Sabtu, 22 Agustus 2015
Sabtu Pekan Biasa XX
22 Agustus 2015
PW SP Maria, Ratu
_____________________________________________________
Bacaan Pertama
Rut 2:1-3.8-11;4:13-17
“Tuhan telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus.
Dialah ayah Isai, ayah Daud.”
Pembacaan dari Kitab Rut:
Naomi mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya,
seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas.
Pada suatu hari Rut, wanita Moab itu, berkata kepada Naomi,
“Ijinkanlah aku pergi ke ladang
memungut bulir-bulir jelai
di belakang orang yang murah hati kepadaku.”
Sahut Naomi, “Pergilah, anakku.”
Maka pergilah Rut ke ladang
dan memungut jelai di belakang para penyabit.
Kebetulan ia berada di tanah milik Boas,
yang berasal dari kaum Elimelekh.
Maka berkatalah Boas kepada Rut, “Dengarlah, anakku.
Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain,
dan tidak usah juga engkau pergi dari sini,
tetapi tetaplah dekat pekerja-pekerjaaku wanita.
Lihatlah ladang yang sedang disabit ini.
Ikutilah wanita-wanita itu dari belakang.
Sebab aku telah berpesan kepada para pekerja laki-laki,
supaya mereka jangan mengganggu engkau.
Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan itu,
dan minumlah air yang dicedok oleh para pekerja itu.”
Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata,
“Bagaimana mungkin aku mendapat belaskasih Tuan,
sehingga Tuan memperhatikan daku, padahal aku ini seorang asing?”
Boas menjawab,
“Aku telah mendengar kabar tentang segala sesuatu
yang kaulakukan kepada mertuamu
sesudah suamimu meninggal dunia,
dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu
serta pergi kepada suatu bangsa yang belum kaukenal.”
Beberapa waktu berselang Boas memperisteri Rut
dan menghampirinya.
Maka atas karunia Tuhan, Rut mengandung,
lalu melahirkan seorang anak laki-laki.
Sebab itu para wanita berkata kepada Naomi,
“Terpujilah Tuhan,
yang telah rela menolong engkau pada hari ini
dengan seorang penebus.
Semoga anak ini menjadi termasyhur di Israel.
Dialah yang akan menyegarkan jiwamu
dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih.
Sebab menantumu yang sayang padamu telah melahirkannya.
Dia lebih berharga bagimu daripada tujuh anak laki-laki.”
Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya di pangkuannya,
dan dialah yang mengasuhnya.
Lalu wanita-wanita tetangga memberi nama kepada anak itu
dengan berkata,
“Seorang anak laki-laki telah lahir bagi Naomi.”
Anak itu mereka beri nama Obed.
Dialah ayah Isai, ayah Daud.
Demikianlah sabda Tuhan.
_____________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 128:1-5,R:4
Refren: Orang yang takwa hidupnya akan diberkati Tuhan.
*Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan,
yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
*Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur
di dalam rumahmu;
anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
sekeliling mejamu!
*Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan
orang laki-laki yang takwa hidupnya.
*Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion:
boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,
_____________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Mat 23:9a.10b
Bapamu hanya satu, ialah yang ada di Surga.
Pemimpinmu hanya satu, yaitu Kristus.
_____________________________________________________
Bacaan Injil
Mat 23:1-12
“Mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukan.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Sekali peristiwa
berkatalah Yesus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya,
“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
telah menduduki kursi Musa.
Sebab itu turutilah dan lakukanlah
segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu,
tetapi janganlah kalian turuti perbuatan mereka,
karena mereka mengajarkannya, tetapi tidak melakukannya.
Mereka mengikat beban-beban berat,
lalu meletakkannya di atas bahu orang,
tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Semua pekerjaan yang mereka lakukan
hanya dimaksud supaya dilihat orang.
Mereka memakai tali sembahyang yang lebar
dan jumbai yang panjang.
Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan
dan di tempat terdepan di rumah ibadat;
mereka suka menerima penghormatan di pasar
dan suka dipanggil Rabi.
Tetapi kalian, janganlah kamu disebut ‘Rabi';
karena hanya satulah Rabimu, dan kalian semua adalah saudara.
Dan janganlah kalian menyebut siapa pun bapa di bumi ini,
karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga.
Janganlah pula kalian disebut pemimpin,
karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus.
Siapa pun yang terbesar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan,
dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”
Demikianlah sabda Tuhan.
_____________________________________________________
Renungan Injil
Memamerkan adalah kegiatan mempertontonkan sesuatu yang membanggakan kepada orang-orang, entah itu kekayaan atau kehebatan kita, dengan maksud untuk menerima pujian dan penghormatan dari orang.
Pamer sering dianggap sebagai kegiatan menyombongkan diri, terhadap apa yang kita miliki tetapi tak dimiliki oleh orang lain.
Para ahli Taurat melakukan pamer-pamer, memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, menduduki tempat terhormat saat ibadat atau saat perjamuan, maksudnya supaya dilihat orang dan menerima penghormatan dari orang-orang, dan dipanggil rabi.
Yesus meng-kritik apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat ini, “Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”
Di kesempatan lain Yesus mengatakan, “Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.” [Mat 6:6a]
Apakah ini berarti Yesus melarang kita untuk pamer-pamer?
Sampai sekarang saya masih terus melakukan kegiatan pamer-pamer, mempertontonkan produk dagangan saya kepada orang-orang, menceritakan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, dengan maksud agar orang mau membelinya, dan saya pun mendapat keuntungan.
Jika saya sendiri merendahkan barang dagangan saya, mungkinkah orang akan meninggikannya?
Demikian pula halnya, saya senang memamerkan, “Saya seorang Katolik, pengikut Yesus Kristus.”
Menurut saya ini adalah pernyataaan iman, masak dilarang?
Yesus dan para murid-Nya juga pamer-pamer; mereka mempertontonkan berbagai mujizat di hadapan orang-orang.
Apa iya, Yesus mengajarkan tetapi tidak melakukan?
Wah, ini renungan yang salah arah.
Yesus justru meminta kita untuk mewartakan Injil, “Kerajaan Allah sudah dekat!”
Yesus malah mengaruniakan kemampuan untuk melakukan mujizat kepada para murid-Nya, mengutus mereka pergi berdua-berdua untuk kegiatan pamer-pamer tadi.
Bukan kegiatan pamer-pamer ini yang dilarang oleh Yesus.
Yang dilarang adalah mengajarkan tetapi tidak melakukan.
Saya menyatakan diri Katolik, menyatakan hal-hal baik dari Katolik itu, tetapi jika kelakuan saya berbeda dengan jiwa dan nafas Katolik, maka saya menjadi sama dengan para ahli Taurat itu, dan Yesus pun akan meng-kritik saya.
Ketika saya menyatakan berbagai keunggulan dan kehebatan dari barang dagangan saya, tetapi jika kenyataan itu hanyalah bualan belaka, maka saya pun akan menerima kritikan dari Yesus.
Singkat cerita, laksanakan ajaran Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari, dan wartakanlah itu.
Mengenai hal ini, jelas Yesus berkenan.
Renungan Lain
_____________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Simforianus, Martir
Di kota Autun, Prancis pada masa penjajahan Romawi, setiap tahun biasanya diselenggarakan perarakan besar untuk menghormati dewi Cybele. Patung dewi itu diusung mengelilingi kota. Di antara khalayak ramai yang berdiri di sepanjang jalan kota untuk memberi hormat dan sujud-sembah kepada sang dewi yang lewat, ada juga seorang pemuda tak dikenal yang tetap berdiri tegak dengan sikap sinis. Ia tidak sudi memberikan sikap hormat dan sujud-sembah seperti yang dilakukan orang banyak itu. Sikapnya ini menimbulkan pertanyaan dan curiga dalam hati banyak orang. Tak lama kemudian, ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan Prefek kota Autun. Atas pertanyaan Prefek, pemuda itu dengan tegas menjawab: “Namaku Simforianus. Aku seorang Kristen”.
Pada waktu itu jumlah orang Kristen sangat sedikit, sehingga tidaklah mengherankan kalau prefek itu tidak memahami maksud kata-kata Simforianus itu. Prefek yang mengira bahwa Simforianus belum mengetahui semua peraturan kaisar, menyuruh orang membacakan peraturan kaisar mengenai penyembahan kepada dewi Cybele. Seusai pembacaan itu, Simforianus dengan lantang berkata: “Semua perintah itu sudah aku tahu, tetapi aku harus lebih menaati perintah Tuhanku Yesus Kristus, Raja segala raja”. Selanjutnya untuk menantang sang prefek, Simforianus berkata: “Berikan kepadaku sebuah palu, maka aku akan menghancurkan dewimu itu. Aku mau melihat apakah perbuatanku atas dewimu itu akan mengakibatkan malapetaka besar atas seluruh rakyat kota ini”.
Perkataan berani itu menyebabkan amarah hebat sang prefek. Simforianus segera dibelenggu, didera lalu kemudian dipenjarakan. Setelah beberapa hari mendekam di dalam penjara, ia dikeluarkan dan digiring ke tempat pembunuhan. Penderitaan hebat yang ditimpakan atas dirinya membuat badannya lemah dan wajahnya pucat pasi. Namun Simforianus tampak tetap girang dan tetap tegak berdiri. Ketika tiba di tempat pembunuhan itu, ibunya berseru: “Vita non tollitur sed mutatur! “, yang artinya “Hidup tidak dicabut melainkan hanya diubah!”. Simforianus mati dibunuh dengan pedang para algojo kafir. Ia kemudian dihormati sebagai seorang martir Kristus.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info