Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIII Rabu, 17 November 2021

Liturgia Verbi (B-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIII

Rabu, 17 November 2021

PW S. Elisabet dari Hungaria, Biarawati

 


Bacaan Pertama
2Mak 7:1.20-31

“Pencipta alam semesta akan memberi kembali roh dan hidup kepadamu.”

Pembacaan dari Kitab Kedua Makabe:

Pada waktu itu ada tujuh orang bersaudara beserta ibunya ditangkap.
Dengan siksaan cambuk dan rotan
mereka dipaksa oleh Raja Antiokhus Epifanes
untuk makan daging babi yang haram.
Ibu itu sungguh mengagumkan secara luar biasa.
Ia layak dikenang baik-baik.
Ia harus menyaksikan
ketujuh anaknya mati dalam tempo satu hari saja.
Namun demikian
ia tetap menanggungnya dengan tabah dan besar hati
karena harapannya kepada Tuhan.
Dengan rasa hati yang luhur
ia menghibur anaknya masing-masing dalam bahasanya sendiri,
penuh dengan semangat luhur.
Dengan semangat jantan dikuatkannya tabiat kewanitaannya,
lalu berkatalah ia kepada anak-anaknya,
“Aku tidak tahu bagaimana kalian muncul dalam kandunganku.
Bukan akulah yang memberi kalian nafas dan hidup
atau menyusun anggota-anggota badanmu satu per satu,
melainkan Pencipta alam semestalah
yang membentuk kelahiran manusia
dan merencanakan kejadian segala sesuatunya.
Dengan belas kasih
Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepadamu,
justru karena kini kalian memandang dirimu bukan apa-apa
demi hukum-hukum-Nya.”

Adapun raja Antiokhus mengira, bahwa ibu itu menghina dirinya,
dan ia menganggap bicaranya suatu penistaan.
Anak bungsu yang masih hidup
tidak hanya dibujuk dengan kata-kata,
tetapi raja juga menjanjikan dengan angkat sumpah
bahwa si bungsu akan dijadikannya kaya dan bahagia,
asal saja ia mau meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya.
Bahkan ia akan dijadikannya sahabat raja,
dan kepadanya akan dipercayakan pelbagai jabatan negara.
Oleh karena pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali,
maka raja memanggil ibunya dan mendesak,
supaya ia menasehati anaknya demi keselamatan hidupnya.

Sesudah lama didesak
barulah ibu itu menyanggupi untuk meyakinkan anaknya.
Kemudian ia membungkuk kepada anaknya
lalu dengan mencemoohkan penguasa yang bengis itu
ia berkata dalam bahasanya sendiri,
“Anakku, kasihanilah aku
yang sembilan bulan lamanya mengandungmu
dan tiga tahun lamanya menyusui engkau.
Aku pun sudah mengasuhmu
dan membesarkanmu hingga umurmu sekarang ini
dan terus memeliharamu.
Aku mendesak, ya anakku,
tengadahlah ke langit dan ke bumi
dan kepada segala sesuatu yang kelihatan di dalamnya.
Ketahuilah bahwa Allah menjadikan kesemuanya itu
bukan dari barang yang sudah ada.
Demikianlah bangsa manusia juga dijadikan.
Jangan takut kepada algojo itu.
Sebaliknya hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu
dan terimalah maut itu,
supaya aku mendapat kembali engkau bersama kakak-kakakmu
di masa belas kasihan kelak.”

Belum lagi ibu mengakhiri ucapannya, berkatalah pemuda itu,
“Kalian menunggu siapa?
Aku tidak akan taat kepada penetapan raja.
Sebaliknya aku taat kepada segala ketetapan Taurat
yang sudah diberikan oleh Musa kepada nenek moyang kami.
Tetapi Baginda, yang menjadi asal usul segala malapetaka
yang menimpa orang-orang Ibrani,
pasti tidak akan luput dari tangan Allah.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 17:1.5-6.8b.15,R:15b

Refren: Pada waktu bangun aku menjadi puas dengan hadirat-Mu, ya Tuhan.

*Dengarkanlah, Tuhan pengaduan yang jujur,
perhatikanlah seruanku;
berilah telinga kepada doaku,
doa dari bibir yang tidak menipu.

*Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu,
kakiku tidaklah goyah.
Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah;
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.

*Peliharalah aku seperti biji mata,
sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.
Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu,
dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.


Bait Pengantar Injil
Yoh 15:16

Aku telah menetapkan kalian supaya kalian pergi
dan menghasilkan buah yang takkan binasa, sabda Tuhan.


Bacaan Injil
Luk 19:11-28

“Mengapa uangku tidak kau berikan kepada orang yang menjalankan uang?”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada waktu Yesus sudah dekat Yerusalem,
orang menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera nampak.
Maka Yesus berkata,
“Ada seorang bangsawan berangkat ke negeri yang jauh
untuk dinobatkan menjadi raja.
Sesudah itu baru ia akan kembali.
Maka ia memanggil sepuluh orang hambanya,
dan memberikan mereka sepuluh mina katanya,
‘Pakailah ini untuk berdagang sampai aku kembali.’

Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia,
lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan,
‘Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.’
Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah dinobatkan menjadi raja,
ia menyuruh memanggil hamba-hambanya,
yang telah diberinya uang itu,
untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.
Orang yang pertama datang dan berkata,
‘Tuan, mina Tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina.’
Katanya kepada hamba itu,
‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik.
Engkau telah setia dalam perkara kecil,
karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.’
Datanglah yang kedua dan berkata,
‘Tuan, mina Tuan telah menghasilkan lima mina.’
Katanya kepada orang kedua itu,
‘Dan engkau, kuasailah lima kota.’
Dan hamba yang ketiga datang dan berkata,
‘Tuan, inilah mina Tuan,
aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.
Sebab aku takut akan Tuan, karena Tuan adalah manusia yang keras.
Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh,
dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur.’
Kata bangsawan itu, ‘Hai hamba yang jahat!
Aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri.
Engkau sudah tahu, aku ini orang yang keras.
Aku mengambil apa yang tidak pernah kutaruh
dan menuai apa yang tidak kutabur.
Jika demikian mengapa uangku tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang?
Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.’
Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ,
‘Ambillah mina yang satu itu
dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.’
Kata mereka kepadanya, ‘Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.’
Ia menjawab, ‘Aku berkata kepadamu,
setiap orang yang mempunyai, ia akan diberi;
tetapi siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil,
juga apa yang ada padanya.
Akan tetapi semua seteruku ini,
yang tidak suka aku menjadi rajanya,
bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku’.”

Setelah mengatakan semuanya itu
Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

Demikianlah sabda Tuhan.


Talenta

Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambil dari Daily Fresh Juice yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma.

“Menghasilkan Buah”

Para Pendengar Daily Fresh Juice dimana pun berada,
Seperti yang ditulis pada Injil Yohanes, Bab 15 ayat 16,
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah.”
maka, melalui Injil Lukas, Bab 19 ayat 11 sampai 28,
Tuhan memanggil kita dan memberi kita modal uang untuk kita pakai menghasilkan banyak buah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

[Bacaan Injil]

Demikianlah Injil Tuhan.

Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Di jaman Yesus, nilai uang satu dinar kira-kira sama dengan upah orang yang bekerja seharian.
Sekarang nilainya kurang-lebih sekitar 150 ribu sampai 200 ribu rupiah.
Sedangkan satu Mina sama dengan 100 Dinar, atau kalau sekarang sekitar 15 sampai 20 Juta Rupiah.
Jika akan digunakan sebagai modal usaha, uang 15 Juta rupiah tidak dapat dikatakan banyak, tetapi juga tidak dapat dikatakan sedikit.
Mungkin pas kalau dikatakan cukup sebagai modal awal untuk memulai suatu usaha.

Kalau kita melihat perumpamaan yang serupa dengan perumpamaan pada Bacaan Injil hari ini, yaitu yang ditulis pada Injil Matius, Bab 25, Ayat 14 sampai 30,
maka kita temukan berbagai perbedaan di antara kedua perumpamaan tersebut.
Salah satu perbedaannya adalah tentang mata uang yang disebutkan.
Pada Injil Lukas disebutkan ada sepuluh hamba menerima uang dalam jumlah yang sama, yaitu masing-masing satu Mina, tetapi pada Injil Matius disebutkan ada tiga hamba yang menerima jumlah uang yang berbeda-beda menurut kesanggupan masing-masing, tetapi jumlah yang diterima sangat besar, ada yang menerima 5 talenta, yang lain menerima 2 talenta dan 1 talenta.
Nilai 1 Talenta itu besar sekali, setara dengan 6 ribu Dinar, jika dirupiahkan menjadi sekitar satu miliar rupiah, jumlah yang memadai untuk memulai suatu usaha.
Yang menerima 5 talenta itu berarti ia menerima 5 miliar rupiah, wow… jumlah yang besar ya.

Enak juga ya menjadi warga Kerajaan Surga.
Kita dikasih modal untuk berdagang, dan wajib untuk dijalankan.
Kalau tidak dijalankan malah akan membawa masalah, seperti yang dilakukan oleh salah satu hamba itu, ia hanya menyimpan uang mina yang diterimanya dalam saputangan, atau seperti yang ditulis dalam Injil Matius, salah satu hamba malah menanamnya di dalam tanah.
Sebaliknya, jika kita menjalankan uang itu dan membawa hasil, maka kita akan diundang untuk turut memerintah dan berkuasa dalam kerajaan-Nya, menerima tanggungjawab yang lebih besar lagi.

Selanjutnya,
bagaimana seandainya kita gagal menjalankannya, modalnya habis karena menderita kerugian?
Apakah kita akan dihukum sebagai bentuk tanggungjawab kita?
Sayangnya kemungkinan yang ini tidak ditulis dalam Injil,
tetapi saya yakin kita semua sepakat,
bahwa Allah Bapa kita itu bukanlah sosok yang matre.
Kita bukanlah seperti hamba yang jahat itu, yang menuduh Tuhan mengambil apa yang tidak pernah ditaruh-Nya, dan menuai apa yang tidak ditabur-Nya.
Rasanya kita juga sepakat bahwa Tuhan tidak mengenal apa itu gagal.
Memangnya ada seseorang atau sesuatu yang dapat menggagalkan rencana dan kehendak Allah?
Meski demikian, kita tentu tidak dibenarkan membangun iman secara kalap,
merasa seolah-olah kita dapat menentukan apa yang kita mau,
seperti yang dilakukan oleh sebagian orang,
yang tak mau mengenakan masker serta tak mau mematuhi prokes,
karena ia percaya Tuhan tidak akan membiarkan dia terjangkit virus covid.
Mengapa kita tidak mau melihat prokes sebagai wujud pertolongan dari Tuhan?
Bukankah oleh karena kehendak-Nya kita dianjurkan untuk mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta himbauan-himbauan lainnya?

Dunia yang kita tempati sekarang ini memang merupakan alam yang fana,
tidak ada yang kekal, dimana baik dan buruk tinggal berdampingan,
dan semuanya itu memang atas kehendak Tuhan, seperti yang disampaikan oleh Yesus dalam perumpamaan tentang rumput ilalang yang tumbuh di antara bulir-bulir gandum, “Janganlah kau cabut rumput ilalang itu, sebab mungkin bulir gandumnya ikut tercabut.”
Ini tentu mudah untuk difahami kalau Tuhan begitu mengasihi kita jika kita seperti bulir gandum, tetapi Tuhan tidak membenci orang yang seperti rumput ilalang.

Cukuplah bagi kita meniru para hamba yang setia terhadap perkara-perkara kecil,
melaksanakan apa yang menjadi kehendak tuannya,
dan ketika kita mesti menghadapi sesuatu tidak seperti yang kita harapkan,
mesti menghadapi rintangan atau hambatan, yang mungkin saja dapat menggagalkan kita menjalankan modal uang yang dipercayakan kepada kita,
cukuplah kita datang kepada Tuhan untuk memohon pertolongan dari-Nya.
Yesus telah mengatakan, “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?”
Membenarkan artinya memperbaiki sesuatu yang keliru sehingga menjadi benar.
Santa Elisabet dari Hungaria yang kita peringati hari ini adalah salah satu saksi tentang bagaimana Tuhan membenarkan Elisabet yang dituduh memboroskan harta suaminya padahal yang dilakukannya adalah berderma dan menolong fakir miskin, maka Tuhan mengubah roti di dalam keranjang yang dibawanya menjadi bunga mawar.
Tuhan tidak membenarkan Elisabet berbohong, yang mengatakan membawa bunga mawar padahal yang dibawa dalam keranjangnya adalah roti untuk dibagikan kepada fakir miskin, tetapi Tuhan hendak menyelamatkan Elisabet dari ancaman bahaya karena perbuatan kasihnya ditentang oleh para kerabat kerajaan.
Di mata Tuhan, Elisabet dianggap berhasil menjalankan uang Mina yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.
Menjadi istri pangeran adalah uang mina itu.

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Marilah sekarang kita akhiri perjumpaan kita dengan berdoa bersama.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa kami yang ada di Surga,
Kami bersyukur karena Engkau telah memilih dan memanggil kami,
untuk terlibat dalam karya-Mu menjalankan Mina untuk menghasilkan banyak buah.
Tuntunlah kami dengan Roh Kudus-Mu
agar jangan sampai kami menjadi lalai, menyimpan Mina pemberian-Mu dalam saputangan atau menanamnya di dalam tanah.
Kami percaya kepada-Mu,
kami percaya segala upaya yang baik akan menghasilkan yang baik pula,
kami percaya Engkau akan membenarkan perbuatan kami yang masih keliru,
dan tambahkanlah iman kami ya, Bapa,
karena hanya kepada-Mu sajalah kami berharap
melalui perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus.
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Terimakasih.
Sampai jumpa bulan depan!


Peringatan Orang Kudus
Santa Elisabeth dari Hungaria, Janda
Elisabeth Hungaria adalah janda kudus mendiang Pangeran Ludwig IV dari Turingia. Sepeninggal suaminya, ia menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan sangat aktif melayani orang-orang miskin dengan kekayaannya. Elisabeth lahir di Pressbura atau Bratislava atau Saros Patak (sekarang: Cekoslovakia), ibukota Hungaria Utara, pada tahun 1207 dari pasangan Andreas II, Raja Hungaria, dan Gertrude dari Andechs Meran.
Ketika berusia 4 tahun, kedua orang-tuanya mempertunangkan dia dengan putera tertua Pangeran Hermann I dari Thuringia, Jerman Barat. Semenjak itu Elisabeth kecil tinggal di istana Wartburg di Jerman Tengah. Di sana ia dan putera Pangeran Herman I itu dibesarkan dan dididik bersama. Namun sayang, rencana pernikahan mereka menemui jalan buntu: sang pangeran muda itu mati dalam usia yang masih begitu muda. Sebagai gantinya Elisabeth lalu dipertunangkan dengan Ludwig IV, putera Hermann I yang lebih muda. Pernikahan mereka diselenggarakan pada tahun 1221 ketika Elisabeth berusia 14 tahun dan Ludwig berusia 21 tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak. Perkawinan ini berakhir pada tahun 1227, ketika Ludwig meninggal dunia karena serangan wabah pes sementara mengikuti Perang Salib di Tanah Suci.
Selagi hidup bersama suaminya, Elisabeth tetap hidup sederhana, tidak seperti penghuni istana lainnya yang serba mewah. Ia bahkan sangat sosial dan menunjukkan perhatian dan cintakasih yang besar kepada orang-orang miskin. Ia mendermakan uang, makanan dan pakaian kepada para fakir miskin itu. Hal itu tidak disukai oleh kaum keluarganya; mereka menuduh Elisabeth memboroskan harta suaminya. Suatu hari, ia dipergoki suaminya ketika sedang keluar membawa sebuah keranjang berisi roti. “Apa yang kaubawa itu?” tanya suaminya dengan suara agak keras. Elisabeth agak takut tetapi dengan serta merta ia menjawab: “Bunga mawar, Mas!”. Suaminya tak percaya dan segera menggeledah bungkusan di dalam keranjang itu. Dan ternyata betul: keranjang itu berisi bunga-bunga mawar yang masih segar. Tuhan kiranya telah menyelamatkan hambanya. Sejak itu, Ludwig semakin menyayangi Elisabeth dan hidup rukun dengannya. Ludwig semakin memahami tujuan perbuatan sosial Elisabeth kepada orang-orang miskin. Kepada penghuni-penghuni istana lain yang tidak menyukai Elisabeth, Ludwig mengatakan: “Perbuatan amal Elisabeth akan membawa berkat Tuhan bagi kita. Kita tentu tidak akan dibiarkan Allah menderita suatu kekurangan pun, selama kita mengizinkan Elisabeth untuk meringankan penderitaan orang lain.”
Sebelum kepergian suaminya ke Tanah Suci guna mengikuti Perang Salib, Elisabeth telah banyak menunjukkan perbuatan-perbuatan cintakasih yang mengagumkan kepada orang-orang miskin dan sakit. Ia mendirikan rumah-rumah sakit, dan memberikan makanan kepada orang-orang malang itu. Kegiatan amalnya ini diperganda, ketika Elisabeth menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
Kegiatan-kegiatannya semakin memperhebat kebencian anggota keluarga istana padanya. Ia diusir dari istana tanpa membawa apa-apa kecuali tiga orang puteranya. Kemudian ketiga anaknya itu dititipkan pada seorang sahabatnya yang terpercaya. Ia sendiri lalu masuk Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan giat menjalankan berbagai kegiatan amal kepada orang-orang miskin dan anak-anak yatim-piatu. Ia mengakhiri hidupnya sebagai hamba Tuhan yang setia dan wafat di Marburg, Jerman pada tanggal 17 Nopember 1231, dalam usia 24 tahun. Banyak sekali terjadi mujizat berkat perantaraannya.
Pada tahun 1235, empat tahun setelah kematiannya, ia sudah dinyatakan ‘kudus’ berkat permohonan dari orang-orang yang mengenal baik dia dan semua kebajikan yang dilakukannya semasa hidupnya. Tak ketinggalan di antara orang-orang itu, bapa pengakuannya, yang sungguh mengagumi kepribadian dan karyanya. Elisabeth adalah seorang ibu yang memberi teladan hidup yang luar biasa kepada para ibu rumah tangga. Ia diangkat menjadi pelindung kudus karya-karya sosial.

Santo Gregorius Thaumaturgos, Uskup dan Pengaku Iman
Gregorius Thaumaturgos atau Gregorius Pembuat Mujizat berasal dari Neokaisarea (Turki). Ia lahir pada tahun 213 dan meninggal dunia di tanah kelahirannya pada tahun 268. Ia dikenal luas karena mujizat-mujizatnya dan usahanya menyebarkan agama Kristen di dunia Timur.
Putera bangsawan kafir ini adalah seorang ahli hukum. Suatu ketika ia bermaksud pergi ke Beirut, Lebanon untuk mempraktekkan keahliannya di bidang hukum. Dalam perjalanannya ke kota itu, ia singgah di Kaisarea, Israel. Di sana, ia ditobatkan menjadi Kristen oleh Origenes (185-254), seorang ahli Kitab Suci kenamaan di kota itu. Peristiwa ini membuatnya tidak lagi bersemangat untuk meneruskan perjalanannya ke Beirut. Ia selanjutnya tinggal di Kaisarea selama beberapa tahun sambil belajar pada Origenes.
Pada tahun 238, ia kembali ke Neokaisarea. Di sana ia ditahbiskan menjadi uskup kota itu. Pada masa itu orang Kristen sangat sedikit. Sebagian besar penduduk kota itu masih kafir.  Gregorius dalam kedudukannya sebagai uskup berjuang keras untuk memperbanyak jumlah orang Kristen. Kemampuannya yang luar biasa dalam berkotbah sangat mendukung usahanya itu. Ia berhasil menarik banyak orang kafir menjadi Kristen. Karya-karya amalnya kepada orang-orang miskin dan sakit, yang diperkuat dengan banyak mujizat, seperti menyembuhkan orang-orang sakit dengan doa-doanya, semakin memikat hati orang-orang kafir pada agama Kristen.
Pada tahun 250, Keuskupan Neokaisarea menderita pengejaran dan penganiayaan yang diperintahkan Kaisar Gaius Decius. Tak lama kemudian keuskupan itu pun dilanda wabah penyakit dan serangan suku bangsa Goth. Kendatipun tertimpa berbagai penderitaan, orang-orang Kristen Neokaisarea di bawah bimbingan uskupnya tetap berpegang teguh pada imannya. Ketika Gregorius wafat pada tahun 268 hanya ada 17 orang kafir di kota itu.

Santo Gregorius dari Tours, Uskup dan Pengaku Iman
Gregorius lahir di Auvergne, Prancis pada tahun 538 dan meninggal dunia di Tours pada tahun 594. Ia terkenal sebagai seorang uskup abad keenam sekaligus penulis dan sejarawan kenamaan yang memperkaya kasanah budaya di Tours. Dengan berbagai usahanya ia berhasil mengembangkan kota itu menjadi salah satu pusat kekristenan di Prancis Tengah. Keluarganya yang campuran Prancis-Roma itu menempatkan banyak anggotanya dalam kedudukan-kedudukan terhormat di dalam masyarakat dan di dalam Gereja. Namanya sejak kecil ialah Gregorius Florentius; nama Gregorius dikenakannya sebagai kenangan akan seorang neneknya yang menjadi uskup di Langers.
Sepeninggal Euphronius, saudara sepupunya pada tahun 573, Gregorius menggantikan dia sebagai Uskup Tours. Sebagai Uskup kota itu, Gregorius adalah petinggi Gereja yang paling penting yang harus menghadapi bangsa Frank, yang menguasai wilayah itu termasuk Tours. Konsepnya tentang Gereja sebagai suatu kekuatan politik dan kebudayaan mengawetkan sistim depotisme dan sikap tak bertanggungjawab dari kebanyakan Pangeran Frank.
Bukunya ‘De Cursibus Ecclesiasticis’ ditulis untuk menyanggupkan kaum rohaniwan – dengan dasar-dasar astronomi – mengenal waktu dengan mengamati bintang-bintang. Studi ini menolong mereka dalam hal pengaturan waktu terutama dalam kaitan dengan kewajiban-kewajiban membaca dan berdoa pada malam hari. Gaya penulisannya sangat sederhana; ia dengan tangkas menghindari uraian-uraian yang fantastis yang menandai hampir semua karya ilmu pengetahuan pada masa itu. Kecuali itu, ia juga menulis tentang riwayat hidup Santo Martinus dari Tours (315-399) dan Santo Yulianus dari Brioude, yang hidup pada abad ketiga, dan menyusun satu koleksi karya para orang kudus dan martir Prancis.
Karyanya yang terbesar ialah 10 buah buku Sejarah Bangsa Prancis. Dua buku pertama berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari penciptaan sampai tahun 511. Buku ketiga dan keempat menguraikan secara ringkas Sejarah Kerajaan Frank sampai tahun 573. Sedangkan enam buku berikutnya merupakan suatu kumpulan kronik tentang peristiwa-peristiwa dari 573 – tahun di mana Gregorius menjadi uskup – sampai tahun 591.
Gregorius lebih menonjol sebagai seorang pencerita dengan gaya bahasa yang hidup daripada seorang sejarawan objektif. Ia memberikan suatu gambaran yang hidup tentang keadaan suatu masyarakat, dengan lebih memberi tekanan kuat pada hal-hal yang menakjubkan dari suatu peristiwa yang diuraikannya. Kemampuannya yang paling menonjol terlihat di dalam kemampuan melukiskan perangai tokoh-tokoh yang berperan di dalam suatu peristiwa. Kisahnya tentang peristiwa permandian Raja Clovis dan pengikut-pengikutnya pada tahun 496 adalah sebuah cerita klasik yang sangat menarik. Tokoh-tokoh dinasti Meroving dari Prancis seperti Clotaire I, Chilperic I, Guntram, Ratu Fredegund, dan anggota-anggota lainnya digambarkan dengan begitu hidup dibarengi suatu pemahaman yang tinggi.
Seperti sejarawan-sejarawan lainnya, cerita-ceritanya mempunyai akurasi dan daya tarik yang tinggi seolah-olah dia sendiri mengalaminya. Cerita merupakan suatu kekayaan abad keenam dalam bidang sejarah politik dan sosial. Buku Sejarah Bangsa Prancis yang ditulisnya dipakai oleh Santo Bede, Paul Deacon dan sejarawan lainnya dari abad ketujuh dan kedelapan. Buku itu mempunyai nilai sejarah yang tinggi sebagai satu sumber informasi primer tentang Zaman Meroving dari Sejarah Prancis. Tanpa buku itu asal-usul monarki itu tak dikenal oleh ahli-ahli zaman sekarang.

Santo Dionisius Agung, Uskup dan Pengaku Iman
Beliau adalah Uskup Aleksandria, Mesir dan seorang katekis yang termasyhur. Ia terpaksa mengungsi beberapa kali ke gurun pasir Lybia karena penganiayaan yang terjadi atas umat Kristen di dalam keuskupannya. Dionisius dikenal bersikap lunak terhadap orang-orang Kristen yang murtad dalam masa penganiayaan tetapi bertobat kembali ke pangkuan Bunda Gereja. Dalam zaman yang sulit itu ia amat rajin menguatkan iman umatnya.

Diambil dari:
https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/

Leave a Reply

*

captcha *