Jumat, 16 Oktober 2015
Jumat Pekan Biasa XXVIII
16 Oktober 2015
PF S. Margareta Maria Alacoque, Perawan
PF S. Hedwig, Biarawati
___________________________________________________
Bacaan Pertama
Rom 4:1-8
“Abraham percaya kepada Allah,
dan hal itu diperhitungkan sebagai kebenaran.”
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara,
apakah yang akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur kita?
Sebab jika Abraham dibenarkan karena perbuatannya,
maka ia mendapat alasan untuk bermegah,
tetapi bukan di hadapan Allah.
Sebab apa kata Kitab Suci?
“Abraham percaya kepada Tuhan,
dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Kalau ada orang bekerja,
upahnya diperhitungkan bukan sebagai hadiah,
melainkan sebagai haknya.
Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja,
namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka,
imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Demikian juga Daud memuji bahagia
orang yang dibenarkan Allah
bukan berdasarkan perbuatannya:
“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya,
dan dosa-dosanya ditutupi.
berbahagialah orang
yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
___________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 32:1-2.5.11,R:7
Refren: Engkaulah persembunyian bagiku.
Engkau melindungi aku
sehingga aku selamat dan bergembira.
*Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni,
yang dosa-dosanya ditutupi!
Berbahagialah orang
yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan,
dan tidak berjiwa penipu!
*Akhirnya dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu
dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan;
aku berkata “Aku akan menghadap Tuhan.
Dan mengakui segala pelanggaranku.”
Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.
*Bersukacitalah dalam Tuhan!
Bersorak-sorailah, hari orang-orang benar,
bersorak-gembiralah, hari orang-orang jujur!
___________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Mzm 33:22
Tunjukkanlah kiranya kasih setia-Mu, ya Tuhan,
sebab pada-Mulah kami berharap.
___________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 12:1-7
“Rambut kepalamu terhitung semuanya.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa,
Berkerumunlah beribu-ribu orang, sehingga mereka berdesak-desakan.
Yesus lalu mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya,
“Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka,
dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi yang takkan diketahui.
Karena itu apa yang kalian katakan dalam gelap
akan kedengaran dalam terang,
dan yang kalian bisikkan ke telinga di dalam kamar
akan dimaklumkan dari atas atap rumah.
Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku,
janganlah kalian takut terhadap mereka
yang dapat membunuh tubuh
tetapi kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Aku akan menunjukkan kepadamu siapakah yang harus kalian takuti.
Takutilah Dia yang setelah membunuh,
mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.
Sungguh, Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!
Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit?
Sungguhpun demikian tidak seekor pun dilupakan Allah.
Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya.
Karena itu jangan takut,
karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”
Demikianlah sabda Tuhan.
___________________________________________________
Renungan Injil
Yesus mengajari pada murid-Nya, tetapi itu dilakukan-Nya di hadapan khalayak ramai, sehingga orang-orang banyak yang berkerumun itu pun mendengarkan juga pengajaran Yesus itu.
Yang menarik, Yesus menyebut para murid-Nya itu sebagai sahabat, “Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku,” [Luk 12:4a]
Artinya, pengajaran yang disampaikan oleh Yesus ini lebih merupakan nasehat dari seorang sahabat, yang artinya juga jauh dari kepentingan diri sendiri tetapi demi kepentingan sahabatnya.
Lalu, apa yang dinasehatkan oleh Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya itu?
Yesus berbicara perihal kemunafikan.
Munafik artinya berbuat sesuatu yang tidak sesuai atau bertentangan dengan perkataannya.
Yang diucapkan berbeda dengan yang ada di dalam hatinya, misalnya berpura-pura senang padahal tidak, atau berpura-pura tak berminat padahal dalam hatinya menggebu-gebu ingin memiliki.
Munafik adalah dusta atau kebohongan.
Yesus jelas tidak ingin para murid-Nya menjadi orang yang munafik.
Apalagi untuk meyakinkan bahwa perkataannya itu benar, orang tak segan-segan melakukan sumpah serapah, “Demi Tuhan…”
Ini tidak sesuai dengan yang diajarkan oleh Yesus, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.
Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” [Mat 5:37]
Pada Bacaan Injil hari ini, Yesus mengajari para murid-Nya tentang bagaimana menghadapi orang-orang munafik.
Kemunafikan patut diwaspadai karena sifatnya seperti ragi, sedikit saja sudah cukup untuk mengkhamiri seluruh adonan.
Kemunafikan bekerja diam-diam, terselubung oleh dusta yang satu lalu disusul dengan dusta yang lainnya lagi.
Bagaimana kita bisa mengetahui apakah seseorang itu munafik atau tidak?
Iya, cocokkan antara perbuatan dan perkataannya.
Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi yang takkan diketahui.
Lalu bagaimana menghadapi orang yang munafik?
Yang pertama, cegah jangan sampai tertular.
Selanjutnya, jika ia adalah saudara atau sahabat kita, tegurlah secara empat mata.
Untuk hal ini, mungkinkah kita menegur seorang munafik padahal kita sendiri tak kurang munafiknya?
___________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Gerardus dari Mayella
Gerardus lahir di Muro Lucano, Napoli Selatan, Italia pada bulan April 1726. Beliau dikenal sebagai seorang bruder awam dalam Tarekat Redemptoris yang didirikan oleh Santo Alfonsus Liguori. Ia membuat banyak mujizat dan tanda heran baik selagi masih hidup maupun sesudah kematiannya.
Semua karunia adikoderati itu sesungguhnya sudah dialami Gerardus sejak masa kecilnya. Sewaktu kecil Gerardus biasa suka bermain dengan kawan-kawannya. Hal ini merupakan pengalaman umum anakanak. Apabila kawan-kawannya tidak mau bermain dengannya, ia biasa masuk ke kapela untuk sekedar melihat-lihat patung Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus yang ada di sana. Konon pada suatu hari, Kanak-kanak Yesus turun dari gendongan Maria dan bermain-main dengan Gerardus. Pengalaman ini menumbuhkan dalam hatinya cinta dan kerinduan besar pada Yesus. Karena cinta dan kerinduan itu, ia ingin sekali cepat menyambut Tubuh Yesus. Konon pada umur 7 tahun Malaekat Agung Mikhael memberinya Komuni Kudus secara ajaib, meskipun aturan Gereja pada masa itu belum mengizinkan dia menerima Komuni Kudus.
Ketika berusia 12 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia terpaksa berhenti sekolah karena harus menggantikan ayahnya mencari nafkah bagi ibu dan adik-adiknya. Ia menjadi pelayan seorang tukang jahit. Sambil melayani majikannya, ia juga belajar menjahit pakaian. Ia memperoleh manfaat ganda dari pekerjaannya itu, yaitu dapat menghidupi ibu dan adik-adiknya dan mahir/trampil menjahit pakaian. Setelah itu, ia berhenti bekerja pada majikan itu dan menjadi pelayan di istana Uskup Lacedonia. Di sini ia semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya karena mempunyai banyak waktu yang tenang untuk berdoa. Pada suatu hari, kunci rumah yang ada di saku bajunya jatuh ke dalam sumur ketika ia sedang menimba air. Pelayan yang lain berdiri mengelilingi sumur itu sambil memarahi dia. Tetapi dia sendiri tidak hilang akal. Ia segera berlari ke dalam kapela dan mengambil patung anak Yesus. Patung itu diikatkannya pada timba lalu diturunkannya ke dalam sumur. Sungguh mengherankan bahwa ketika ditariknya kembali timba itu, kunci itu melekat erat pada tangan Yesus. Yesus memberi kembali kunci itu kepadanya. Kawan-kawannya terheran-heran karena tanda heran itu. Bagi Gerardus sendiri, pengalaman ini semakin menebalkan imannya dan mendorongnya lebih kuat untuk menjalani hidup bakti kepada Tuhan di dalam biara. Sepeninggal Uskup Lacedonia, Gerardus kembali ke kampung halamannya dan mendirikan usaha jahit-menjahit bagi penghidupan keluarganya.
Di Muro Lucano, usahanya berkembang baik. Dengan pendapatannya ia lebih banyak membantu ibu dan adik-adiknya, orang-orang miskin bahkan juga Gereja. Sementara itu, cita-citanya menjadi biarawan terus rnengusik batinnya. Ia lalu mengajukan permohonan kepada pimpinan tarekat Redemptoris tetapi ditolak karena kesehatannya kurang baik. Namun karena niatnya yang benar-benar tulus dan murni, akhirnya pada tahun 1749, ia diterima juga dalam tarekat itu di Deliceto. Santo Alfonsus Liguori, pendiri tarekat Redemptoris, benar-benar kagum pada Gerardus karena saleh dan rajin dalam tugas-tugasnya. Oleh karena itu, Alfonsus memperpendek masa novisiatnya tidak sebagaimana biasanya menurut aturan yang ada. Pada tahun 1752 ia mengucapkan kaulnya sebagai bruder awam dalam tarekat Redemptoris.
Di dalam biara, Geradus ditugaskan menjadi penjaga pintu, koster, perawat rekan-rekannya yang sakit dan menjahit pakaian bagi semua penghuni biara. Tiga tahun berikutnya, ia mulai terkenal luas karena berbagai tanda heran yang dilakukannya. Ia pandai meramal, dapat berada sekaligus di dua tempat pada saat yang sama (bilokasi), membaca pikiran dan hati nurani seseorang, dan dapat berkomunikasi dengan binatang-binatang. Pernah dalam suatu keadaan ekstase, ia terbang sejauh setengah mil jauhnya.
Karena semua karunia adikoderati itu, Gerardus ditunjuk menjadi pembimbing rohani untuk beberapa biara dan diangkat sebagai penasehat rohani bagi rohaniwan lainnya. Ia bekerja di biara Napoli dan Caposele dan sering mendampingi para misionaris dalam perjalananperjalanan misioner mereka ke berbagai tempat. Ia sendiri mengadakan beberapa kali penyembuhan orang sakit secara ajaib. Hari dan jam kematiannya diketahui pasti jauh sebelum terjadi. Gerardus meninggal dunia pada tanggal 15 Oktober 1755 di biara Caposele, Italia. Pada tanggal 29 Januari 1893 ia dinyatakan sebagai ‘beato’ oleh Sri Paus Leo XIII (1878-1903) dan dinyatakan ‘santo’ oleh Paus Pius X (1903-1914) pada tanggal 11 Desember 1904.
___________________________________________________
Santa Hedwiq, Janda
Puteri keturunan bangsawan Hungaria dan tante dari Santa Elisabeth Hungaria ini lahir pada tahun 1174. Ketika berusia 12 tahun ia kawin dengan Hendrikus, seorang Pangeran Polandia. Tuhan mengaruniakan kepada mereka 7 orang anak. Setelah suaminya gugur dalam peperangan melawan tentara Dschengis Khan, ia masuk biara Sustersuster Benediktin. Dengan harta kekayaannya ia banyak membantu orang-orang miskin dan penderita kusta, mendirikan biara serta meningkatkan taraf pendidikan dan kebudayaan warga penduduk Silesia (Jerman Timur/Polandia). Ia meninggal dunia pada tahun 1243.
___________________________________________________
Santa Margaretha Maria Alacoque, Perawan
Margaretha Maria Alacoque lahir pada tanggal 22 Juli 1647 di kota Janots Burgundia, Lhautecour, Prancis. Nama ‘Maria’ yang dikenakannya adalah nama Krismanya. Ayahnya, Alacoque, adalah seorang notaris. Ibunya bernama Filibertha Lamyn. Pasangan saleh ini dikaruniai tujuh orang anak, yang hampir semuanya mati dalam usia muda. Hanya Margaretha yang hidup agak lebih lama.
Margaretha berwatak tenang, manis dan saleh. Ia lebih suka akan kesunyian daripada bermain-main dan berhura-hura. Oleh karena itu ia sangat dikasihi bahkan dimanjakan oleh ibu-bapaknya. Tetapi Tuhan rupanya mempunyai suatu rencana khusus atas dirinya. Untuk memperkuat mental dan imannya dalam rangka rencana rahasia itu, Tuhan mencobai dia dengan berbagai peristiwa yang menekan batin. Ayahnya meninggal dunia, dan ibunya jatuh sakit berat. Dalam situasi demikian, nenek dan bibinya sendiri tidak bersikap ramah padanya. Namun semua perlakuan itu tidak diperdulikannya karena ia tidak mau menyakiti hati ibunya yang sedang sakit itu. Sementara itu kesukaannya dalam kesunyian semakin membawa dia ke dalam kebiasaan untuk berdoa lebih kusuk lagi. Besar cinta bakti dan hormatnya kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang hadir di dalam Sakramen Mahakudus. Untuk memperkuat kehidupan rohaninya ia menjalankan matiraga yang keras dan tanpa memahami benar-benar apa artinya sebuah kaul, ia selagi masih muda telah menjanjikan kemurniannya sepanjang hidup kepada Allah.
Ketika masih kecil, ia dididik oleh Suster-suster Klaris di Charolles, Prancis. Dari usia 11-15 tahun, ia menderita sakit reumatik yang hebat sehingga terpaksa harus terus berbaring di atas tempat tidur. Semua peristiwa yang menimpa dirinya boleh dikatakan merupakan penyelenggaraan ilahi atas dirinya, karena sesudah sembuh dari sakit itu, ia mengalami penampakan-penampakan Tuhan Yesus.
Dalam penampakan-penampakan itu, Yesus biasanya tampak dalam keadaan bermahkota duri atau disalibkan. Pengalamannya akan penampakan-penampakan itu seolah terus mendesak dia untuk memasuki cara hidup membiara demi bakti yang menyeluruh kepada Allah. Oleh karena itu, pada tahun 1671 ia masuk biara Visitasi di Paray le Monial. Di sini Tuhan menampakan diri kepadanya dan menyampaikan wahyu tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus. Pada bulan Desember 1673, ia mendapat wahyu pertama berkenaan dengan penghormatan kepada Hati Kudus Yesus. Mulai saat itu hatinya sendiri dipenuhi cinta ilahi Yesus. Selama 18 bulan Yesus terus-menerus menampakan diri kepadanya untuk menjelaskan apa yang telah dikatakanNya pada wahyu pertama.
Inilah isi ringkas pesan Tuhan itu: “Orang harus menghormati HatiNya yang Mahakudus. Bentuk Hati Yesus itu – sebagaimana tergambar jelas dalam penampakan yang dialami Suster Margaretha Maria – ialah sebuah hati manusia yang bermahkota duri, tergores luka, dengan api dan cahaya kemilau. Yesus mengatakan bahwa kendatipun Ia sungguh-sungguh mencintai manusia, tetapi manusia membalas cintaNya dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Secara khusus Ia mengingatkan umat akan bahaya ajaran sesat Yanssenisme yang telah berkembang luas di seluruh Prancis. Adalah tugas Margaretha untuk mengimbangi semua kelemahan dan kekurangan umat manusia. Margaretha harus seringkali menerima Komuni Kudus, teristimewa pada hari Jumat Pertama setiap bulan selama sembilan bulan berturut-turut. Selain itu, ia harus berjaga di hadapan Sakramen Mahakudus pada setiap malam Jumat sebagai kenangan akan penderitaanNya dan pengkhianatan atas diriNya di Taman Getzemani pada hari Kamis Putih. Pada Oktaf Hari Raya, Tubuh Kristus tahun 1675, Tuhan sekali lagi menampakan diri kepada Margaretha untuk memberikan kepadanya Wahyu Hati Kudus yang terakhir dan yang terpenting: “Ingatlah akan HatiKu yang begitu mencintai manusia hingga habis-habisan, bahkan menjadi lelah dan habis terbakar oleh cinta itu. Sebagai pengganti terimakasih, Aku menerima dari banyak orang hanya sikap acuh tak acuh, ketidaksopanan dan dosa sakrilegi, sikap dingin dan caci maki.”
Meskipun Margaretha memberi kesaksian tentang penampakan-penampatan Tuhan padanya, rajin dan tabah dalam menghormati Hati Kudus Yesus, namun devosi khusus terhadap Hati Kudus – sebagaimana diminta langsung oleh Yesus – tidak ditanggapi serius dan tidak diakui oleh Gereja dalam kurun waktu yang cukup lama sesudah kematian Margaretha. Ia sendiri mendapat perlakuan yang kurang simpatik dari rekan-rekan susternya, karena mereka menganggap semua penampakan yang diceritakannya sebagai berita bohong belaka. Untunglah bahwa tidak semua rohaniwan bersikap demikian.
Dalam penyelenggaraan ilahiNya, Tuhan mengirim Pastor Claude de la Colombiera SY menjadi Bapa Pengakuan untuk Suster-suster Visitasi di biara Paray-le-Monial. Dia-lah orang pertama yang menaruh perhatian besar kepada cerita-cerita Suster Margaretha tentang penampakan-penampakan Tuhan serta pesan-pesanNya itu. Beliau menunjukkan sikap simpatik dan memberi dukungan besar kepada Margaretha. Sepeninggal Suster Margaretha, pastor Claude, melalui tulisan-tulisannya dan kotbah-kotbahnya di Inggris dan Prancis, menyebarluaskan berita penampakan-penampakan Tuhan yang dialami Suster Margaretha. Seluruh umat tertarik pada peristiwa itu. Dan sejak itu mulai digalakkan devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Jam Suci di hadapan Sakramen Mahakudus sebagaimana dipesankan Tuhan kepada Margaretha. Tak lama kemudian pada tahun 1765. Pesta Hati Kudus Yesus direstui oleh Sri Paus, dan Margaretha menjadi teladannya. Margaretha Maria Alacoque meninggal dunia di biara Paray-le-Monial pada tanggal 17 Oktober 1690. la dinyatakan ‘santa’ pada tahun 1920.
___________________________________________________
Santo Gallus, Pengaku Iman
Di antara 12 rahib terkenal dari Irlandia yang berkarya di Eropa sebagai misionaris pengikut Santo Kolumbanus, Gallus diakui sebagai rasul pertama dan utama negeri Swiss. Ia mendirikan sebuah biara pertapaan yang kemudian menjadi terkenal karena menaruh perhatian khusus pada studi ilmu-ilmu klasik. Gallus lahir di Irlandia kira-kira pada tahun 550, dan meninggal dunia pada tahun 635 di Sint. Gall, sebuah kota di Swiss yang dinamai dengan namanya.
Setelah dididik bersama dengan Santo Kolumbanus di biara Bangor, Irlandia, Gallus membantu Kolumbanus untuk membangun biara-biara di Annegray dan Luxeuil, Prancis. Ia dengan setia menemani Kolumbanus dan rahib-rahib lainnya ketika mereka diusir dari Luxeuil oleh Raja Burgundy; bersama mereka pun Gallus selamat dari kecelakaan kapal yang mereka tumpangi dan mendarat di Swiss. Pada tahun 1612 Gallus berpisah dengan rekan-rekannya karena Kolumbanus memutuskan untuk pergi ke arah selatan yaitu ke Italia. Gallus tidak turut bersama mereka ke Italia karena ia jatuh sakit pada hari keberangkatan mereka. Gallus kemudian memutuskan untuk tinggal menetap di daerah sekitar Danau Konstance sebagai seorang pertapa. Di daerah ini ia mendirikan sebuah biara pertapaan. Pertapaan ini berkembang menjadi sebuah perkampungan monastik dengan gubuk-gubuk untuk para rahib yang menjadi muridnya. Sekarang daerah ini sudah menjadi satu kota di Swiss yang dikenal dengan nama kota Sint Gall.
Gallus senantiasa menjalin hubungan dengan rekan-rekannya yang tinggal di biara Bangor, Irlandia, dan juga dengan para rahib yang tinggal di biara-biara yang dibangunnya bersama Kolumbanus. Kepada rekan-rekannya ia mengatakan bahwa kematian Kolumbanus telah diketahuinya melalui suatu penglihatan ajaib yang dialaminya. Rekan-rekan Gallus di biara Luxeuil ingin mengangkat dia menjadi pemimpin mereka, namun Gallus dengan tegas menolak karena Luxeuil sudah menjadi komunitas yang tidak memperhatikan lagi nilai kesederhanaan dan kemiskinan hidup menurut semangat Injil. Baginya Luxeuil tidak lagi menarik perhatiannya. Ia lebih suka dengan kesederhanaan dan kemiskinan. Dengan alasan yang sama ia juga menolak ketika ia diminta menjadi Uskup.
Hampir semua cerita tentang Gallus mengisahkan tentang danau dan jala ikan, perahu dan alat-alat perlengkapan lainnya. Oleh karena itu orang beranggapan bahwa Gallus adalah seorang nelayan yang memanfaatkan keahliannya menangkap ikan untuk memperoleh nafkah bagi kehidupan murid-muridnya. Tahun-tahun terakhir hidupnya dimanfaatkannya untuk berdoa, meditasi dan menangkap ikan.
Cendera mata populer yang diberikan kepada para wisatawan yang berkunjung ke kota Sint Gallus ialah ukiran seekor beruang dari kayu. Ukiran beruang ini mengisahkan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh Santo Gallus, bahwa ia pernah menjinakkan seekor beruang sewaktu ia memulai pembangunan biara pertapaannya di pesisir Sungai Steinnach. Konon, setelah Gallus menyelidiki pesisir sungai itu, ia bersama pembantunya mendirikan sebuah pondok di situ; pada malam pertama tiba-tiba seekor beruang menyelinap masuk karena melihat cahaya api unggun di dalam pondok itu. Pembantunya gemetar ketakutan dan berteriak minta tolong pada Gallus yang sedang berdoa. Dengan tenang Gallus menghadap beruang itu, membelai-belai punggungnya lalu menyuruhnya menaruh kayu bakar ke dalam api unggun itu. Beruang itu taat pada perintah Gallus,
Sepeninggal Gallus pada tahun 635, biara pertapaannya berkembang pesat. Perpustakaannya tergolong sangat baik di seluruh Eropa pada Abad Pertengahan; sekolahnya terkenal karena studi ilmu-ilmu klasik, musik, dan kesenian.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info