Rabu Pekan Biasa XXI 24 Agustus 2016
Rabu Pekan Biasa XXI
24 Agustus 2016
Pesta S. Bartolomeus, Rasul
Bacaan Pertama
Why 21:9b-14
“Di atas dua belas batu dasar
tertulis nama kedua belas rasul Anak Domba.”
Pembacaan dari Kitab Wahyu:
Aku, Yohanes, mendengar seorang malaikat berkata kepadaku,
“Marilah ke sini,
aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan,
mempelai Anak Domba.”
Lalu, di dalam roh aku dibawanya
ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi,
dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus, Yerusalem,
turun dari surga, dari Allah.
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah,
dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah,
bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Temboknya besar lagi tinggi,
pintu gerbangnya dua belas buah.
Di atas pintu-pintu gerbang itu
ada dua belas malaikat,
dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel.
Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang,
di sebelah utara tiga pintu gerbang,
di sebelah selatan tiga pintu gerbang,
dan di sebelah barat tiga pintu gerbang.
Tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar,
dan di atasnya tertulis nama kedua belas rasul Anak Domba.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 145:10-13b.17-18,R:12
Refren: Para kudus-Mu, ya Tuhan,
memaklumkan Kerajaan-Mu yang semarak mulia.
*Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
*Mereka memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia,
dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia.
Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi,
pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.
*Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya
dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.
Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya,
pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.
Bait Pengantar Injil
Yoh 1:49b
Rabi, Engkau Anak Allah,
Engkau Raja orang Israel!
Bacaan Injil
Yoh 1:45-51
“Lihat, inilah seorang Israel sejati,
tidak ada kepalsuan di dalamnya.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Sekali peristiwa,
Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya,
“Kami telah menemukan Dia,
yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,
yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”
Kata Natanael kepadanya,
“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
Kata Filipus kepadanya, “Mari dan lihatlah!”
Melihat Natanael datang kepada-Nya,
Yesus berkata tentang dia,
“Lihat, inilah seorang Israel sejati,
tidak ada kepalsuan di dalamnya!”
Kata Natanael kepada Yesus,
“Bagaimana Engkau mengenal aku?”
Jawab Yesus kepadanya,
“Sebelum Filipus memanggil engkau,
Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
Kata Natanael kepada-Nya,
“Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”
Yesus menjawab, kata-Nya,
“Karena Aku berkata kepadamu
‘Aku melihat engkau di bawah pohon ara’,
maka engkau percaya?
Hal-hal yang lebih besar daripada itu akan engkau lihat!”
Lalu kata Yesus kepadanya,
“Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka,
dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Bacaan Pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Wahyu, dimaksudkan untuk memperingati Pesta Santo Bartolomeus, Rasul,
yakni tentang Yerusalem yang baru, kota yang kudus dan penuh dengan kemuliaan Allah.
Keduabelas rasul Yesus, termasuk Bartolomeus tentunya, digambarkan sebagai dua belas batu dasar yang menyangga tembok kota itu.
“Tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar, dan di atasnya tertulis nama kedua belas rasul Anak Domba.” [Why 21:14]
Nampaknya iman kita cukup sering diuji, mesti mempercayai hal-hal yang mustahil diterima oleh nalar manusia.
Masak Bartolomeus, yang notabene adalah seorang petani, “wong ndeso”, bisa menjadi batu dasar untuk suatu tembok megah, menjadi batu dasar bagi Yerusalem baru, bagi suatu gereja yang besar dan agung?
Apa tidak ada orang lain yang lebih pantas untuk dipilih ketimbang Bartolomeus?
Ah, tidak sepantasnya kita meragukan Yesus Kristus dalam memilih rasul-rasul-Nya.
Memangnya kita ini lebih pandai atau lebih arif dari Yesus?
Lagi-lagi Yesus menjewer telinga saya, “Jangan sok pintar kamu!”
Tanpa saya sadari, saya telah berpikir melebihi kapasitas saya sebagai manusia, justru ini sesuatu yang mustahil, sok menggurui Yesus dalam memilih murid-murid-Nya.
Rupanya tidak ada yang salah dengan pilihan Yesus terhadap Bartolomeus.
Rasul Bartolomeus memiliki kejujuran dan ketulusan, sesuatu yang dewasa ini sangat sulit bisa dimiliki oleh manusia.
Apa tidak malu, kalau berbicara soal kejujuran dan ketulusan, saya merasa lebih hebat dibandingkan Bartolomeus?
Iya, kejujuran dan ketulusan yang ditunjukkan oleh Bartolomeus-lah yang menjadi batu dasar bagi tembok megah itu!
Seluruhnya ada dua belas batu dasar, yang diwakili oleh Bartolomeus adalah salah satunya, yakni kejujuran dan ketulusan.
Peringatan Orang Kudus
Santo Bartolomeus, Rasul
Bartolomeus berarti ‘anak Tolmai’. Ada semacam keragu-raguan tentang nama rasul ini; apakah itu nama sesungguhnya dari rasul Bartolomeus, ataukah sekedar dipakai sebagai nama tambahan untuk menunjukkan bahwa dia adalah anak Tolmai. Rasul Yohanes dalam Injilnya tidak mengatakan apa-apa tentang rasul yang disebut Bartolomeus itu. Yohanes hanya menulis tentang seseorang yang dinamakan Natanael, sahabat karib Filipus yang kemudian mengikuti Yesus (Yoh 1:45-51). Atas dasar ini, banyak sejarawan dari ahli Kitab Suci menyimpulkan bahwa kedua nama itu, Bartolomeus dan Natanael, menunjuk pada orang yang sama. Kemungkinan Bartolomeus pun adalah sahabat karib Yohanes.
Dalam Perjanjian Baru, nama Bartolomeus ditemukan dalam ketiga Injil Sinoptik: Mateus 10:3, Markus 3:18, dan Lukas 6:14, dan di dalam Kisah Rasul-rasul 1:13. Ia bukanlah seorang nelayan seperti keempat rasul lain: Andreas, Yohanes, Simon dan Filipus, yang berasal dari Betsaida dan dikenal sebagai nelayan tasik Genesareth. Ia seorang petani, karena berasal dari Kana, sebuah kampung yang cukup jauh dari tasik Genesareth. Lagipula nama ayahnya ‘Tolmai’ berarti ‘petani’. Dua alasan itu diperkuat lagi oleh peristiwa pertemuannya dengan Filipus di kebunnya di bawah pohon ara (Yoh 1:45-51).
Yohanes dalam Injilnya menggambarkan Bartolomeus sebagai seorang yang jujur dan tulus, bahkan oleh Yesus dia disebut ‘Orang Israel sejati’, yang kemudian menjadi murid setiawan Yesus. Pada peristiwa penampakan Yesus kepada 7 orang rasulNya di tepi danau Tiberias, Natanael juga hadir menyaksikan peristiwa itu. Pada hari Pentekosta, oleh kekuatan Roh Kudus, Bartolomeus menjadi salah satu pendekar Gereja yang mewartakan Injil ke berbagai tempat.
Eusebius, sejarawan dari Kaisarea (260-340), dalam bukunya ‘Historia Ecclesiastica’ menceritakan bahwa Bartolomeus menjadi pewarta Injil Kristus di belahan dunia timur. Santo Hieronimus (340-420), pelanjut karya Eusebius, mengisahkan bahwa Pantaenus dari Aleksandria, ketika mewartakan Injil di India pada awal abad ketiga, menemukan bukti-bukti kuat tentang karya misioner rasul Bartolomeus. Kepada Pantaenus, orang-orang India menunjukkan satu salinan Injil Mateus yang ditulis dalam bahasa Ibrani untuk membuktikan bahwa mereka (orang-orang India) telah diajar oleh Bartolomeus kira-kira satu setengah abad yang lalu. Hieronimus selanjutnya menjelaskan bahwa Pantaenus kemudian membawa salinan Injil Mateus itu ke Aleksandria.
Catatan-catatan Gereja lainnya tentang periode ini berbicara tentang Bartolomeus yang mewartakan Injil di Hierapolis, Asia Kecil. Di sana Bartolomeus berkarya bersama-sama dengan Filipus. Sepeninggal Filipus dan pembebasannya dari penjara, Bartolomeus mewartakan Injil di provinsi Likaonia, Asia Kecil.
Bangsa Armenia pun menyebut Bartolomeus sebagai rasul mereka. Mereka mengatakan bahwa Bartolomeus-lah orang pertama yang mentobatkan mereka hingga mati sebagai martir Kristus di Albanopolis, tepi laut Kaspia, pada masa pemerintahan Astyages, Raja Armenia. Selain berkarya di antara orang-orang Armenia, Bartolomeus juga berkarya di Mesopotamia, Mosul (Kurdi, Irak), Babilonia, Kaldea, Arab dan Persia.
Santa Emilia de Vialar, Pengaku Iman
Anna Marguerite Adelaide Emilia de Vialar lahir di Gaillac, Prancis pada tahun 1797. Pada masa mudanya, Emilia belajar di Paris. Setelah menyelesaikan studinya, ia memilih berkarya di antara orang-orang sakit dan miskin. Karyanya ini didukung oleh keuangan dan dorongan moril dari kakeknya Baron de Portal, seorang dokter yang mengabdi Raja Prancis, Louis XVIII dan Charles X. Sebaliknya ia mendapat tantangan cukup hebat dari orangtuanya. Ayahnya memaksa dia menikah dengan seorang pemuda pilihan yang disukai keluarga. Emilia yang memilih hidup tak menikah, menjauhkan diri dari orangtuanya.
Sepeninggal kakeknya Baron de Portal, Emilia membeli sebuah rumah dengan uang warisan yang diterima dari kakeknya. Di rumah itu, ia mulai merintis pendirian Kongregasi Suster-suster Santo Yusuf bersama 10 orang calon. Tarekat religius baru ini mengabdikan diri di bidang perawatan orang-orang sakit dan pelayanan orang miskin, pendidikan kaum muda dan karya misi. Pendirian kongregasi ini direstui Takhta Suci dan disahkan pada tahun 1835. Tarekat ini berkarya di Balkan, Afrika, Timur Dekat, Burma dan Australia. Emilia meninggal dunia pada tanggal 24 Agustus 1856, dan dinyatakan ‘kudus’ pada tahun 1951.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info