Rabu Pekan Biasa XX 17 Agustus 2016
Rabu Pekan Biasa XX
17 Agustus 2016
HR Kemerdekaan Republik Indonesia
Bacaan Pertama
Sir 10:1-8
“Para penguasa bertanggung-jawab atas rakyatnya.”
Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:
Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat,
pemerintah yang arif adalah yang teratur.
Seperti para penguasa,
demikian pula para pegawainya;
seperti pemerintah kota,
demikian pula semua penduduknya.
Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya,
tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.
Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi,
dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.
Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang,
dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat.
Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu,
apapun juga kesalahannya,
dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu.
Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia,
dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah.
Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain
akibat kelaliman, kekerasan dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 101:1a.2ac.3a.6-7,R:Gal 5:13
Refren: Kamu dipanggil untuk kemerdekaan,
maka abdilah satu sama lain dalam cintakasih.
*Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum,
aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela.
Aku hendak hidup dalam ketulusan hati,
tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila.
*Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan,
supaya mereka diam bersama-sama aku.
Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela,
akan melayani aku.
*Orang yang melakukan tipu daya
tidak akan diam di dalam rumahku,
orang yang berbicara dusta
tidak akan tegak di depan mataku.
Bacaan Kedua
1Ptr 2:13-17
“Berlakulah sebagai orang yang merdeka.”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:
Saudara-saudaraku yang terkasih,
demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia,
baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi,
maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya
untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat
dan mengganjar orang-orang yang berbuat baik.
Sebab inilah kehendak Allah,
yaitu supaya dengan berbuat baik
kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh.
Hiduplah sebagai orang merdeka,
bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu
untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka,
tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Hormatilah semua orang,
kasihilah saudara-saudaramu,
takutlah akan Allah,
hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Mat 22:21
Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar,
dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.
Bacaan Injil
Mat 22:15-21
“Berikanlah kepada kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar,
dan kepada Allah
apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Sekali peristiwa
orang-orang Farisi berunding
bagaimana mereka dapat menjerat Yesus
dengan suatu pertanyaan.
Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian
bertanya kepada Yesus,
“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur,
dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah,
dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga,
sebab Engkau tidak mencari muka.
Katakanlah kepada kami pendapat-Mu:
Bolehkah membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka.
Maka Ia lalu berkata,
“Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.”
Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus.
Maka Yesus bertanya kepada mereka,
“Gambar dan tulisan siapakah ini?”
Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.”
Lalu kata Yesus kepada mereka,
“Berikanlah kepada Kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar,
dan kepada Allah
apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Gereja Katolik mengakui Hari Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai hari raya, setara dengan hari raya lainnya.
Secara kedaulatan kita memang sudah merdeka sejak 71 tahun silam, tetapi nampaknya kita belum sepenuhnya dapat menghirup udara bebas di segala bidang.
Salah satunya, yang seringkali membuat saya merasa prihatin, yakni kebebasan beribadah.
Sekali pun negara telah menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, tetapi nyatanya masih saja terjadi konflik horisontal di beberapa tempat, dan bahkan berakhir dengan tindakan anarkis.
Penolakan terhadap pendirian tempat ibadah masih terjadi, tetapi anehnya, pendirian tempat-tempat mesum malah menjamur.
Kitab Putera Sirakh pada Bacaan Pertama hari ini menyoroti tentang pentingnya pemimpin atau penguasa bangsa bertanggungjawab atas rakyatnya, menjamin ketertiban dalam masyarakat, mensejahterakan kota dan desa, serta memenuhi segala harapan rakyat supaya harapan-harapan itu diwujudkan, karena memang untuk itulah para pemimpin itu dipilih dan diberi kewenangan.
Rasul Petrus juga menghimbau agar kita hidup sebagai orang merdeka, bebas dari pelanggaran hukum, dan janganlah para pemimpin menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi perbuatan jahat, melainkan hiduplah sebagai hamba Allah.
Saya mengharapkan kemerdekaan yang jauh lebih merdeka daripada yang telah kita capai sekarang ini.
Saya menginginkan agar penjara-penjara kosong, tidak ada yang mendekam di sana, dan tidak ada lagi pembangunan penjara baru.
Saya menginginkan agar para penegak hukum beralih profesi, daripada menjadi pengangguran karena tak ada lagi kasus pelanggaran hukum terjadi.
Inilah yang saya sebut sebagai kemerdekaan yang sejati, yakni merdeka dari penjajahan iblis, merdeka dari perbuatan dosa.
Saya menginginkan agar tembok-tembok rumah dirobohkan karena sudah tak ada lagi maling yang akan masuk rumah.
Dan saya menginginkan semua orang mengabdi kepada Tuhan yang satu, Tuhan yang sama bagi setiap orang, tak masalah kalau mesti dilakukan dengan cara yang berbeda-beda seturut keyakinannya masing-masing.
Ah, biar saja orang menganggap saya aneh atau nyeleneh, tapi sungguh-sungguh saya sangat menginginkan orang mengijinkan gerejanya dipinjam untuk sholat Jum’at, atau salahkah kalau saya bermimpi suatu saat nanti saya akan mengikuti perayaan Ekaristi di mushola, wihara atau pura?
Bukankah Tuhan yang bersemayam di situ adalah Tuhan saya juga?
Peringatan Orang Kudus
Santo Hyasintus, Pengaku Iman
Hyasintus lahir tahun 1185 di Breslan, Silesia, Jerman Timur, dari keluarga bangsawan Odrowaz. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai di Katedral Krakau, Polandia. Pada umur 35 tahun, bersama adiknya Seslaus, Hyasintus menemani uskupnya dalam perjalanan ke Roma.
Kesempatan itu dipakai untuk menemui Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Semangat kerasulan dan kemiskinan para biarawan ordo itu sangat mereka kagumi. Pada pertemuan itu, Hyasintus meminta Dominikus agar mengutus beberapa biarawannya untuk mewartakan Injil di Eropa Utara. Permohonan itu tidak dikabulkan karena masalah kekurangan tenaga imam. Secara tak terduga, kedua bersaudara itu meminta Dominikus agar diterima dalam Ordo Pengkotbah. Dengan senang hati Dominikus menerima kedua bersaudara itu dalam pangkuan ordonya.
Hyasintus bersama Seslaus, meskipun sudah lama bekerja sebagai imam, bersedia menjalani lagi masa novisiat untuk melatih diri dan membentuk diri mengikuti semangat Ordo Pengkotbah dan semua keutamaan Kristen yang diperjuangkan ordo itu. Setelah mereka mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan, Hyasintus dan Seslaus diutus ke Eropa Utara sebagai misionaris Dominikan pertama di wilayah itu.
Sebagai perintis Ordo Pengkotbah di Eropa Utara, kedua bersaudara itu mengalami banyak hambatan dalam karyanya. Namun Tuhan senantiasa menyertai mereka dengan banyak karunia mujizat. Mula-mula Hyasintus menjelajahi seluruh Polandia untuk mewartakan Injil. Ia berhasil mentobatkan banyak orang di semua kota. Selanjutnya ia berkotbah di wilayah-wilayah Jerman, Denmark, Swedia, Austria dan Rusia sampai ke Laut Hitam. Kehidupannya yang sederhana dan suci menjadi pendukung kuat bagi kotbah-kotbahnya dan hal ini berhasil menarik minat banyak pemuda.
Pemuda-pemuda yang dengan rela meneladani Hyasintus dibina untuk menjadi imam-imam Dominikan. Untuk itu Hyasintus mendirikan banyak biara Dominikan di berbagai tempat sebagai pusat pendidikan bagi semua pemuda yang mau menjadi imam dalam Ordo Dominikan.
Dikatakan bahwa Hyasintus sepanjang hidupnya (72 tahun) tidak pernah mengalami sakit, termasuk penyakit ketuaan dan semua penderitaan lain yang disebabkan oleh usia yang sudah lanjut. Ia akhirnya gugur sebagai seorang ksatria Kristus yang memberi kesaksian iman secara luar biasa. Pada tanggal 14 Agustus 1257, ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 15 Agustus 1257, tepat dengan Pesta Maria Diangkat ke Surga.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info