Hari Biasa, Pekan Biasa XVIII Rabu, 4 Agustus 2021
Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XVIII
Rabu, 4 Agustus 2021
PW S. Yohanes Maria Vianney, Imam
Bacaan Pertama
Bil 13:1-2a.25-14:1.26-29.34-35
“Israel mengolah tanah yang diidamkan.”
Pembacaan dari Kitab Bilangan:
Ketika bangsa Israel dalam perjalanannya sampai di gurun Paran,
bersabdalah Tuhan kepada Musa,
“Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan,
yang akan Kuberikan kepada orang Israel.
Dari setiap suku
hendaknya kauutus seorang dari antara pemimpin mereka.”
Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah para pengintai itu,
setelah menjelajahi seluruh negeri itu.
Mereka langsung menghadap Musa dan Harun
serta segenap umat Israel.
di Kadesh, di padang gurun Paran.
Mereka melapor kepada keduanya dan kepada segenap umat
dan memperlihatkan hasil negeri itu.
Mereka bercerita,
“Kami sudah masuk ke negeri Kanaan yang harus kami selidiki itu.
Memang benar negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya,
dan inilah hasilnya.
Hanya saja bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat
dan kota-kotanya berkubu serta sangat besar.
Juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.
Orang Amalek diam di Tanah Negeb,
orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan,
sedangkan orang Kanaan diam sepanjang laut
dan sepanjang sungai Yordan.”
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu
di hadapan Musa.
Ia berkata,
“Biar! Kita akan maju dan menduduki negeri itu,
sebab kita pasti akan mengalahkannya.”
Tetapi para pengintai lainnya membantah,
“Tidak! Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu,
karena mereka lebih kuat daripada kita.”
Mereka juga menyampaikan kepada orang Israel
kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka itu, katanya,
“Negeri yang telah kami lalui untuk diintai itu
memakan penduduknya,
dan semua orang yang kami lihat di sana tinggi perawakannya.
Kami lihat juga di sana raksasa-raksasa,
orang Enak, keturunan para raksasa,
sehingga kami sendiri merasa seperti belalang saja
di hadapan mereka,
dan mereka pun menganggap kami demikian.”
Lalu segenap umat itu berteriak-teriak dan menangis
semalam-malaman.
Maka bersabdalah Tuhan kepada Musa dan Harun,
“Masih berapa lama lagi
umat yang jahat ini akan bersungut-sungut terhadap-Ku?
Segala gerutu orang Israel telah Kudengar.
Katakanlah kepada mereka,
‘Demi Aku yang hidup,’ demikianlah sabda Tuhan,
‘Aku akan memperlakukan kalian sesuai dengan kata-katamu sendiri.
Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan berserakan,
yakni semua orang di antaramu yang sudah terdaftar,
semua tanpa kecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas,
karena kalian telah bersungut-sungut terhadap-Ku.
Sungguh, kalian tidak akan masuk ke negeri
yang dengan sumpah telah Kujanjikan akan Kuberikan kepadamu,
kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun!
Kalian telah mengintai negeri itu selama empat puluh hari.
Sesuai dengan jumlah itu, satu hari dihitung satu tahun,
jadi empat puluh tahun lamanya
kalian harus menanggung akibat kesalahanmu,
supaya kamu tahu bagaimana rasanya,
jika Aku berbalik daripadamu.
Aku, Tuhan, yang berkata demikian.
Sesungguhnya, Aku akan melakukan semuanya itu
kepada segenap umat yang jahat ini
yang telah bersepakat melawan Daku.
Di padang gurun ini mereka akan habis,
dan di sinilah mereka akan mati.”
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37
Pembacaan dari Kitab Imamat:
Tuhan bersabda kepada Musa,
“Inilah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan,
hari-hari pertemuan kudus yang harus kalian maklumkan
masing-masing pada waktunya yang tetap.
Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu,
pada waktu senja,
adalah Paskah bagi Tuhan.
Dan pada hari yang kelima belas bulan itu
adalah hari raya Roti Tidak Beragi.
Tujuh hari lamanya kalian harus makan roti yang tidak beragi.
Pada hari yang pertama kalian harus mengadakan pertemuan kudus.
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Kalian harus mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan tujuh hari lamanya.
Pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus,
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.”
Tuhan bersabda pula kepada Musa,
“Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka,
‘Apabila kalian sampai ke negeri
yang akan Kuberikan kepada kalian,
dan kalian menuai hasilnya,
maka kalian harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam.
Dan imam itu harus mengunjukkan berkas itu di hadapan Tuhan,
supaya Tuhan berkenan akan kalian.
Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat.
Kemudian kalian harus menghitung,
mulai dari hari sesudah sabat itu,
yaitu waktu kalian membawa berkas persembahan unjukan,
haruslah genap tujuh minggu.
Sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh
harus kalian hitung lima puluh hari.
Lalu kalian harus mempersembahkan kurban sajian yang baru kepada Tuhan.
Akan tetapi tanggal sepuluh bulan ketujuh adalah Hari Pendamaian.
Kalian harus mengadakan pertemuan kudus
dan harus merendahkan diri dengan berpuasa
dan mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan.
Hari yang kelima belas bulan ketujuh itu
adalah hari raya Pondok Daun bagi Tuhan,
tujuh hari lamanya.
Pada hari yang pertama harus ada pertemuan kudus.
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Tujuh hari lamanya
kalian harus mempersembahkan kurban api-apian
dan pada hari yang kedelapan
kalian harus mengadakan pertemuan kudus
dan mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan.
Itulah hari raya Perkumpulan.
Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Itulah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan,
yang harus kalian maklumkan sebagai hari pertemuan kudus
untuk mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan,
yaitu kurban bakaran dan kurban sajian,
kurban sembelihan dan kurban-kurban curahan,
setiap hari, sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 106:6-7a.13-14.21-22.23,R:4a
Refren: Ingatlah akan daku, ya Tuhan,
demi kemurahan-Mu terhadap umat.
*Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa,
kami telah bersalah, kami telah berbuat fasik.
Nenek moyang kami di Mesir
tidak memahami perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
*Tetapi segera mereka melupakan karya-karya-Nya,
dan tidak peduli akan nasihat-Nya;
Mereka dirangsang nafsu di padang gurun,
dan mencobai Allah di padang belantara.
*Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka,
yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir;
yang melakukan karya-karya ajaib di tanah Ham,
dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.
*Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka,
kalau Musa, orang pilihan-Nya,
tidak mengetengahi di hadapan-Nya,
untuk menyurutkan amarah-Nya,
sehingga Ia tidak memusnahkan mereka.
ATAU MAZMUR LAIN:
Mzm 81:3-4.5.6ab.10-11ab
Refren: Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.
*Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana,
petiklah kecapi yang merdu, diiringi gambus.
Tiuplah sangkakala pada bulan baru,
pada bulan purnama, pada hari raya kita.
*Sebab begitulah ditetapkan bagi Israel,
suatu hukum dari Allah Yaku;
hal itu ditetapkan-Nya sebagai peringatan bagi Yusuf,
waktu Ia maju melawan tanah Mesir.
*Janganlah ada di antaramu allah lain,
dan janganlah engkau menyembah allah asing.
Akulah Tuhan, Allahmu,
yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
Bait Pengantar Injil
Luk 7:16
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita,
dan Allah mengunjungi umat-Nya.
Bacaan Injil
Mat 15:21-28
“Hai Ibu, sungguh besar imanmu!”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Pada suatu hari Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
Maka datanglah seorang wanita Kanaan dari daerah itu dan berseru,
“Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud.
Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.”
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab.
Lalu para murid Yesus datang dan meminta kepada-Nya,
“Suruhlah wanita itu pergi,
sebab ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”
Jawab Yesus,
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Tetapi wanita itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata,
“Tuhan, tolonglah aku!”
Yesus menjawab,
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak
dan melemparkannya kepada anjing.”
Kata wanita itu lagi, “Benar Tuhan,
tetapi anjing-anjing pun makan remah-remah
yang jatuh dari meja tuannya.”
Bersabdalah Yesus kepadanya, “Hai ibu, besar imanmu!
Terjadilah bagimu seperti yang kaukehendaki.”
Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Demikianlah sabda Tuhan.
ATAU BACAAN LAIN:
Mat 13:54-58
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Pada suatu hari Yesus kembali ke tempat asal-Nya.
Di sana Ia mengajar orang di rumah ibadat mereka.
Orang-orang takjub dan berkata,
“Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu?
Bukankah Dia itu anak tukang kayu?
Bukankah ibu-Nya bernama Maria
dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Simon dan Yudas?
Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka,
“Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.”
Karea ketidak-percayaan mereka itu,
maka Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat di situ.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini merupakan hal pokok dalam renungan kita tentang persaudaraan. Mari kita tela’ah.
Seorang wanita Kanaan berseru-seru kepada Yesus, sambil berterian-teriak ia memohon agar Yesus menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan.
Wanita itu bukan orang Yahudi, bukan Israel, tetapi tentu dapat kita bayangkan seperti apa perasaannya karena anaknya sangat menderita.
Para murid tentu mengetahui kalau Yesus dapat menolong anaknya itu, mengusir setan.
Tetapi para murid itu tak tergerak untuk menolong, malah meminta agar Yesus mengusir wanita itu sebab wanita itu mengganggu dengan berteriak-teriak.
Ah, malu juga mengaku sebagai murid Yesus kalau tak memiliki perasaan belas-kasih.
Saya berharap Yesus menegor para murid yang tak mempunyai perasaan iba itu, ternyata tidak.
Yesus malah menolak menolong wanita itu oleh sebab wanita itu bukan orang Yahudi.
Yesus menolak dengan perkataan yang sangat pedas, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Kalau wanita itu adalah saya, dapat dipastikan saya akan balik badan, masak saya disamakan dengan anjing?
Hal semacam ini nampaknya cukup sering terjadi di dalam keluarga.
Ada anggota keluarga yang “berteriak-teriak” minta tolong tetapi anggota lainnya bergeming, hanya cuek dan tak mau menolong, malahan ada yang merasa terganggu oleh teriakannya.
Ada anggota keluarga yang memandang saudaranya sendiri seperti anjing dan memperlakukannya seperti kepada hewan.
Ada banyak sikap dan perlakuan yang tak senonoh terjadi di dalam keluarga.
Hal-hal ini akan mengikis persaudaraan, termasuk di dalam iman.
Akhirnya mereka tinggal se rumah tetapi tidak hidup bersama.
Seandainya hal seperti itu masih saja terjadi dalam keluarga kita, maka menjadi penting bagi kita untuk meneguhkan iman seperti wanita Kanaan itu.
Pertama-tama kita periksa iman kita sendiri dahulu, sebelum membantu saudara kita.
Ingatlah ajaran Yesus ini, “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” [Mat 7:5]
Setelah itu, perbuatlah sebagaimana yang dikehendaki oleh Yesus, menjadi percaya kepada Injil dan menjalankannya.
Sejahat-jahatnya saudara kita, ia tak akan sanggup menolak kebaikan kita.
Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Maria Vianney, Pengaku Iman
Mulanya ia dianggap remeh karena kelambanan dan kebodohannya. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia tidak diperkenankan uskup melayani sakramen pengakuan dosa karena dianggap tidak mampu memberi bimbingan rohani. Setelah beberapa lama, ia ditempatkan di paroki Ars, sebuah paroki yang terpencil, dan tak terurus. Di paroki ini Yohanes Maria Vianney mengabdikan dirinya dan menjadikan desa Ars sebuah tempat ziarah bagi umat dari segala penjuru.
Yohanes Maria Vianney lahir pada 8 Mei 1786 di desa Dardilly, Lyon – Prancis. Ayahnya, Mateus Vianney, seorang petani miskin. Ibunya seorang yang taat agama. Masyarakat setempat kagum dan suka pada mereka karena cara hidup mereka yang benar-benar mencerminkan kebiasaan hidup Kristiani. Semenjak kecil Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras dan doa yang tekun berkat teladan orangtuanya. Dibandingkan dengan kelima orang saudaranya, ia memang trampil dan rajin bekerja namun lamban dan bodoh. Ia baru bisa membaca pada usia 18 tahun. Meskipun begitu, ia bercita-cita menjadi imam.
Pada umur 20 tahun, ayahnya dengan berat hati mengizinkan dia masuk Seminari di desa tetangganya, Ecully. Hal itu bukan karena ayahnya tidak menginginkan dia menjadi imam tetapi semata-mata karena kelambanan dan kebodohannya.
Pendidikannya sempat tertunda karena kewajiban masuk militer yang berlaku di Prancis pada masa itu. Baru pada tahun 1812, ia melanjutkan lagi studinya. Ia mengalami kesulitan besar sepanjang masa studinya di Seminari. Hampir semua mata pelajaran, terutama bahasa Latin, sangat sulit dipahaminya. Namun ia tidak putus asa. Ia rajin berziarah ke Louveser untuk berdoa dengan perantaraan Santo Fransiskus Regis agar bisa terbantu dalam mempelajari semua bidang studi. Berkat doa-doanya, ia berangsur-angsur mengalami kemajuan hingga menamatkan pendidikan Seminari Menengah Verriores dan masuk Seminari Tinggi. Di jenjang Seminari Tinggi, ia harus berjuang keras lagi agar lolos dari kegagalan. Meskipun begitu ia terus menerus harus mengulangi setiap ujian. Pimpinan Seminari sangat meragukan dia, namun mereka pun tidak bisa mengeluarkan dia karena kehidupan rohaninya sangat baik. la, seorang calon imam yang saleh. Akhirnya Yohanes pun dianggap layak dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1815.
Setelah menjadi imam, ia belum diperkenankan melayani sakramen pengakuan dosa karena dianggap tidak mampu memberikan bimbingan rohani kepada umat. Kecuali itu, ia dinilai tidak bisa menjadi pastor di paroki-paroki kota. Oleh karena itu ia ditempatkan di paroki Ars. Ars adalah sebuah desa terpencil dan terbelakang di Prancis. Paroki ini dianggap cocok bagi dia karena tingkat pendidikan umatnya tidak seberapa.
Pada 8 Februari 1818, Yohanes memulai karyanya di paroki Ars. Di satu pihak ia sungguh menyadari bahwa kemampuannya tidak seberapa bila dibandingkan dengan beratnya tugas menggembalakan umat Allah; tetapi di pihak lain ia pun sadar bahwa dirinya bukanlah pelaku utama karya penggembalaan umat melainkan Allah melalui Roh KudusNya-lah pelaku utama karya besar itu. Kesadaran itu mendorong dia untuk senantiasa mempersembahkan karyanya kepada Tuhan. Tahap demi tahap ia membenahi parokinya dengan coba membangkitkan semangat iman umat. Semangat kerja kerasnya semenjak kecil mendorongnya untuk berkotbah dan mengajar umat tanpa mengenal lelah.
Yohanes yang dahulu dianggap remeh dan dipandang dengan sebelah mata oleh banyak imam, kini dikagumi dan disanjung. Desa Ars yang dahulu sepi, sekarang menjadi tempat ziarah terkenal bagi umat dari segala penjuru Prancis. Dari mana-mana umat datang ke Ars untuk merayakan Ekaristi dan mendengarkan kotbah pastor desa yang saleh itu. Kotbah-kotbahnya tajam, keras dan mengena sehingga menggetarkan hati umat terutama para pendosa. Namun di kamar pengakuan, ia ramah dan dengan hati yang ikhlas memberi bimbingan rohani kepada umatnya. Oleh rahmat Allah yang diperkuat dengan keluhuran budi dan kesalehan hidupnya, Yohanes mampu menghantar kembali umat kepada pertobatan dan penghayatan iman yang benar.
Pastor Ars yang saleh ini dikaruniai karisma mengetahui berbagai hal sebelum terjadi. Karisma itu dapat dilihat dalam pengalaman Nyonya Pauze dari St. Etienne. Pauze datang mengaku dosanya di gereja paroki. Pastor yang melayaninya sudah tua, kurus lagi lemah. Dialah Yohanes Maria Vianney. Dalam hatinya ia berpikir: “Tentu ini kesempatan terakhir bagiku menerima berkatnya”. Namun tiba-tiba pastor tua itu berkata: “Bukan begitu anakku! Tiga minggu lagi kita akan bertemu kembali”. Nyonya Pauze terperanjat dan pulang dengan seribu tanda tanya. Ia menceritakan kata-kata pastor itu kepada teman-temannya. Dan persis tiga minggu kemudian, nyonya Pauze meninggal dunia bersamaan dengan pastor tua itu. Mereka bertemu lagi di surga.
Meskipun ia saleh, ia tidak luput dari gangguan setan. Ia sering tidak bisa tidur karena gangguan setan di malam hari. la tidak takut karena yakin bahwa sesudah kejadian seperti itu selalu akan datang pendosa berat yang mau bertobat. Di samping penyembuhan luka-luka batin umatnya, banyak pula penyembuhan jasmani yang terjadi secara ajaib melalui perantaraannya.
Tugas hariannya yang berat itu sangat menguras tenaganya. Beberapa kali ia meninggalkan Ars dengan maksud beristirahat di sebuah biara. Tetapi ia selalu diseret kembali oleh umatnya ke dusun Ars. Ini suatu tanda bahwa umat sungguh mencintainya dan tidak rela kalau pastornya meninggalkan mereka. Yohanes Maria Vianney mendampingi umatnya di Ars sampai maut menjemputnya pada tanggal 3 Agustus 1859. Pada tahun 1925, ia dinyatakan sebagai ‘santo’ oleh Paus Pius XI (1922 -1939) dan diangkat sebagai pelindung surgawi bagi para ‘pastor paroki’.
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/