Hari Biasa, Pekan Biasa IX Selasa, 6 Juni 2017
Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa IX
Selasa, 6 Juni 2017
PF S. Norbertus, Uskup
Bacaan Pertama
Tb 2:10-23
“Semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku,
karena bintik-bintik putih itu.”
Pembacaan dari Kitab Tobit:
Pada malam sesudah menguburkan jenazah,
Aku, Tobit, membasuh diri.
Lalu aku pergi ke pelataran rumah
dan tidur dekat pagar temboknya.
Mukaku tidak tertudung karena udara panas.
Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di tembok
tepat di atas diriku.
Maka jatuhlah tahi hangat ke dalam mataku,
lalu muncullah bintik-bintik putih.
Aku pun lalu pergi kepada tabib untuk berobat.
Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat,
semakin buta mataku karena bintik-bintik putih itu,
sampai buta sama sekali.
Empat tahun lamanya aku tidak dapat melihat.
Semua saudaraku merasa sedih karena aku.
Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar
sampai ia pindah ke kota Elumais.
Di masa itu isteriku Hana mulai memborong pekerjaan wanita.
Pekerjaan itu pun diantarkannya kepada para pemesan
dan ia diberi upahnya.
Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan Dustrus,
diselesaikannya sepotong kain,
lalu diantarkannya kepada pemesan.
Seluruh upahnya dibayar,
dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan.
Tetapi setibanya di rumahku anak kambing itu mengembik.
Maka aku memanggil isteriku dan bertanya,
“Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian?
Kembalikanlah kepada pemiliknya!
Sebab kita tidak boleh makan barang curian!”
Sahut isteriku,
“Kambing itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upah.”
Tetapi aku tidak percaya kepada isteriku.
Maka kusuruh dia
mengembalikan anak kambing itu kepada pemiliknya.
Karena perkara itu, aku sangat malu karena isteriku.
Tetapi dia membantah, katanya, “Apa gunanya kebajikanmu?
Apa faedahnya semua amalmu itu?
Lihat saja apa gunanya bagimu!”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 112:1-2.7bc-8.9,R:7c
Refren: Hati orang jujur teguh,
penuh kepercayaan kepada Tuhan.
*Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan,
yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi;
keturunan orang benar akan diberkati.
*Ia tidak takut kepada kabar buruk,
hatinya tabah, penuh kepercayaan kepada Tuhan.
Hatinya teguh, ia tidak takut.
Sehingga ia mengalahkan para lawannya.
*Ia murah hati, orang miskin diberinya derma;
kebajikannya tetap untuk selama-lamanya,
tanduknya meninggi dalam kemuliaan.
Bait Pengantar Injil
Ef 1:17-18
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
menerangi mata budi kita
agar kita mengenal harapan panggilan kita.
“Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar,
dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:
Pada waktu itu
beberapa orang Farisi dan Herodian disuruh menghadap Yesus,
untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan.
Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya,
“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur.
Engkau tidak takut kepada siapa pun,
sebab Engkau tidak mencari muka,
tetapi dengan jujur mengajar jalan Allah.
Nah, bolehkah kita membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?
Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka,
lalu berkata kepada mereka, “Mengapa kamu mencobai Aku?
Tunjukkanlah suatu dinar untuk Kulihat!”
Mereka menunjukkan sekeping dinar.
Lalu Yesus bertanya, “Gambar dan tulisan siapakah ini?”
Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.”
Maka kata Yesus kepada mereka,
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar,
dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah!”
Mereka sangat heran mendengar Dia.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Marilah kita simak pertanyaan yang diajukan kepada Yesus pada Bacaan Injil hari ini, “Bolehkah membayar pajak kepada Kaisar?”
Pertanyaan ini memang bersifat menjebak dan dilematis, karena waktu itu umat terbelah menjadi dua, ada yang setuju membayar upeti kepada pemerintah dan ada yang menentang.
Jika Yesus menjawab tidak boleh, tentu Yesus akan dilaporkan sebagai penghasut untuk membangkang untuk membayar pajak kepada pemerintah, dituduh menentang pemerintah Roma.
Orang-orang Farisi tentu senang dengan jawaban ini, sebaliknya orang-orang Herodian tidak.
Jika Yesus menjawab boleh, orang-orang Farisi akan berang dan akan menghasut orang-orang untuk melawan karena Yesus dianggap tidak berpihak kepada bangsa Yahudi melainkan kepada pemerintah Roma.
Yesus mengetahui kemunafikan orang-orangĀ yang sedang mencobai Dia, maka Yesus pun berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah!”, suatu jawaban yang tak disangka-sangka makanya mereka pun menjadi heran dengan jawaban itu.
Yesus jelas mengajari kita agar janganlah menjadi pemberontak, baik kepada pemerintah dunia apalagi kepada Tuhan.
Terlebih lagi jika pemberontakan itu dilatar-belakangi oleh keinginan untuk menguasai hak orang lain.
Ajaran Yesus jelas, meminta kita untuk malahan memberikan hak kita kepada orang lain dengan tujuan memberi pertolongan dan berbuat kebaikan.
Para rasul Yesus bahkan menyerahkan hak asasi mereka, yakni hak hidup mereka karena ketaatan mereka kepada Kristus, mengakhiri hidup sebagai martir.
Marilah kita belajar untuk tidak menginginkan, apalagi merampas, apa yang menjadi hak orang lain.
Dan demi kasih Kristus sepatutnya kita berkorban demi orang lain, artinya menyerahkan hak kita sendiri kepada orang lain, sepanjang itu membawa kebaikan dan pertolongan.
Peringatan Orang Kudus
Santo Norbertus, Uskup dan Pengaku Iman
Norbertus adalah putera kedua dari Heribertus, seorang tuan tanah di wilayah Gennep. Perawakannya tinggi kekar, pintar dan ramah tamah. Masa mudanya dijalaninya dengan sungguh menyenangkan. Ia bercita-cita menjadi imam untuk mengabdikan dirinya semata-mata kepada Tuhan.
Karena itu, ia ditahbiskan menjadi diakon. Akan tetapi lambat laun hatinya tertarik kepada kesenangan duniawi. Ia mulai meninggalkan hidup bakti kepada Tuhan dan pergi ke istana Kaisar Jerman, Hendrik V. Di sana ia hidup sebebas-bebasnya tanpa mengindahkan lagi hukum-hukum Allah. la sungguh-sungguh mau menikmati kesenangan-kesenangan duniawi sepuas-puasnya.
Tapi semua yang dialami Norbertus tidak mengaburkan rencana Tuhan atas dirinya. Pada usia ke 30 tahun, ia mengalami suatu peristiwa ajaib dari Tuhan. Ketika sedang bepergian ke suatu tempat maksiat, ia terlempar ke tanah oleh kilat dari langit yang mengenai wajahnya. Ia terjatuh dari kudanya dan tidak sadarkan diri. Ketika mulai sadar lagi, ia bertobat dan menyesali perbuatannya yang bejat. Allah kembali menunjukkan keagunganNya atas diri Norbertus dengan cahayaNya yang ilahi. ”
Semenjak peristiwa itu, Norbertus kembali menjalankan latihan rohani yang keras di bawah pimpinan seorang Abbas Benediktin. Ia pun belajar dengan tekun hingga ditahbiskan menjadi imam. Sebagai seorang imam, ia jugu bertugas mewartakan Injil dengan mengajar dan berkhotbah. Tetapi karena kebejatan hidup masa lalunya yang tidak patut dicontoh, ia dianggap sebagai seorang munafik.
Atas ijin Sri Paus, Norbertus berangkat ke Prancis dan berkarya di sana sebagai seorang imam di tengah-tengah umat sederhana di pedalaman. Harta bendanya dibagi-bagikan kepada kaum miskin dan ia sebaliknya menggantungkan hidupnya pada kebaikan hati para dermawan. Hidupnya yang miskin, saleh dan bersemangat rasul itu menarik banyak murid kepadanya. Atas anjuran Sri Paus, ia menetap di sebuah lembah sunyi di Prancis, yang disebut Premontre. Di lembah ini, ia mendirikan sebuah biara yang bertugas mendidik dan memberi imam-imam yang saleh lagi cakap kepada umat terutama yang ada di pedalaman. Semangat pengabdiannya membawa umat kepada semangat hidup yang sesuai dengan cita-cita Injil dan mempertinggi ketertiban hidup iman di seluruh Eropa.
Pada waktu itu timbullah di Antwerpen sebuah bidaah yang menolak ke kudusan Sakramen Mahakudus. Penganut aliran ini pernah menanamkan Hosti Kudus di dalam tanah yang kotor. Norbertus mendengar tentang peristiwa ini, dan meminta agar orang menunjukkan tempat itu kepadanya. Lalu ia segera pergi ke tempat itu untuk menggali kembali Hosti yang dikuburkan itu. Hosti itu masih dalam keadaan utuh, putih tanpa kerusakan dan cacat sedikitpun. Oleh sebab itulah, Santo Norbertus dilukiskan dengan sebuah Monstrans atau Sibori. Pada tahun 1126. Norbertus ditahbiskan menjadi Uskup Agung di Maagdenburg, Jerman. Di sana ia melanjutkan pekerjaannya memulihkan ketertiban di dalam Gereja dan memperbaiki taraf hidup rohani para imam. Setelah banyak berjuang demi penyebaran Injil, Norbertus meninggal dunia pada tahun 1134.
Santo Filipus, Diakon dan Penginjil
Filipus adalah saluh seorang dari ketujuh diakon yang diangkat para Rasul untuk melayani umat Kristen perdana. Ia berkarya sebagai diakon di Yerusalem (Kis 6:5-6), kemudian mewartakan Injil di Samaria (Kis 8:5-13), di daerah Gaza (Kis 8:26-39), dan di Asdod. Oleh karena itu ia disebut ‘Filipus Pemberita Injil’. Akhirnya ia tinggal menetap di Kaisarea. Di situ ia menerima Paulus (Kis 21:8). Filipus ini sering dicampuradukkan dengan ‘Filipus Murid Yesus’ yang berasal dari Betsaida (Mrk 3:18 dst; Kis 1:13).
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi