Hari Biasa Khusus Adven Kamis, 23 Desember 2021
Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa Khusus Adven
Kamis, 23 Desember 2021
PF S. Yohanes dari Kety, Imam
Bacaan Pertama
Mal 3:1-4;4:5-6
“Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan.”
Pembacaan dari Nubuat Maleakhi:
Beginilah firman Tuhan semesta alam,
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku,
supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!
Dengan mendadak
Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!
Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu,
sungguh, Ia datang!
Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?
Siapakah yang dapat tetap berdiri apabila Ia menampakkan diri?
Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam
dan seperti sabun tukang penatu.
Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan perak;
dan Ia akan mentahirkan orang Lewi,
menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak,
supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan
kurban yang benar kepada Tuhan.
Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem
akan berkenan di hati Tuhan
seperti pada hari-hari dahulu kala,
dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.
Sesungguhnya, Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu
menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu.
Maka ia akan membuat
hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya,
dan hati anak-anak kepada bapanya,
supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 25:4bc-5ab.8-9.10.14,R:Luk 21:28
Refren: Bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat.
*Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan,
tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku,
sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
*Tuhan itu baik dan benar;
sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum,
dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.
*Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran
bagi orang yang berpegang pada perjanjian
dan peringatan-peringatan-Nya.
Tuhan bergaul karib dengan orang yang takwa pada-Nya,
dan perjanjian-Nya ia beritahukan kepada mereka.
Bait Pengantar Injil
Oh Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja,
datanglah dan selamatkanlah umat-Mu.
Bacaan Injil
Luk 1:57-66
“Kelahiran Yohanes Pembaptis.”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin,
dan ia melahirkan seorang anak laki-laki.
Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar
bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet,
bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan
untuk menyunatkan anak itu,
dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya.
Tetapi Elisabet, ibunya, berkata,
“Jangan, ia harus dinamai Yohanes!”
Kata mereka kepadanya,
“Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya
untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya
kepada anak itu.
Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini:
Namanya adalah Yohanes.
Dan mereka pun heran semuanya.
Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia,
dan terlepaslah ikatan lidahnya,
lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.
Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya,
dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur
di seluruh pegunungan Yudea.
Semua orang yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata,
“Menjadi apakah anak ini nanti?”
Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Nubuat Maleakhi pada Bacaan Pertama hari ini memberi pencerahan perihal tujuan kedatangan Yesus Kristus, yakni hendak menyelamatkan umat manusia, agar pemusnahan dunia tak perlu dilakukan, sebagaimana ditulis, “Supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.”
Yang dilakukan oleh Yesus seperti tukang yang memurnikan emas atau perak.
Proses pemurnian itu jauh dari nikmat, melainkan menimbulkan kesakitan akibat proses itu.
Oleh sebab itulah Yesus berkata, “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” [Mat 24:13]
Mengingat “pekerjaan besar” yang mesti dikerjakan oleh Yesus, maka diutuslah roh Elia untuk mendahului kedatangan-Nya, menyiapkan jalan bagi-Nya.
Yohanes Pembaptis dilahirkan sebelumnya, dari pasangan Zakaria-Elisabet, dengan cara yang tak lazim, sampai-sampai orang-orang pun bertanya, “Menjadi apakah anak ini nanti?”
Kembali ke proses pemurnian.
Ini jelas tidak cocok bagi mereka yang hanya mau nyari enaknya saja.
Proses pemurnian hanya cocok bagi mereka yang memang mau dimurnikan, bersedia menerima konsekuensi dari proses pemurnian itu, seperti seseorang yang memikul salibnya.
Nah, mari sekarang kita tanyai diri kita sendiri, sudah berlangsungkah proses pemurnian pada diri kita?
Sudah layakkah kita menyambut Natal?
Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Kansius, Pengaku Iman
Yohanes Kansius adalah seorang pemuda kota yang berjiwa besar di kota dan Universitas Krakow, Polandia. Ia lahir di Kanty, Polandia pada tahun 1390. Ia bercita-cita menjadi imam. Oleh karena itu, semasa mudanya ia belajar filsafat dan teologi di Krakow. Di sekolah ia terkenal cerdas dan brilian sehingga dengan mudah menyelesaikan studinya dengan menyandang gelar doktor. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam, dan diangkat menjadi profesor Kitab Suci dan Teologi. Ia disukai semua mahasiswa karena caranya mengajar yang sangat memikat dan mendalam serta cara hidupnya yang sesuai dengan apa yang ia ajarkan. Ia dikenal sebagai seorang mahaguru yang murah hati dan gemar menolong para miskin dan mahasiswanya. Setelah ditahbiskan menjadi imam ia terus belajar untuk memperdalam ilmunya. Perayaan Ekaristi harian yang dirayakannya dimaksudkan untuk memulihkan ke agungan Tuhan yang disepelekan baik oleh perbuatannya sendiri maupun perbuatan sesamanya. Ia mempersembahkan dirinya sebagai pepulih dosa-dosa manusia demi keselamatan jiwa-jiwa. Dalam pada itu, ia menaruh devosi istimewa kepada Kristus yang bersengsara. Ia rajin merenungkan makna kesengsaraan Kristus bagi keselamatan manusia.
Kebaikan dan kehebatannya menimbulkan iri dan pertentangan dengan rekan profesor lainnya sehingga ia terpaksa dipindahkan ke Olkusz sebagai pastor paroki. Sebagai pastor paroki, Yohanes ternyata seorang pastor yang bijaksana dan rendah hati. Ia disenangi umatnya. Ia senantiasa berhati-hati sekali di dalam melaksanakan tugasnya sebagai gembala umat, karena ia sadar bahwa apa yang dipandangnya baik bagi umat tidak selamanya berkenan di hati umat dan menjawabi kebutuhan umat. Akan tetapi kerendahan hati dan kelemah-lembutannya akhirnya toh dapat menarik simpatik umatnya. Setelah berkarya beberapa lama di Olkusz ia dengan berat hati meninggalkan umatnya karena dipanggil kembali ke Krakow untuk mengajar Kitab Suci. Tugas ini diembannya sampai akhir hidupnya.
Yohanes Kansius, seorang imam yang serius dalam menjalankan tugasnya namun ia tetap rendah hati; kebaikan hatinya dikenal oleh semua umat di kota Krakow terutama mereka yang miskin dan malang yang mengalami berbagai kesulitan hidup. Ia membantu orang-orang itu dengan harta dan uangnya. Untuk kebutuhan-kebutuhannya sendiri ia menyisihkan hanya sejumlah kecil uang. Jam tidurnya hanya sedikit dan di lantai saja. Makanannya pun sangat sederhana tanpa lauk-pauk. Cintanya yang besar kepada Kristus tersalib mendorong dia beberapa kali berziarah ke Yerusalem untuk menyaksikan langsung jalan sengsara yang dilalui Yesus sewaktu memikul salib-Nya menuju Golgotha. Ia dengan penuh semangat mewartakan Injil kepada bangsa Turki dengan harapan menjadi martir di tangan bangsa Turki yang Islam itu. Dalam ziarah-ziarah itu biasanya ia memikul sendiri bebannya. Apabila ia ditegur dan dinasehati oleh atasannya agar memperhatikan kesehatannya, ia dengan tenang menjawab: “Hidup kita adalah dalam tangan Tuhan. Lihat saja pada para rahib yang hidup di padang gurun dengan matiraga dan puasa yang keras; namun mereka itu justru berumur panjang.”
Yohanes Kansius menanggung beban derita batin yang luar biasa karena kebencian orang lain, namun ia tenang saja menghadapi semuanya itu, malah dengan tekun bermatiraga dan berpuasa. Beberapa kali ia pergi ke Roma untuk bertemu dengan Sri Paus. Ada suatu kejadian kecil yang dialaminya dalam suatu perjalanannya ke Roma. Dari kejadian itu dapat kita membayangkan kebaikan dan kemurahan hatinya: “Pada suatu perjalanannya ke Roma ia disergap dan ditodong oleh beberapa orang perampok. Mereka meminta dari padanya uang atau emas. Dengan tenang ia mengatakan kepada perampok-perampok itu bahwa ia tidak punya apa-apa selain pakaian yang dikenakannya. Lalu ia melanjutkan perjalanannya tanpa memberi apa-apa kepada perampok-perampok itu. Tetapi tak seberapa jauh dari penjahat-penjahat itu, teringatlah dia bahwa di dalam saku mantelnya ada sebutir emas. Maka ia segera kembali mendapatkan perampok-perampok itu untuk menyerahkan emas itu kepada mereka. Perampok-perampok itu begitu malu dan tidak bersedia menerima emas yang disodorkan Yohanes. Mereka lalu membiarkan dia melanjutkan perjalanannya. Banyak sekali tanda heran yang terjadi atas namanya baik sebelum maupun sesudah kematiannya pada malam Natal 1473.
Santo Servulus, Pengaku Iman
Karena tertimpa sesuatu penyakit, sekujur tubuh Servulus menjadi lumpuh. Ia tidak dapat duduk atau berdiri tegak, bahkan menggerakkan tangannya pun ia tidak mampu. Setiap hari ibu dan kakaknya membaringkan dia di pintu gerbang gereja Santo Klemens di Roma. Di situ ia menantikan belaskasih orang-orang yang lewat di pintu gerbang itu. Salah satu keunggulan Servulus ialah ia dengan senang hati menyisihkan sedikit uang dari pendapatannya untuk teman-temannya yang senasib dengannya. Banyak orang kagum akan kesabaran dan ketabahannya dalam menanggung beban penderitaannya.
Servulus pasrah kepada Tuhan. Dalam kemalangannya itu ia tidak lupa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas semua yang telah diterimanya dari belaskasih begitu banyak orang. Keadaan hina serta penderitaannya menjadi berkat dan sumber keselamatan serta sarana mencapai kesucian hidup.
Ketika mendekati ajalnya, si pengemis itu memohon teman-temannya untuk berdoa dan menyanyikan Mazmur baginya. Ia meninggal dunia pada tahun 590.
Diambil dari:
https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/