: mendirikan parlemen dan memberlakukan undang-undang secara bijaksana. Ia pencinta damai, tetapi tidak segan-segan terjun ke medan perang bila keadaan memaksa.
Pada tahun 1242, Louis secara telak mengalahkan Raja Henry III (1216-1272) dari Inggris yang ingin mencaplok tanah-tanah Prancis. Hubungannya dengan Inggris sarat dengan pertikaian terus menerus. Namun dengan Raja Henry III yang dikalahkannya, Louis mengadakan suatu perjanjian yang sangat lunak. Louis diminta menjadi wasit adil dalam urusan intern Kerajaan Inggris.
Salah satu peristiwa penting dalam hidup Louis IX adalah pembelian ‘Mahkota Duri Kristus’ dari pedagang Venesia. Mahkota itu tersimpan di Konstantinopel. Entah apa sebabnya, Mahkota itu digadaikan oleh kaisar kepada seorang pedagang Venesia. Hingga batas waktu penggadaian, Kaisar Konstantinopel tak mampu menebus kembali mahkota suci itu. Karena itu mahkota itu ditawarkan kepada seorang kerabat Louis IX. Louis segera menyanggupi pembeliannya meskipun dengan harga yang sangat tinggi. Mahkota dikawal ke Prancis. Louis dan adiknya menyambut hangat dan mengarak mahkota itu masuk kota Paris dengan iring-iringan panjang dan meriah. Semua orang berpakaian sederhana tanpa mengenakan alas kaki. Relikui suci itu sampai sekarang disimpan di Sainte Chapelle, sebuah gereja yang amat indah di tengah-tengah kota Paris. Pada tahun 1244, Louis menderita sakit parah. Dengan penuh kepercayaan, orang meletakkan mahkota duri itu di atas kepalanya. Dan Louis sembuh seketika secara ajaib. Sejak saat itulah Louis berikrar membebaskan Tanah Suci, tempat Kristus dahulu mengenakan mahkota suci itu, dari pendudukan tentara Islam.
Louis sangat menaruh perhatian besar kepada orang-orang miskin dan sakit, menegakkan hukum Gereja dan memajukan Universitas Sorbonne. Empat tahun setelah ia sembuh secara ajaib, ia memimpin langsung Perang Salib untuk membebaskan Tanah Suci. Ia merebut kota Damietta di muara sungai Nil, Mesir dengan mudah. Tetapi kemudian tentaranya dipaksa menyerah di Mansurah. Louis sendiri ditawan oleh Sultan. Setelah dibebaskan dengan uang jaminan, Louis membawa sisa pasukannya ke Akka, Palestina dan kembali ke Prancis. Semangatnya untuk menguasai Tanah Suci tetap berkobar. Duapuluh tahun kemudian Louis berangkat lagi memimpin pasukan tetapi sayang bahwa Louis meninggal dunia di Tunisia karena serangan disentri. Louis meninggal di Tunisia pada tanggal 25 Agustus 1270. Ia dinyatakan sebagai ‘kudus’ oleh Paus Bonifasius VIII (1294-1303) pada tanggal 11 April 1297.
Santo Yosef Kalasansius, Pengaku Iman
Yosef Kalasansius lahir di Peralta, Spanyol pada tahun 1556. Pada masa mudanya ia belajar hukum di Lerida, Spanyol dan teologi di Alcala, dekat Madrid. Yosef yang saleh ini kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1583. Karier imamatnya dimulai di wilayah Andorra, pegunungan Pirenea di kalangan umat pedalaman. Kesalehan hidupnya dan semangatnya membuat banyak umat senang sekali padanya.
Pada suatu hari ia mendengar suatu suara ajaib: “Yosef, pergilah dan bekerjalah di Roma”. Tampak juga padanya satu penglihatan di mana ia sendiri sedang mengajar anak-anak. Tergerak oleh suara ajaib dan penglihatan itu, ia berangkat ke Roma untuk menunaikan tugas baru seperti yang dikatakan oleh suara ajaib itu. Yosef berangkat ke Roma pada tahun 1592. Tidak tahu apa yang mau ia kerjakan. Sambil menunggu saat yang tepat untuk melaksanakan apa yang tampak dalam penglihatan yang dialaminya, Yosef melayani siapa saja yang membutuhkan tenaganya. Ia merawat orang-orang sakit, menolong orang-orang bersusah dan mengunjungi orang-orang tahanan. Ia pun rajin berziarah ke semua basilik yang ada di kota Roma untuk berdoa di depan Sakramen Mahakudus dan memohon terang Roh Kudus. Akhirnya ia juga menemukan pekerjaan apa yang dikehendaki Tuhan dari padanya.
Pada waktu itu di Roma terdapat sangat banyak anak-anak yang menggelandang di jalan-jalan kota. Mereka semua tidak bersekolah dan setiap hari menimbulkan berbagai macam kekacauan yang memusingkan orang banyak. Digerakkan oleh Roh Kudus, Yosef membuka sebuah sekolah khusus untuk mereka. Sekolah ini dikenal sebagai sekolah dasar pertama di Eropa (Roma) yang tidak menarik bayaran apa pun dari semua muridnya. Ia mencari sukarelawan-sukarelawan yang mengajar tanpa bayaran dan beberapa orang imam untuk mendampingi anak-anak tanggung itu. Bersama mereka itulah, Yosef mulai membangun sebuah tarekat baru, Tarekat Imam-imam Pengajar, yang lazim disebut Imam-imam Piarist. Sungguh menakjubkan bahwa dalam waktu relatif singkat, sekolah ini mempunyai 1000 orang murid.
Seperti biasanya, Yosef mengalami berbagai macam tantangan. Di dalam tubuh tarekatnya muncullah imam-imam tertentu yang menentang Yosef dan menghalangi perkembangan sekolah itu dengan berbagai macam alasan. Yosef difitnah sebagai seorang penjahat. Akhirnya Yosef sendiri dipenjarakan oleh pejabat Gereja dan tarekat yang didirikannya dibubarkan untuk sementara. Tetapi berkat bantuan seorang kardinal yang mengenal baik kesucian hidupnya, ia dibebaskan dari tahanan. Semua perlakuan pejabat Gereja terhadap dirinya ditanggungnya dengan sabar dan penuh iman, sehingga ia dijuluki orang sebagai “Tugu kekuatan dan contoh kesabaran”. Menyambut pembebasannya dari penjara, ia berkata: “Tuhanlah yang memulai pekerjaan ini dan melaksanakannya. Aku hanya melaksanakannya demi kemuliaan namaNya dan demi cintakasih kepadaNya. Terpujilah Tuhan yang telah mempercayakan pekerjaan ini kepadaku”. Yosef melanjutkan karya pendidikan bagi anak-anak itu hingga wafatnya. Tarekatnya pun kembali berkarya dan terus berkembang baik di dalam maupun di luar negeri.
Yosef Kalasansius meninggal dunia pada tanggal 25 Agustus 1648. Pada tahun 1767 ia digelari ‘kudus’ dan dinobatkan sebagai pelindung sekolah dasar Katolik.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/