Hari Biasa, Pekan Biasa XXII Jumat, 3 September 2021
Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXII
Jumat, 3 September 2021
PW S. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Bacaan Pertama
Kol 1:15-20
“Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia.”
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:
Saudara-saudara, Allah yang tidak kelihatan.
Kristuslah gambar-Nya.
Dialah yang pertama dari segala ciptaan.
Sebab dalam Kristuslah telah diciptakan segala sesuatu,
yang di surga maupun di bumi,
baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan,
baik singgasana maupun kerajaan,
baik pemerintah maupun penguasa.
Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia.
Dia ada mendahului segala sesuatu
dan segala sesuatu ada dalam Dia.
Kristuslah kepala tubuh, yaitu jemaat.
Dialah yang sulung,
yang pertama bangkit dari antara orang mati,
sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dalam Kristus,
dan dengan perantaraan Kristus
Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.
Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga,
segalanya didamaikan oleh darah Kristus yang tersalib.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2-5,R:2c
Refren: Datanglah ke hadapan Tuhan dengan sorak sorai.
*Beribadatlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Bait Pengantar Injil
Yoh 8:12
Aku ini cahaya dunia, sabda Tuhan.
Yang mengikuti Aku, hidup dalam cahaya.
Bacaan Injil
Luk 5:33-39
“Apabila mempelai diambil,
barulah sahabat-sahabat mempelai akan berpuasa.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkata kepada Yesus,
“Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang.
Demikian pula murid-murid orang Farisi.
Tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”
Yesus menjawab, “Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa,
selagi mempelai itu bersama mereka?
Tetapi akan datang waktunya mempelai diambil dari mereka;
pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Yesus mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka,
“Tiada seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru
untuk menambalkannya pada baju yang tua.
Sebab jika demikian, yang baru itu pun akan koyak.
Apalagi kain penambal yang dikoyakkan dari baju baru
tidak akan cocok pada baju yang tua.
Demikian juga tiada seorang pun mengisikan anggur baru
ke dalam kantong kulit yang tua.
Sebab jika demikian,
anggur baru itu akan mengoyakkan kantong tua itu,
lalu anggur akan terbuang dan kantong itu pun hancur.
Tetapi anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
Dan tiada seorang pun
yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru,
sebab ia akan berkata, ‘Anggur yang tua itu baik’.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Mari kita jeda se jenak, melalui renungan ringan tentang berpuasa.
Seseorang bertanya kepada saya, “Pak, apakah saya mesti berpuasa menjelang Natal, seperti saat menjelang Paskah?”
Ada pula yang berkata demikian, “Pak, saya ini vegiterian, saya berpantang setiap hari, bukan setiap hari Jumat menjelang Paskah saja.”
Seorang ibu berkata hal lain lagi, “Pak Sandy, kami se keluarga hanya memasak daging se minggu se kali saja, kami tak mampu membeli daging setiap hari. Kami hanya satu kali makan kenyang, itu pun belum tentu setiap hari.”
Ada yang lebih “nyeleneh” lagi, “Pak, kalau saya tidak berpuasa saat menjelang Paskah seperti yang dianjurkan Gereja, apakah saya berdosa?”
Nah lho, berpuasa dikait-kaitkan dengan dosa.
Hari ini, melalui Bacaan Injil, Yesus memberi tanggapan perihal berpuasa.
Kalau boleh saya simpulkan tanggapan Yesus ini: berpuasa itu kebutuhan, bukan kewajiban.
Yesus tidak menentang puasa, melainkan berbicara soal perbedaan jaman, dimana ketentuan berpuasa seperti yang diatur dalam hukum Taurat, sudah tidak lagi cocok untuk diterapkan, terlebih lagi aturan-aturan yang buatan manusia, bukan perintah Allah.
Yesus mengibaratkannya seperti baju tua atau kantong kulit tua.
Siapa bilang Yesus tidak berpuasa?
Malah Yesus berpuasa secara ekstrim, yang tak mungkin dilakukan oleh manusia.
Coba baca deh Injil Matius 4:1-11.
Yesus berpuasa selama 40 hari dan 40 malam, puasa total.
Waktu itu Yesus malah mengutip ayat dari kitab suci, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Ketika para murid Yesus gagal menyembuhkan orang yang kerasukan setan, Yesus berkata, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.”
Berpuasa memang ibarat bayangan cermin dari berdoa.
Jika berdoa dibarengi dengan berpuasa, maka doanya akan “mantul” (mantap betul).
Jadi jelas, berpuasa adalah kebutuhan, bukan kewajiban.
Yang dipersoalkan oleh Yesus adalah tujuan berpuasa dan bagaimana puasa mesti dilakukan.
Yesus mengkritik pedas orang-orang yang berpuasa dengan cara pamer-pamer kalau ia sedang berpuasa.
Periksa lagi Injil Matius 6:16-18 perihal berpuasa, “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik.
Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa.”
Waduh, maunya renungan yang ringan, kok malah menjadi berat?
Tidak apa-apa, semoga perihal berpuasa ini dapat memberi pencerahan bagi kita.
Peringatan Orang Kudus
Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemiliana, dihormati pula oleh Gereja sebagai Orang Kudus. Ayahnya, Gordianus, tergolong orang kayaraya: memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Coelian, Roma. Selama masa kanak-kanaknya, Gregorius mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman atas kota Roma; mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tatabahasa, retorik dan dialektika.
Karena posisinya di antara keluarga-keluarga aristokrat (bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum kemasyarakatan, dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun ia menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu. Namun Tuhan menghendaki Gregorius berkarya di ladang anggurNya. Gregorius meletakkan semua jabatan politiknya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Ia menjual sebagian besar kekayaannya dan uang yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mendirikan biara-biara. Ada enam biara yang didirikannya di Sisilia dan satu di Roma. Di dalam biara-biara itu, ia menjalani kehidupannya sebagai seorang rahib. Namun ia tidak saja hidup di dalam biara untuk berdoa dan bersemadi; ia juga giat di luar: membantu orang-orang miskin dan tertindas, menjadi diakon di Roma, menjadi Duta Besar di istana Konstantinopel. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abbas di biara Santo Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar-pasar kota Roma.
Pada tahun 590, dia diangkat menjadi Paus. Dengan ini ia dapat dengan penuh wibawa melaksanakan cita-citanya membebaskan kaum miskin dan lemah, terutama budak-budak dari Inggris. Ia mengutus Santo Agustinus ke Inggris bersama 40 biarawan lain untuk mewartakan Injil di sana. Gregorius adalah Paus pertama yang secara resmi mengumumkan dirinya sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia. Ia memimpin Gereja selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang masyhur, negarawan dan administrator ulung pada awal Abad Pertengahan serta Bapa Gereja Latin yang terakhir. Karena tulisan-tulisannya yang berbobot, dia digelari sebagai Pujangga Gereja Latin. Meskipun begitu ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai ‘Abdi para abdi Allah’ (Servus servorum Dei). Julukan ini tetap dipakai hingga sekarang untuk jabatan Paus di Roma. Setelah memimpin Gereja Kristus selama 14 tahun, Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. Pestanya dirayakan juga pada tanggal 12 Maret. (Lihat riwayatnya pada tanggad 12 Maret).
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/