Rabu Pekan Biasa XIX 10 Agustus 2016
Rabu Pekan Biasa XIX
10 Agustus 2016
Pesta S. Laurensius, Diakon dan Martir
Bacaan Pertama
2Kor 9:6-10
“Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Pembacaan dari Surat kedua Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara,
orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit pula.
Sebaliknya orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya,
jangan dengan sedih hati atau terpaksa.
Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu,
supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu,
malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Seperti ada tertulis,
“Ia murah hati, orang miskin diberi-Nya derma,
kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.”
Dia yang menyediakan benih bagi penabur,
dan roti untuk dimakan,
Dia jugalah yang akan menyediakan benih bagi kamu;
Dialah yang akan melipatgandakannya
dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 112:1-2.5-9,R:5a
Refren: Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman.
*Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan,
yang sangat suka akan segala perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi;
keturunan orang benar akan diberkati.
*Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman,
ia melakukan segala urusan dengan semestinya.
Orang jujur tidak pernah goyah;
ia akan dikenang selama-lamanya.
*Ia tidak takut pada kabar buruk,
hatinya tabah, penuh kepercayaan kepada Tuhan.
Hatinya teguh, ia tidak takut,
sehingga ia mengalahkan para lawannya.
* Ia murah hati, orang miskin diberi-Nya derma;
kebajikan-Nya tetap untuk selama-lamanya,
tanduk-Nya meninggi dalam kemuliaan.
Bait Pengantar Injil
Yoh 8:12b
Barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
tetapi mempunyai terang hidup.
Bacaan Injil
Yoh 12:24-26
“Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Menjelang akhir hidup-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja;
tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Barangsiapa mencintai nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya.
Tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini,
ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku,
dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.
Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Pada umumnya kita lebih senang menerima ketimbang memberi.
Ketika menerima sesuatu dari orang lain, timbul sukacita di dalam hati kita.
Rasul Paulus pada Bacaan Pertama hari ini mempertanyakan, adakah sukacita ketika kita memberi, sama seperti sukacita ketika kita menerima?
Ketika memberi, apakah dengan kerelaan hati, tidak bersedih atau terpaksa?
Memberi itu banyak macamnya.
Setiap bulan pemilik perusahaan memberi uang gaji kepada setiap karyawan yang bekerja di perusahaan itu, adakah pengusaha itu telah memberi seperti yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus?
Demikian pula halnya, ketika membeli baju di toko pakaian, kita juga memberi uang sebagai tanda pembayaran, dapatkah ini disebut pemberian?
Memang betul, kita memang mesti saling memberi dan menerima, tetapi jika diukur dengan takaran yang sama, itu barter namanya.
Kita tidak akan memberi kalau tidak menerima.
Sebaliknya, kita tidak akan menerima kalau tidak memberi sejumlah yang setara.
Ada juga orang memberi karena berharap menerima lebih banyak dari yang diberikan.
Ini namanya mencari laba atau keuntungan, melempar umpan berharap mendapat ikan.
Ini jelas tidak termasuk kriteria memberi sebagaimana yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus.
Masak kita memberi kolekte di gereja karena berharap Tuhan akan membalas berlipat-lipat, bukankah ini sama juga dengan mengambil keuntungan dari Tuhan?
Baiklah, katakanlah kita mau berbarter dengan Tuhan, sudahkah barter diadakan dengan jurdil (jujur dan adil)?
Sudahkah kita berterimakasih karena Tuhan telah memberi, ataukah kita lebih banyak memohon di dalam doa, meminta ini dan itu dari Tuhan, tetapi tak sepadan dengan apa yang telah kita berikan untuk memuliakan Tuhan?
Sangat jelas, Tuhan tak bermaksud berbarter dengan kita.
Kemurahan Tuhan, dan juga karena kasih-Nya, maka Tuhan memberi tanpa syarat apakah kita mau memberi juga sebagai balasannya.
Makanya kita katakan Tuhan itu baik kepada semua orang, tidak pilih kasih dan tidak tebang-pilih.
Orang jahat juga boleh menghirup oksigen dari udara, sama banyak dengan yang dihirup oleh orang baik.
Rasul Paulus meminta kita untuk bermurah hati, memberi tanpa pamrih, tanpa embel-embel, tanpa terpaksa, dan kita lakukan dengan sukacita yang sama besar seperti ketika kita menerima.
Tuhan telah menyediakan benihnya; yang kita berikan itu sesungguhnya berasal dari benih pemberian Tuhan juga, dan bahkan Tuhan juga berkenan melipatgandakannya agar lebih banyak lagi yang kita berikan kepada orang lain.
Jadi, memberi itu satu arah, dari kita untuk orang yang menerima.
Jangankan berharap akan menerima berlipat-lipat, menerima kembalian saja tidak.
Itulah yang namanya satu arah, tak ada arus balik kepada kita.
Bukan hanya itu, lakukanlah dengan kerelaan hati, tanpa terpaksa, karena tak terhindarkan kita pun akan mendapatkan sukacita karena telah memberi.
Dan sesungguhnya, sukacita yang timbul karena memberi itu jauh lebih dalam terasa di hati ketimbang sukacita yang timbul karena kita menerima.
Mengapa demikian?
Sukacita karena memberi itu turut diterima juga oleh yang menerima pemberian kita, dan sekaligus juga akan menimbulkan sukacita di Surga, dan kita adalah pemicunya.
Jadi, dengan demikian, kita juga memberi sukacita kepada Bapa kita yang di Surga.
Peringatan Orang Kudus
Santo Laurensius, Martir
Laurensius termasuk salah satu dari ketujuh diakon agung yang bekerja membantu Sri Paus di Roma. Oleh Paus Sixtus II (257-258), Laurensius ditugaskan mengurus harta kekayaan Gereja dan membagibagikan derma kepada para fakir miskin di seluruh kota Roma. la juga melayani Sri Paus dalam setiap upacara keagamaan.
Ketika Paus Sixtus II ditangkap oleh serdadu-serdadu Romawi, Laurensius bertekad menemani dia sampai kematiannya. Kepada Paus, ia berkata: “Aku akan menyertaimu ke mana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya”. Sixtus terharu mendengar kata-kata Laurensius itu. Lalu ia berkata: “Janganlah sedih dan menangis, anakku! Aku tidak sendirian. Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi”.
Ramalan Sixtus itu ternyata benar-benar terjadi. Prefek kota Roma, yang tahu bahwa Gereja mempunyai sejumlah besar kekayaan, mendapat laporan bahwa Laurensiuslah yang mengurus semua kekayaan itu. Karena itu, Laurensius segera dihadapkan kepada penguasa Roma itu. Laurensius dibujuk agar secepatnya menyerahkan semua kekayaan Gereja itu kepada penguasa Roma. Dengan tenang Laurensius menjawab: “Baiklah, tuan! Dalam waktu tiga hari akan kuserahkan semua kekayaan ini kepadamu”. Laurensius dibiarkan kembali ke kediamannya.
Ia segera mengumpulkan orang-orang miskin dan membagi-bagikan kekayaan Gereja kepada mereka. Di bawah pimpinannya, orang-orang miskin itu berarak menuju kediaman Prefek Roma. Kepada penguasa Roma itu, Laurensius berkata: “Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan peliharalah mereka dengan sebaik-baiknya! “.
Tindakan dan kata-kata Laurensius ini dianggap sebagai suatu olokan dan penghinaan terhadap penguasa Roma. Karena itu, ia ditangkap dan dipanggang hidup-hidup di atas terali besi yang panas membara. Laurensius tidak gentar sedikitpun menghadapi hukuman ini. Setelah separuh badannya bagian bawah hangus terbakar, ia meminta supaya badannya dibalik sehingga seluruhnya bisa hangus terbakar. “Sebelah bawah sudah hangus, baliklah badanku agar seluruhnya hangus!” katanya dengan sinis kepada para algojo yang menyiksanya. Laurensius akhirnya menghembuskan nafasnya di atas pemanggangan itu sebagai seorang ksatria Kristus.
Kisah kemartirannya kita ketahui dari tulisan-tulisan Santo Agustinus. Di sana dikatakan bahwa orang-orang yang berdoa dengan perantaraan Laurensius, terkabulkan doanya. “Karunia-karunia kecil diberikan kepada orang-orang yang berdoa dengan perantaraan Laurensius supaya mereka terdorong untuk memohon karunia yang lebih besar, yaitu cinta kasih kepada sesama dan kesetiaan kepada Kristus” demikian kata Santo Agustinus dalam salah satu tulisannya.
diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info