Senin, 25 Mei 2015

 

PF S. Maria Magdalena de Pazzi, Perawan
PF S. Gregorius VII, Paus
PF S. Beda, Imam dan Pujangga Gereja


Bacaan Pertama
Sir 17:24-29

“Bertobatlah kepada Tuhan dan hentikanlah dosamu.”

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Bagi orang yang menyesal Tuhan membuka jalan kembali.
Tuhan menghibur mereka yang kehilangan ketabahan.

Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah dosamu,
berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina.
Kembalilah kepada Yang Mahatinggi
dan berpalinglah dari dunia yang durjana,
dan hendaklah sangat membenci kepada kekejian.

Siapa gerangan di dunia orang mati memuji Yang Mahatinggi
sebagai pengganti orang yang hidup?
Siapakah gerangan mempersembahkan pujian di sana?
Dari orang mati lenyaplah pujian,
seperti dari yang tiada sama sekali.
Sedangkan barangsiapa hidup dan sehat, ia memuji Tuhan.
Alangkah besarnya belas kasihan serta pengampunan Tuhan
bagi semua yang berpaling kepada-Nya!

Demikianlah sabda Tuhan.

—————————————————————————————
Mazmur Tanggapan
Mzm 32:1-2.5.6.7,R:11a

Refren: Bersukacitalah dalam Tuhan dan bersorak-sorailah, hai orang jujur.

*Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni,
dan dosa-dosanya ditutupi!
Berbahagialah orang
yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan,
dan tidak berjiwa penipu!

*Akhirnya dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu
dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan;
aku berkata “Aku akan menghadap Tuhan.”
Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.

*Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu,
selagi ditimpa kesesakan;
kendati banjir besar terjadi,
ia tidak akan terlanda.

*Engkaulah persembunyian bagiku, ya Tuhan!
Engkau menjagaku terhadap kesesakan
Engkau melindungi aku,
sehingga aku luput dan bersorak.

—————————————————————————————
Bait Pengantar Injil
2Kor 8:9

Yesus telah menjadi miskin sekalipun Ia kaya,
supaya kalian menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya.

—————————————————————————————
Bacaan Injil
Mrk 10:17-27

“Juallah apa yang kau miliki, dan ikutlah Aku.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada suatu hari Yesus berangkat meneruskan perjalanan-Nya.
Maka datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia
dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya,
“Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Yesus berkata kepadanya, “Mengapa kaukatakan Aku baik?
Tak seorang pun yang baik selain Allah!
Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah:
Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri,
jangan mengucapkan saksi dusta dan jangan mengurangi hak orang,
hormatilah ayahmu dan ibumu!”

Kata orang itu kepada Yesus,
“Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”
Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya,
lalu berkata kepadanya, “Hanya satu lagi kekuranganmu:
Pergilah, juallah apa yang kaumiliki,
dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin.
Maka engkau akan memperoleh harta di surga.
Kemudian datanglah ke mari, dan ikutlah Aku.”

Mendengar perkataan Yesus,
orang itu menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih,
sebab banyaklah hartanya.
Lalu Yesus memandang murid-murid di sekeliling-Nya
dan berkata kepada mereka,
“Alangkah sukarnya
orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Murid-murid tercengang mendengar perkataan-Nya itu.
Tetapi Yesus menyambung lagi,
“Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum
dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Para murid semakin gempar
dan berkata seorang kepada yang lain,
“Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?”
Yesus memandang mereka dan berkata,
“Bagi manusia hal itu tidak mungkin,
tetapi bukan demikian bagi Allah.
Sebab bagi Allah segala sesuatu adalah mungkin!”

Demikianlah sabda Tuhan.

—————————————————————————————
Renungan Injil
Sedih juga ketika membaca apa yang dikatakan Yesus pada Bacaan Injil hari ini, “Tak seorang pun yang baik selain Allah!”
Waduh, selain Allah tidak ada yang baik?
Artinya saya dan orang lain juga tidak baik?
Saya berharap membacanya seperti ini, “”Tak seorang pun yang baik selain yang berasal Allah!”
Setidaknya masih ada kesempatan bagi saya untuk menjadi baik.
Tetapi saya menjadi terhibur karena jawaban Yesus ini,  “Mengapa kaukatakan Aku baik? ”

Nampaknya Yesus ingin menyampaikan bahwa baik menurut kacamata dunia masih belum cukup.
Tidak membunuh, tidak bezinah, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak merampas hak orang lain, atau menghormati orangtua, belum cukup untuk menjadikan diri kita baik.
Kita mesti menggunakan ukuran dan takaran yang telah ditentukan Allah, bukan yang ditentukan oleh manusia.

Kita baru dapat dikatakan baik menurut kacamata Allah kalau kita mengasihi Allah dan sesama manusia, berbuat baik kepada setiap orang yang baik mau pun yang jahat, mengampuni orang yang bersalah kepada kita, serta rela berkorban demi Allah dan orang lain, termasuk menjual seluruh harta milik kita dan membagi-bagikannya kepada orang lain yang lebih memerlukan.
“Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Jika kita masih saja berpikiran yang sama seperti para murid Yesus itu, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” maka kita akan menjadi pesimis dan bahkan skeptis, lalu tak lagi meyakini bahwa bagi Allah segala sesuatu adalah mungkin.
Padahal sudah ada banyak sekali contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang kaya yang dermawan dan selalu membantu orang yang membutuhkan pertolongan, hartanya tak habis-habis tuh, bahkan semakin bertambah-tambah saja.
Rupanya benarlah apa yang dikatakan Yesus, “Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”     [Mat 25:29]

Sementara ada orang kaya lainnya, yang juga berderma tetapi dengan memanggil wartawan supaya diberitakan, minta diumumkan di gereja saat misa, atau minta namanya dicantumkan dalam buku, dan akan marah kalau namanya tak disebut dalam ucapan terimakasih saat sambutan.
Orang seperti ini dinilai baik menurut ukuran dunia, tetapi tidak menurut ukuran Allah, karena ia sedang menolong dirinya sendiri memenuhi kehausannya akan kemuliaan atau kehormatan diri, sementara menurut ukuran Allah, siapa yang mau melayani dan menjadi seperti anak kecil maka dialah yang terbesar di dalam kerajaan Surga.

—————————————————————————————
Peringatan Orang Kudus
Santo Gregorius VII, Paus dan Pengaku Iman
Saat terakhir kehidupan Gregorius dijalani di tempat pengasingan. Ia meninggal dunia di Salerno, Sisilia pada tanggal 25 Mei 1085. Ia seorang pencinta keadilan dan perdamaian. Hal ini dapat disimak dari kata-katanya yang terakhir sebelum ajalnya: “Aku telah mencintai keadilan dan perdamaian dan membenci kelaliman. Karena itu aku meninggal di pengasingan”.
“Mencintai keadilan dan perdamaian dan berjuang untuk menegakkannya demi kebaikan Gereja” adalah warna dasar seluruh kehidupan Gregorius. Hildebrand, nama kecil Gregorius VII, lahir di Toskania, Italia Tengah pada tahun 1020 dari sebuah keluarga sederhana. Setelah menjadi rahib di sebuah biara Ordo Benediktin di luar negeri, ia dikirim belajar di biara Santa Maria di Roma. Karena kemampuan dan prestasinya sungguh luar biasa, ia dipindahkan ke Schola Cantorum, sebuah sekolah ternama di Roma. Di sini ia dibimbing oleh Yohanes Gratian, seorang imam yang menjadi Paus pada tahun 1045, dengan nama “Gregorius VI”. Oleh Gregorius VI, Hildebrand diangkat menjadi Sekretaris Pribadi. Tetapi kemudian dalam Konsili Sutri pada tahun 1046 yang diprakarsai oleh Kaisar Jerman Henry III, Gregorius VI (1045-1046) – pengganti Paus Benediktus IX – dipaksa meletakkan jabatannya sebagai Paus karena dituduh melakukan praktek Simonia (= membeli jabatan Paus dengan uang). Sebagai gantinya, Konsili memilih Klemens II (1046-1047).
Setelah pemecatannya, Gregorius VI meninggalkan kota Roma dan mengungsi ke pegunungan Alpen ditemani oleh Hildebrand. Dari tempat pengungsian itu, Hildebrand pergi ke Jerman. Di sana ia menjalin hubungan erat dengan Uskup Bruno dari Toul. Bersama Uskup Bruno, ia ikut aktif membaharui kehidupan Gereja. Tatkala Uskup Bruno terpilih menjadi Paus (Paus Leo IX, 1049-1054), Hildebrand menemaninya ke Roma. Di sana ia ditahbiskan menjadi Diakon Agung, suatu jabatan penting yang bertugas mengurus hubungan Takhta Suci dengan negara-negara lain. Selain itu, ia dipercayakan jabatan sebagai pengawas keuangan kepausan. Sebagai rekan kerja terdekat Paus Leo IX, Hildebrand turut aktif melaksanakan berbagai program pembaharuan hidup menggereja.
Situasi Gereja pada masa itu sangat memprihatinkan. Berbagai kebiasaan buruk merajalela di kalangan raja-raja dan kaisar. Mereka tanpa segan-segan turut campur tangan dalam urusan-urusan yang sebenarnya menjadi urusan intern Gereja. Sering terjadi praktek pelantikan Imam dan Uskup dilakukan oleh raja atau kaisar, hanya karena dipandang dapat memberikan keuntungan kepada kerajaan atau kekaisaran. Jabatan Imam atau Uskup bahkan Paus dapat dibeli dengan uang. Soal kelayakan pribadi tidak diperhitungkan sama sekali. Kecuali itu, imam­imam pun tidak menghayati imamatnya dengan baik. Karya pembaharuan Gereja digalakkan untuk melenyapkan berbagai praktek itu.
Keberhasilan awal dari usaha Hildebrand diperolehnya di biara Santo Paulus di Roma. Dengan pengaruhnya yang besar ia berhasil mengembalikan citra kehidupan imamat di antara imam-imam yang hidup di dalam biara itu. Umat di Roma mulai bangkit lagi dengan semangat baru untuk menghayati imannya secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu, ketika Leo IX rneninggal dunia, orang-orang Roma dengan suara bulat memilihnya menjadi pengganti Leo IX. Tetapi Hildebrand yang ketika itu sedang bertugas di Prancis segera meminta agar umat memilih saja orang lain. Ia sendiri pun berjuang untuk mengangkat Gebhard, Uskup kota Eichstadt sebagai pengganti Leo IX. Pada tahun 1055, Gebhard menjadi Paus dengan nama Viktor II (1055-1057). Sepeninggal Viktor II (1057), Frederick dari Monte Casino diangkat menjadi Paus dengan nama Stefanus IX (1057-1058). Setahun kemudian ia meninggal dunia dan diganti oleh Uskup Gerhard dari Florence dengan nama Nikolas II (1059-1061).
Pada masa kepemimpinan Paus Nikolas II terjadi dua peristiwa penting. Pertama, terbitnya dekrit pembaharuan aturan pemilihan Paus baru. Pemilihan ini sepenuhnya berada dalam tangan para Kardinal, tanpa campur tangan kaisar. Kedua, penandatanganan naskah perjanjian dengan bangsa Normandia yang menguasai Italia Selatan. Kedua peristiwa ini terjadi atas prakarsa Hildebrand, yang menjabat sebagai Diakon Agung. Peraturan baru mengenai pemilihan Paus mulai diterapkan Hildebrand pada waktu pemilihan Paus Aleksander II (1061-1073).
Sepeninggal Aleksander II, peraturan baru itu seolah tidak berlaku. Umat secara spontan dan suara bulat memilih Hildebrand sebagai Paus, mengingat kesalehan hidupnya dan berbagai prestasinya dalam menangani urusan-urusan Gereja. Karena berpegang teguh pada aturan pemilihan yang baru, Hildebrand bersikeras menolak keinginan umat itu. Namun akhirnya ia menerimanya juga karena ketulusan hati umat. la menduduki Takhta Santo Petrus dengan nama Gregorius VII (1073­1085).
Semenjak ia merestui keinginan umat untuk menjadi Paus, berbagai tugas berat yang menuntut penyelesaian segera bermunculan secara beruntun. Program pembaharuan yang telah dijalankannya selama 25 tahun terus dilanjutkan. Ia berjuang keras memberantas berbagai praktek buruk di kalangan awam (kaisar dan raja-raja) dan di kalangan pejabat­pejabat Gereja. Praktek memperjualbelikan jabatan Imam dan Uskup juga diberantasnya. la mengadakan sinode-sinode untuk membicarakan masalah-masalah itu sekaligus untuk mencarikan jalan keluarnya. la menegaskan kepada para Uskup agar tidak lagi membiarkan Gereja Kristus dipermainkan oleh kaum awam yang tidak bertanggungjawab. Ketegasannya dan pelbagai usaha pembaharuannya mendapat perlawanan keras dari kaum awam, terutama kaisar. Di Spanyol, Prancis, terutama di Jerman di bawah kaisar Hendrik IV, para imam dan kaum awam dengan keras menentang kebijaksanaan Gregorius VII. Meskipun demikian Gregorius tak tergoncangkan pendiriannya. Sebaliknya ia mengutus pembantu-pembantunya ke seluruh Eropa dengan kuasa penuh untuk memecat semua imam yang hidup tidak sesuai dengan imamatnya. Demikian juga semua orang yang menjadi imam dengan cara ‘simonia’.
la menerbitkan sebuah dekrit yang dengan tegas melarang kaum awam, termasuk raja-raja dan kaisar untuk terlibat dalam hal pengangkatan pejabat-pejabat Gereja. la mengekskomunikasikan semua imam yang menduduki jabatan suci dengan cara yang tidak benar dan sah menurut aturan Gereja. Bahkan ia memecat beberapa Uskup Saxon dan menggantinya dengan orang-orang pilihannya sendiri. Sebagai reaksi, kaisar Hendrik IV mentahbiskan diakon Teobaldo sebagai Uskup Agung Milan, Italia Utara. Gregorius menentangnya dengan tindakanekskomunikasi.
Pada Misa Malam Natal 1075, Gregorius ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi segera ia dibebaskan oleh umat Roma yang mencintainya. Hendrik segera mengadakan pertemuan dengan Uskup-uskup Jerman di Worms pada tahun 1076. Mereka menuduh Gregorius melakukan berbagai tindakan kriminal dan dengan tegas menyatakan bahwa pengangkatannya sebagai Paus adalah tidak sah. Lebih lanjut mereka mendesak agar Gregorius segera turun dari Takhta Santo Petrus.
Melihat bahwa Hendrik IV telah diekskomunikasikan oleh Gregorius, sejumlah besar Pangeran Jerman membelot dan bangkit melawan Hendrik. Mereka berkumpul di Tribur dan memberhentikan Hendrik sebagai kaisar Jerman. Menyaksikan situasi kacau ini, Hendrik segera mengambil tindakan berani yakni meminta pengampunan Paus. Dengan sejumlah kecil pengikutnya, ia berangkat menuju istana Kanossa, tempat peristirahatan Gregorius. Selama tiga hari, Hendrik berdiri di halaman istana Kanossa, sebagai seorang peniten yang mau bertobat. Mengingat kedudukannya sebagai seorang gembala umat yang berkewajiban mengampuni setiap umatnya yang bertobat, Gregorius akhirnya rela mengampuni Hendrik dan menarik kembali keputusan ekskomunikasinya setelah Hendrik berjanji untuk mentaati aturan-aturan yang ditetapkan Paus dan Hukum Gereja.
Pengampunan ini membebaskan dia dari dosanya sekaligus ancaman para Pangeran. la kembali ke Jerman untuk memulihkan kembali kedudukannya sebagai kaisar. Meski demikian, para Pangeran tidak mengakuinya lagi. Mereka mengangkat Rudolf, seorang Pangeran dari Swabia untuk menduduki takhta kekaisaran. Perang segera berkobar.Rudolf terbunuh dalam perang itu. Dengan demikian Hendrik kembali berkuasa.
Ia lalu kembali kepada perbuatannya, yakni mengangkat kaum awam untuk menduduki jabatan-jabatan Gereja. la mengancam Gregorius dengan mengangkat Guibertus, Uskup Agung Ravenna yang telah diekskomunikasikan Gregorius sebagai Paus tandingan, dengan nama Klemens III (1080-1100). Dan oleh Klemens III, Hendrik dinobatkan sebagai kaisar di Basilik Santo Petrus pada tanggal 31 Maret 1084.
Situasi ini tidak berakhir. Pangeran Robertus Guiscard, seorang sahabat Gregorius dari suku bangsa Normandia di Italia Selatan, berangkat ke Roma dengan kekuatan besar untuk memaksa Hendrik turun dari takhtanya. Dia berhasil mengalahkan Hendrik. Takhta Kepausan Gregorius kembali dipulihkan. Tetapi karena orang-orang Roma tidak suka kepada orang-orang Normandia, maka berkobarlah pertempuran hebat. Menghadapi kekacauan ini, Gregorius mengasingkan diri ke Salerno, Italia Selatan. Di sana ia mengampuni kembali orang-orang yang telah diekskomunikasikannya, kecuali Hendrik IV dan Guibertus. Di sana pula ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 25 Mei 1085.
Gregorius VII, seorang Paus yang besar dan terkenal. Perjuangannya untuk menegakkan martabat Gereja dilanjutkan oleh Paus-paus yang menggantinya.
—————————————————————————————
Santa Magdalena Sofia Barat, Pengaku Iman
Magdalena Sofia Barat (Madeleine Sophiebarat) lahir di Joigny, Burgundy, Prancis pada tanggal 12 Desember 1779. Di bawah bimbingan seorang kakaknya yang sudah menjadi imam, Magdalena dididik secara ketat dengan disiplin dan latihan-latihan matiraga. Pendidikan ini terasa sangat berat untuk seorang wanita yang masih muda belia. Namun itulah yang kiranya menjadi persiapan baik bagi Magdalena menuju keberhasilannya di masa depan.
Padu waktu itu, Varin, Pastor Paroki setempat memulai pembangunan sebuah perkumpulan yang mengabdikan diri secara khusus pada karya pendidikan bagi putri-putri. Perkumpulan ini menjadi bagian dari Serikat Yesus, dan dipersembahkan kepada perlindungan Hati Yesus yang Mahakudus. Ketika perkumpulan ini mulai berjalan, Magdalena bersama tiga orang kawannya mendaftarkan diri sebagai anggota pertama. Pada tahun berikutnya, keempat putri ini memulai kehidupannya di dalam perkumpulan itu sebagai postulan.
Setelah mendapat pendidikan intensif, Magdalena diutus ke kota Amiens untuk mengajar di sebuah sekolah yang ada di sana. Tugasnya sebagai guru dijalankannya dengan sangat baik. Dalam waktu singkat, ia mendirikan sebuah biara di kota itu. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, meskipun usianya masih tergolong muda sekali, yaitu 23 tahun. Kepribadiannya yang menarik, kesalehan dan kebijaksanaannya membuat dia mampu membina biara ini dengan sukses. Magdalena memang seorang pemimpin yang penuh semangat dalam karya pengabdiannya. Pada usianya 26 tahun, ia mengumpulkan dan membina sekelompok guru yang bercita-cita membangun kembali Pendidikan Katolik bagi putri-putri, yang sudah tidak berjalan karena Revolusi Prancis.
Dalam waktu singkat kelompok guru yang tergabung di dalam Kongregasi Suster Hati Kudus (Sacre Coeur) ini menyebar ke seluruh Prancis untuk menjalankan misinya di bidang pendidikan bagi putri­putri. Magdalena sebagai pemimpin mendampingi suster-susternya dengan bijaksana dan penuh keberanian. Ia membimbing mereka sebagai pemimpin selama 63 tahun dengan hasil yang sangat memuaskan. Banyak sekolah dibukanya di banyak tempat. Di antara sekolah-sekolah itu, ada satu sekolah yang dikhususkan untuk menampung anak-anak dari biara Visitasi yang ada di Grenonle. Dari antaranya terdapat orang-orang penting seperti: BI Philippine Duchesne yang kemudian menyebarkan biara itu ke Amerika pada tahun 1818.
Kongregasi Hati Kudus ini kemudian mendapat pengakuan dan pengesahan dari Sri Paus Leo XII (1878-1903) pada tahun 1826. Pada tahun 1830, novisiatnya di Piters ditutup karena revolusi yang terjadi di negeri itu. Sebagai gantinya Magdalena mendirikan sebuah novisiat di Swiss.
Dalam kepemimpinannya, Magdalena senantiasa menyemangati para susternya untuk mencari kemuliaan Tuhan Yesus dengan bekerja keras menyucikan jiwa-jiwa. Semboyannya ialah “Memikul penderitaan untuk diri sendiri dan tidak membuat orang lain menderita”. Kebaktiannya yang mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus membuat hatinya sendiri tetap tenang sampai hari kematiannya di Paris pada tanggal 21 Mei 1865. Sampai wafatnya, ia telah mendirikan lebih dari 100 biara dan sekolah di 12 negara.

—————————————————————————————
Santo Beda, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja
Beda, yang bergelar “Venerabilis” lahir di Inggris kira-kira pada tahun 672. Pada usia 7 tahun, ia masuk biara Benediktin di Wearmouth, Inggris Utara di bawah pimpinan Abbas Benediktus Biscop. Kemudian, dari sana ia dipindahkan ke biara Santo Paulus di Jarrow sambil mengadakan kunjungan-kunjungan singkat ke Lindisfarne dan York. Pada umur 19 tahun ia ditahbiskan menjadi diakon dan pada tahun 704 ia ditahbiskan menjadi imam. la tetap berkarya di Jarrow dan terus melanjutkan kunjungan-kunjungan ke Lindisfarne dan York.
Kesucian, kepandaian dan kehalusan budinya membuat banyak orang tertarik kepadanya, dan rela menjadi muridnya. Hidupnya dipusatkan pada Ofisi Suci, studi, mengajar dan menulis. Dalam bidang studi, mengajar dan menulis, ia jauh lebih unggul dari rekan-rekannya yang lain. Berbagai pokok iman ditulisnya dan dipelajari di biara-biara. Pengaruhnya terasa sekali dalam sekolah-sekolah biara pada Abad Pertengahan. Buku-bukunya dipakai sebagai buku standar bagi pendidikan di biara-biara. Ia menulis berbagai buku ilmu pengetahuan antara lain: Fisika, sebuah buku tentang Waktu/Tarikh. Ia mempopulerkan ide penanggalan peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah Masehi, meskipun beliau bukanlah pencetusnya.
Karyanya yang terbesar ialah komentar-komentarnya tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Beliau sendiri menganggapnya sebagai sumbangannya yang terbesar bagi Gereja. Pendekatannya terhadap Kitab Suci umumnya bersifat allegoris, walaupun ketika itu ia menempatkan tafsiran allegoris dan literer secara sejajar. Karyanya diwarnai oleh ortodoksinya dalam teologi dan dalam penggunaan bahasa Latin­nya yang klasik. Dalam penggunaan sumber-sumber untuk buku-bukunya, ia menambahkm komentar-komentarnya dan penelitiannya sendiri hingga karya-karya teologisnya tidak semata-mata merupakan kompilasi tetapi merupakan ungkapan pikiran dan kepribadiannya.
Santo Beda dikenal sebagai pintu masuk dalam Sejarah Gereja Inggris. Ia adalah kebanggaan orang Katolik Anglosakson dan satu-satunya Sarjana Gereja yang berkebangsaan Inggris. Karya-karyanya yang cemerlang tentang Ilmu Pengetahuan dan tentang Kitab Suci membuat dia digelar sebagai Pujangga Gereja. Ia meninggal dunia pada tahun 735.

—————————————————————————————
Santa Maria Magdalena de Pazzi, Perawan
Maria Magdalena lahir di Florence pada tanggal 2 April 1566.  Magdalena adalah anak tunggal dari sebuah keluarga terkemuka di kota yang makmur dan indah itu. Semasa mudanya, tingkah lakunya menampakkan suatu keistimewaan. la berbudi halus dan memiliki pikiran yang tajam.
Pada umur 10 tahun, pada Pesta Khabar Malaekat ia menerima Komuni pertama dan oleh Bapa Pengakuannya ia diperbolehkan menerima Komuni Suci setiap hari. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Ia selalu memberitahukan orangtuanya apabila ingin mengikuti perayaan Misa Kudus. Kebiasaannya ini lama kelamaan melahirkan dalam dirinya keinginan untuk mempersembahkan diri seutuhnya hanya kepada Yesus. Ia ingin hidup demi Yesus saja.
Keputusannya ini sungguh mengecewakan orangtuanya. Karena dengan demikian keluarga bangsawan itu tidak lagi mempunyai keturunan. Meskipun demikian kedua orangtuanya patuh pada kehendak Allah. Mereka yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana yang baik pada mereka. Pada tahun 1582 Magdalena masuk biara Karmel “Maria Ratu pada Malaekat”.
Magdalena sengaja memilih biara ini karena ia tahu bahwa di sana ia dapat rnenerima Komuni Suci setiap hari. Di dalam biara itu, Magdalena dengan sepenuh hati menaati semua peraturan biara dan menaati pimpinan biara. Ia mempunyai keyakinan bahwa tak satu pun peraturan dari tarekatnya tidak dikehendaki Roh Kudus. Ia tidak suka mengecualikan dirinya dalam menjalankan tapa dan pantang, kecuali hal itu diperintahkan oleh Tuhan. la sering mengalami penglihatan ajaib di mana Yesus mengajarinya tentang kediaman ilahi dalam hatinya demi menguatkan dia apabila dia ditimpa percobaan.
Suatu waktu datanglah berbagai cobaan dan sengsara menimpa dirinya. Selama lima tahun ia menanggung banyak penderitaan karena ditimpa berbagai jenis penyakit, siksaan batin yang berat dan lain-lainnya. Saat-saat itu, Magdalena benar-benar merasakan apa yang pernah dialami Yesus di atas salib ketika Allah Bapa seolah-olah meninggalkan Dia. Tatapi Magdalena tetap dengan tabah menjalani dan menanggung semuanya itu. Semboyannya ialah: “Bukan kematian, melainkan penderitaan”. Memulihkan dosa-dosa, baik dosa pribadi maupun dosa-dosa seluruh umat manusia adalah cita-citanya yang utama. Sambil turut menanggung derita bersama Kristus, Magdalena ingin mengenakan pemulihan Penebus kepada manusia.
la tetap seorang suster yang rendah hati meskipun ia dianugerahi banyak karunia luar biasa. Pada Pesta Pentekosta tahun 1590, malam gelap yang penuh penderitaan itu habis dan ia dipilih menjadi pemimpin Novisiat hingga dua kali sampai dia diangkat menjadi pemimpin biara. Pada tahun 1607, Magdalena meninggal dunia setelah menderita penyakit yang berbahaya.

 

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

 

Leave a Reply

*

captcha *