GUNUNG TABOR

Pesta Yesus Menampakan Kemulian-Nya atau disebut juga Pesta Transfigurasi dirayakan dalam kalender liturgi Katolik Roma setiap 6 Agustus. Hari ini dikenangkan peristiwa agung di Gunung Tabor. Kini seperti apakah penampakan Gunung Tabor dan bagaimana sejarah dari gunung ini???

Di tengah dataran Ezralon berdirilah sebuah bukit, menyendiri dan amat terlihat. Inilah Gunung Tabor yang dalam Bahasa Arab disebut Jabal at-Tur (جبل الطور) atau dalam Bahasa Ibrani disebut Har Tavor (הַר תָּבוֹר). Terletak di Distrik Utara, Galilea Bawah, bagian ujung timur dari lembah Jezreel, 18 km sebelah barat Danau Galilea, menjulang di ketinggian 575 mdpl. Secara tradisi dipercaya bahwa di tempat ini pernah terjadi perang antara Barak dan tentara raja Yabin, yang dipimpin oleh panglimannya, Sisera selama masa pemerintahan hakim Debora pada pertengahan abad ke-14 SM (Bdk. Hak 4: 1 – 24), dan oleh orang-orang Kristen tempat ini adalah tempat yang secara tradisi diyakini sebagai lokasi Transfigurasi Kristus (Sejak abad III).

Injil tidak pernah menyebut secara langsung dimana peristiwa transfigurasi Yesus terjadi. Ketiga injil yang menuliskan kisah trasfigurasi tak menuliskan secara eksplisit dimana peristiwa tersebut terjadi.(Bdk. Mat 17: 1 – 9;Mrk 9: 2 – 10; Luk 9: 28 – 36). Matius dan Markus menyebutkan “Gunung yang tinggi” sementara Lukas tak member keterangan apa-apa kepada gunung tempat peristiwa transfigurasi terjadi. Lalu, mengapa Gunung Tabor disebut-sebut sebagai peristiwa terjadinya peristiwa tersebut?
Dalam katekismus untuk para calon baptis yang berasal dari 347, Santo Sirilus dari Yerusalem menyebutkan (untuk pertama kalinya) Gunung Tabor : “Kami persembahkan dua orang saksi yang pernah berada dalam hadirat Tuhan di Gunung Sinai: Musa… dan Elia… mereka hadir dalam peristiwa transfigurasi dan berbicara pada para rasulnya tentang keluaran yang harus ia penuhi di Yerusalem.
Pada 570, seorang peziarah dari Piecenza melaporkan dalam catatan peziarahannya tentang adanya tiga basilika Bizantium. Satu abad kemudian Arkov menemukan di sini sebuah komunitas biarawan, yang kehadirannya diperkuat pula dalam sebuah dokumen abad ke-11 yang menyinggung tentang Keuskupan Tabor dimana pernah berdiri tiga gereja. Catatan lain yang juga memberi kesaksian yang sama berasal dari Catatan Biarawan Armenian Eglisce abad VII

Gereja modern yang dibangun oleh Antonio Barluzzi pada 1942 menjadi bangunan pamungkas yang berdiri di sini, yang mana bangunan-bangunan sebelumnya masih dapat terlihat berupa reruntuhan di bawah tanah ataupun yang berupa gua-gua seperti ditemukan dalam kapel pada bagian halaman/ beranda di bagian santuari. Kapel-kapel di bagian utara dan selatan didedikasikan bagi Musa dan Elia.

Reruntuhan bangunan zaman perang salib (abad XII) yaitu biara benediktin ditemukan oleh Fr. B Meistermann pada akhir abad XIX dan masih dapat terlihat di taman arkeologi di bagian depan gereja. Secara khusus ruang pertemuan dan kapel masih dapat dikenali. Sementara di sekeliling puncak yang datar dari gunung tabor ini terdapat tembok yang di bangun oleh Orang-orang Sarasin pada abad XII.
Selama dominasi Latin (Tentara Perang Salib), ordo Benediktin juga membangun sebuah Biara yang diberi perlengkapan dan logistik oleh Pangeran Tankrid. Ia juga membangun tembok sekeliling puncak Gunung Tabor ini. Namun tembok-tembok tersebut tidak mampu melindungi orang-orang yang ada didalamnya dari amarah Sultan Al-Malik, yang menghancurkannya untuk kemudian dibangun lagi sebuah benteng. Pintu Angin, yang dibangun oleh Otoritas Latin (Tentara Perang Salib) hingga saat ini menandai pintu masuk menuju puncak gunung. Umat Kristiani menguasai kembali gunung tersebut sekitar satu abad kemudian dan membangun sebuah tempat suci yang baru, yang kemudian dihancurkan oleh Sultan Bibar pada tahun 1263.
Gunung ini ditinggalkan selama lebih dari empat abad, hingga kedatangan para Fransiskan pada tahun 1631. Mulai dari abad ke-19, para biarawan fransiskan membaktikan diri untuk mempelajari sisa peninggalan masa lalu, dan pada tahun 1924 mereka mendirikan sebuah basilika di sini, dengan menyatukan sisa-sisa bangunan-bangunan sebelumnya yaitu: gereja dari zaman Perang Salib, dan sebuah gereja dari abad ke-6.

Sementara di tengah – tengah antara Pintu masuk yang di sebut “Gerbang Angin” dengan gereja ada sebuah oratorio kecil yang terkenal dengan sebutan oratorio keturunan. Tempat ini dibangun untuk memperingati kata-kata yang tercatat dalam Injil Matius 17: 9, Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”

Sampai kini, setiap 6 Agustus, dirayakan secara meriah di tempat ini peristiwa Yesus yang menampakkan kemuliaanNya. Perayaan Ekaristi meriah dipimpin langsung oleh Kustos Tanah Suci, para fransiskan, umat setempat dan para peziarah.

oleh:
Sdr. Melanius Jordan OFM

 

Leave a Reply

*

captcha *