Hari Senin Dalam Oktaf Paskah Senin, 13 April 2020 |PF S. Martinus I, Paus dan Martir
Liturgia Verbi (A-II)
Hari Senin Dalam Oktaf Paskah
Senin, 13 April 2020
PF S. Martinus I, Paus dan Martir
Bacaan Pertama
Kis 2:14.22-32
“Yesus inilah yang dibangkitkan Allah,
dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.”
Pembacaan dari Kisah Para Rasul:
Pada hari Pentakosta,
bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul.
Dengan suara nyaring ia berkata kepada orang banyak, ”
Hai kamu orang Yahudi
dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem,
ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini:
Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret,
seorang yang telah ditentukan Allah
dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan,
mujizat dan tanda-tanda
yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia
di tengah-tengah kamu,
seperti yang kamu tahu.
Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya,
telah kamu salibkan dan kamu bunuh
dengan tangan bangsa-bangsa durhaka.
Tetapi Allah membangkitkan Dia
dengan melepaskan-Nya dari sengsara maut,
karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
Sebab Daud berkata tentang Dia:
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan.
Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak,
bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram.
Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang
kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita.
Ia telah mati dan dikubur,
dan kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini.
Tetapi ia adalah seorang nabi,
dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya
dengan mengangkat sumpah,
bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri
di atas takhtanya.
Karena itu Daud telah melihat ke depan
dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias,
ketika ia mengatakan,
bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati,
dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.
Yesus inilah yang dibangkitkan Allah,
dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11,R:1
Refren: Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.
*Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.
Aku berkata kepada Tuhan, “Engkaulah Tuhanku,
Engkaulah bagian warisanku dan pialaku,
Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian
yang diundikan kepadaku.”
*Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku,
pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku.
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan;
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
*Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak,
dan tubuhku akan diam dengan tenteram;
sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
*Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.
Bait Pengantar Injil
Mzm 118:24
Inilah hari yang dijadikan Tuhan,
marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya.
Bacaan Injil
Mat 28:8-15
“Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea,
dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Pada waktu itu
perempuan-perempuan pergi dari kubur,
diliputi rasa takut dan sukacita yang besar.
Mereka berlari cepat-cepat
untuk memberitahukan kepada para murid
bahwa Yesus telah bangkit.
Tiba-tiba Yesus menjumpai mereka dan berkata,
“Salam bagimu.”
Mereka mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
Maka kata Yesus kepada mereka, “Jangan takut!
Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku,
supaya mereka pergi ke Galilea,
dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Ketika mereka masih di tengah jalan,
datanglah beberapa orang dari penjaga makam Yesus ke kota
dan memberitahukan segala yang terjadi itu
kepada imam-imam kepala.
Dan sesudah berunding dengan tua-tua,
mereka mengambil keputusan,
lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu
dan berkata,
“Kamu harus mengatakan,
bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam
dan mencuri jenazah-Nya ketika kamu sedang tidur.
Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri,
kami akan berbicara dengan dia,
sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.”
Mereka menerima uang itu
dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka.
Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi
sampai sekarang ini.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Trihari Suci Paskah baru saja kita lalui, apakah ini artinya Paskah sudah berlalu? Jelas tidak.
Inilah pesan yang disampaikan oleh Yesus, “Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea,
dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Pesan penting yang pertama: “Jangan takut!”
Pesan ini disampaikan karena waktu itu para murid dan pengikut Yesus lainnya sangatlah ketakutan, takut ditangkap dan disalibkan seperti Yesus, maka mereka pun bersembunyi.
Sama, kita juga, saat ini kita juga ketakutan, wabah virus Corona yang semakin mengancam telah membuat kita ketakutan.
Maka pentinglah untuk memperhatikan pesan Yesus ini, “Jangan takut!”
Pesan yang kedua, yang juga penting untuk kita perhatikan, “Pergilah ke Galilea, sebab di sanalah kamu akan melihat Aku.”
Saat ini kita masih berada di Yerusalem, di daerah Yudea.
Maka marilah kita mengarahkan pandangan ke Galilea, dan mulai melangkah ke sana, sebab di sanalah Tuhan kita Yesus Kristus telah menanti kita.
Dan di sana pulalah kita akan menerima pencurahan Roh Kudus, berupa tenaga berkekuatan besar untuk memuliakan Tuhan, berbelas-kasih kepada sesama, untuk melawan dosa dan mengatasi berbagai penderitaan hidup kita.
Mari kita menuju ke Pentakosta.
Jalan menuju Galilea bukanlah seperti jalan tol yang mulus dan bebas hambatan.
Kita mesti melintasi daerah Samaria untuk sampai ke Galilea, dan kita juga belum tahu kota yang akan kita tuju, apakah Kapernaum, Betsaida, Nazaret atau kota lain di Galilea, karena Yesus tidak menyebutkannya secara spesifik.
Ada banyak rintangan yang mesti kita atasi agar bisa sampai di Galilea, bisa berupa berupa penyesatan, hoaxs atau pun kesusahan hidup lainnya, yang semuanya itu dapat menyebabkan kita tersesat, tidak lagi menuju Galilea.
Namun “Jangan takut!”, sekarang kita telah memiliki “peta petunjuk jalan”, yakni Kitab Suci, yang di dalam berisikan Injil Tuhan, yang merupakan petunjuk jalan yang valid, dan jika kita menurutinya maka tidaklah mungkin akan tersesat.
Maka dari itu, ikuti sajalah arahan yang telah ditulis di dalam Injil.
Cukup dengan bekal yang telah Yesus berikan: menyangkal diri dan memikul salib, maka kita pasti sampai di sana dan berjumpa dengan Yesus Kristus.
Maka, tunggu apa lagi?
Mari berangkat sekarang, Kristus telah menanti kita di sana!
Peringatan Orang Kudus
Santo Martinus I, Paus dan Martir
Martinus terpilih menjadi Paus pada tahun 649. Ia memimpin Gereja selama 7 tahun. Pada awal masa pontifikatnya, situasi Gereja umumnya aman. Perhatiannya bagi kepentingan Gereja dan umat sangat besar. Ia berusaha memimpin Gereja dengan sikap seorang gembala. Tiga pokok perhatiannya yang utama ialah doa, membantu para miskin dan mengajar. Perhatiannya terhadap nasib kaum miskin sangat besar sehingga ia sendiri pun hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Keamanan Gereja terganggu dengan naiknya Konstantin II ke atas takhta sekaligus menyatakan diri sebagai Kepala Gereja Kristus. Selain itu ia pun menyebarkan ajaran palsu monotelitisme, bahwa Kristus hanya mempunyai satu kehendak. Hal ini menimbulkan pertentangan antara Martinus dan Konstantin II, karena Martinus dengan tegas menolak ajaran itu. Penolakan Martinus itu menimbulkan amarah besar di pihak kaisar, bahkan melahirkan rencana pembunuhan atas dirinya. Para serdadu berusaha membunuh Martinus, tetapi gagal.
Sebagai gantinya, Martinus yang sudah tua dan sakit-sakitan itu ditangkap dan diusung ke sebuah kapal yang hendak berangkat ke Konstantinopel. Setelah sebulan berlayar, sampailah kapal itu di pulau Naksos. Di pulau ini, Martinus ditawan selama lebih dari satu tahun dengan penderitaan yang mengerikan. Setelah itu ia dibawa menghadap kaisar. Ia dihadapkan kepada senat kekaisaran dan dihukum mati dengan berbagai tuduhan palsu. Pakaian pontifikatnya ditanggalkan dan ia dihantar mengelilingi kota seperti seorang penjahat. Hukuman mati ditangguhkan dan diganti dengan pembuangan ke sebuah tempat sunyi hingga kematiannya pada tahun 655 sesudah empat bulan menderita sakit dan kelaparan.
Santa Margaretha dari Metola, Pengaku Iman
Margaretha lahir di Metola, dekat Florence, Italia pada tahun 1287. Kondisi tubuhnya menyedihkan karena ia pendek, bungkuk, pincang dan buta. Meski demikian, ia dengan senang hati menerima kondisinya itu. Ia dikenal orang sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus yang saleh dan yang menaruh perhatian besar pada orang-orang sakit dan para tahanan di penjara.
Orangtuanya yang kaya raya dan bangsawan itu merasa sungguh sedih bahkan merasa malu karena kelainan tubuh anaknya. Karena itu, ketika Margaretha berumur enam tahun, mereka mengurungnya dalam sebuah sel kecil di pegunungan Apennin selama 10 tahun. Dari sana mereka membawanya ke Citta-di-Castello, dengan harapan bahwa ia dapat pulih dari keadaannya atas cara yang ajaib di sebuah tempat sakral di kota itu. Tetapi karena tidak terjadi suatu apa pun atas diri Margaretha seperti yang diharapkan, mereka meninggalkan dia sendirian di sana, lalu pulang ke rumah.
Di kota itu Margaretha diangkat sebagai saudara oleh para pengemis di kota itu. Kepadanya ditunjukkan tempat-tempat strategis untuk mengemis, sekaligus sebuah tempat di mana ia dapat tidur dengan tenang. Dalam menjalani hidup dengan cara mengemis dan menggelandang, Margaretha senantiasa menampilkan diri sebagai seorang yang periang dan tidak pernah mengeluh. Ia bahkan meneguhkan rekan-rekannya agar tabah dalam menanggung segala penderitaan yang menimpa diri mereka. Ia sendiri merasa prihatin dan bingung kalau orang berbelaskasihan terhadap dirinya dan mencemasi hidupnya. Lama-kelamaan, orang-orang sekitar yang mengenalnya pun rekan-rekannya, mulai menyadari bahwa Margaretha adalah seorang wanita pengemis yang luhur kepribadiannya, saleh hidupnya dan tulus hatinya. Kagum atas kepribadiannya, maka orang-orang yang berpengaruh di kota itu membujuk para biarawati di sebuah biara di kota itu, agar menerima Margaretha sebagai seorang postulan. Usaha ini berhasil. Margaretha diterima dalam biara suster-suster itu. la sendiri senang sekali dengan penerimaan itu. Tetapi kegembiraannya karena menjadi anggota komunitas religius ini tidak bertahan lama. Setelah beberapa lama tinggal dalam biara itu, ia mulai prihatin atas cara hidup biarawati-biarawati itu. Mereka terlalu bersemangat duniawi. Karena sikapnya ini, ia kemudian dikeluarkan dari biara itu, meskipun pada mulanya ia disambut dengan baik.
Setelah keluar dari biara itu, Margaretha diterima sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus. Dalam ordo itu, Margaretha adalah satu-satunya wanita muda yang diterima selagi dalam status belum menikah. Ini sesuatu yang sangat istimewa, karena pada masa itu semua orang yang menjadi anggota ordo ketiga itu sudah menikah.
Dalam ordo ini, Margaretha berkembang pesat dalam kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. la dikenal sebagai seorang anggota yang taat, saleh dan rajin berdoa. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang sakit dan narapidana di penjara. Dia berdoa untuk mereka, mengobati mereka dan memberi makanan kepada mereka. Dalam tugasnya ini, ia berhasil mentobatkan banyak narapidana dan menyembuhkan banyak orang sakit.
Kehidupan rohaninya dikembangkan dengan melakukan devosi khusus kepada Sakramen Mahakudus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Akhirnya pada usia 33 tahun, pada tanggal 13 April 1320, ia meninggal dunia dan dikuburkan di Gereja Santo Dominikus di Cittadi-Castello.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/