Selasa, 26 Mei 2015

PW S. Filipus Neri, Imam

——————————————————————————————-
Bacaan Pertama
Sir 35:1-12

“Mentaati perintah Tuhan sama dengan kurban keselamatan.”

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Memenuhi hukum Tuhan itu
sama dengan mempersembahkan banyak kurban,
dan memperhatikan segala perintah Tuhan itu
sama dengan mempersembahkan kurban keselamatan.
Membalas kebaikan hati orang
sama dengan mempersembahkan kurban sajian,
dan memberikan derma sama dengan menyampaikan kurban syukur.
Yang direlai oleh Tuhan ialah menjauhi kejahatan,
dan menolak kelaliman itu sama dengan kurban penghapus dosa.

Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan kosong,
sebab semuanya wajib menuruti perintah Tuhan.
Persembahan orang jujur melemaki mezbah,
dan harumnya sampai ke hadapan Yang Mahatinggi.
Tuhan berkenan akan kurban orang yang jujur,
dan takkan melupakannya.

Muliakanlah Tuhan dengan kemurahan,
dan buah bungaran di tanganmu janganlah kausedikitkan.
Bawalah pemberianmu dengan muka riang,
dan dengan suka hati sertakanlah bagian sepersepuluh
menjadi barang kudus.
Berikanlah kepada Yang Mahatinggi
sesuai dengan apa yang diberikan-Nya kepadamu:
itupun harus dengan murah hati dan seturut penghasilanmu.
Sebab Tuhan pasti membalas,
dan akan membalas engkau tujuh kali lipat.

Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab Ia tidak akan terima!
Jangan menaruh harapan pada kurban kelaliman.
Sebab Tuhan adalah hakim yang tidak memihak.

Demikianlah sabda Tuhan.

——————————————————————————————-
Mazmur Tanggapan
Mzm 50:5-6.7-8.14.23,R:23b

Refren: Orang yang jujur jalannya,
akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.

*Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi,
yang mengikat perjanjian dengan Daku,
perjanjian yang dikukuhkan dengan kurban sembelihan!”
Maka langit memberitakan keadilan-Nya:
Allah sendirilah Hakim!

*Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman!
Dengarkanlah, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu:
Akulah Allah, Allahmu!
Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum,
sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku!

*Persembahkanlah syukur sebagai kurban kepada Allah,
dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban,
ia memuliakan Daku;
dan siapa yang jujur jalannya,
akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah!

——————————————————————————————-
Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

——————————————————————————————-
Bacaan Injil
Mrk 10:28-31

“Sekalipun disertai penganiayaan,
pada masa ini juga kalian akan menerima kembali seratus kali lipat,
dan dimasa datang menerima hidup yang kekal.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Setelah Yesus berkata
betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah,
berkatalah Petrus kepada Yesus,
“Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu
dan mengikuti Engkau.”

Maka Yesus menjawab,
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu,
barangsiapa meninggalkan rumah,
saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya,
pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat:
rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu,
anak dan ladang,
sekalipun disertai berbagai penganiayaan;
dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal.

Tetapi banyak orang yang terdahulu
akan menjadi yang terakhir,
dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Demikianlah sabda Tuhan.

——————————————————————————————-
Renungan Injil
Mengikuti Yesus itu ada upahnya.
Yesus sendiri berkata, “Seorang pekerja patut mendapat upahnya.”
Bagi mereka yang meninggalkan rumah, keluarga dan lain sebagainya, lalu mengikuti Yesus, maka ia akan menerima seratus kali lipat di masa ini, dan di masa datang menerima hidup yang kekal.

Besaran upah yang diterima tidak sama untuk orang yang satu dengan yang lainnya.
Pada perumpamaan tentang para pekerja yang bekerja di ladang anggur menerima upah yang sama meskipun jam kerja mereka berbeda-beda.
Yang bekerja lebih lama, menyangka akan menerima upah lebih banyak, tetapi menjadi kecewa karena upahnya sama dengan yang bekerja lebih sedikit.
Kekecewaan itu ditanggapi begini, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”

Sekali pun upah yang diterima tidak sama, namun perlu dicatat bahwa Tuhan tidak mengurangi apa yang telah dijanjikannya, tetapi bisa jadi memberi lebih daripada itu kepada yang seorang dan memberi cukup kepada yang lain, tetapi tidak ada yang menerima kurang.

Terhadap para pengikut sebagaimana yang dikisahkan pada Bacaan Injil hari ini, Yesus akan memberikan seratus kali lipat dari apa-apa yang ditinggalkannya, tidak kurang tetapi bisa saja lebih dari seratus kali lipat.

Tetapi tentu, mengikuti Yesus bukan semata-mata karena upah itu, melainkan karena Tuhan itu sangat baik maka kita pun mengasihi-Nya, yakni dengan jalan mematuhi kehendak-Nya.
Kalau mengasihi orang yang telah berbuat baik saja kita tidak bisa, mana bisa kita mengasihi orang yang tidak berbuat baik?

——————————————————————————————-
Peringatan Orang Kudus
Santo Philipus Neri, Pengaku Iman
Riwayat hidup Philipus ini menggembirakan karena sifat dan kepribadiannya yang menarik. Pippo Buono, yang berarti Pippo yang Baik adalah nama panggilan Philipus semasa kecilnya. Ia lahir di Florence dari sebuah keluarga Notaris. la mendapat pendidikan yang baik terutama dalam Sastera Latin.
Pada tahun 1534 ia tiba di Roma. Ia bermaksud melanjutkan perjalanannya ke India tetapi Allah memilihnya menjadi Rasul Kota Abadi itu. Philipus yang pada waktu itu masih berstatus awam memberikan pengajaran kepada beberapa orang anak untuk memperoleh sedikit biaya hidup. Karyanya ini membuat banyak orang mengenal dia terutama di kalangan para pemuda. Banyak pemuda diundangnya ke rumahnya. Di sana mereka berdiskusi, menyanyi, berdoa dan kadang-kadang berlatih pidato singkat mengenai sesuatu pokok masalah tertentu. Pada mulanya tidak terlintas keinginan untuk membentuk suatu perkumpulan tetap. Tetapi kemudian mereka berkeputusan untuk membentuk suatu perkumpulan di bawah perlindungan suci Bunda Maria. Mereka hidup bersama dalam satu rumah tanpa mengikrarkan kaul-kaul.
Setelah Philipus Neri ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1551, perkumpulan ini berkembang meluas ke seluruh kota Roma. Philipus terus meningkatkan pelayanan kepada pemuda-pemuda itu. Kini ia menuntut agar para muridnya benar-benar menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. la tidak mengharapkan banyak dari para muridnya, kecuali keterarahan hatinya kepada Tuhan saja. Meskipun demikian perkumpulannya tidak terlalu keras.
Philipus Neri bukanlah seorang pemulih ketertiban, bukan juga seorang teolog kenamaan atau seorang politikus. Ia orang biasa, tetapi hidupnya merupakan rentetan mujizat yang tak henti-hentinya. Tidaklah jarang ia mengalami ekstase. Ia dapat membaca suasana batin orang lain dan mengenal rahasia-rahasia pribadi orang. Ia dapat meramalkan masa depan seseorang dan apa yang akan terjadi atas dirinya. Untuk menyembuhkan seseorang dari sakitnya, cukuplah ia menyentuh orang itu. Demikian juga semua orang yang gelisah dan susah hatinya karena berbagai masalah.
Beliau tetap riang-gembira, jujur, ramah kepada setiap orang. Ia memberi semangat dan harapan kepada orang-orang di sekelilingnya dengan kepercayaan, cinta kasih dan kegembiraannya, sehingga banyak orang terhibur karenanya. Setiap hari tempat pengakuannya dikerumuni oleh banyak orang, bahkan Kardinal-kardinal pun datang meminta nasehat dan bimbingannya.
Ia dijuluki ‘Pelopor anti Reformasi’. Pada tanggal 26 Mei 1595 Philipus meninggal dunia dalam usia 80 tahun. la dihormati Gereja sebagai Rasul kota Roma.
——————————————————————————————-
Santa Mariana dari Quito, Pengaku Iman
Mariana de Paredes Y. Flores yang dijuluki “Bunga Lili dari Quito” lahir di Quito, Ekuador pada tahun 1618.  Ayahnya seorang bangsawan kaya raya Spanyol. Tetapi sayang sekali bahwa semenjak kecilnya, Mariana sudah ditinggal mati kedua orangtuanya. Hidupnya ditanggung oleh seorang kakaknya perempuan yang sudah berumah tangga.
Meski hidup sebagai anak yatim-piatu, Mariana memiliki suatu keistimewaan adikoderati. Semenjak kecilnya, ia sudah menaruh minat besar pada hal-hal kerohanian dan kehidupan bakti kepada Tuhan. la rajin sakali berdoa dan mengikuti perayaan Misa Kudus. Sebelum batas waktu untuk menerirna Komuni Suci seperti ditentukan aturan Gereja, ia sudah diperkenankan oleh Pastor Paroki untuk menerima Komuni Suci. Ketika berusia 12 tahun, ia mengatakan kepada kakaknya niatnya untuk membentuk sebuah perkumpulan untuk mempertobatkan bangsa Jepang yang masih kafir. Niat luhur ini gagal. Sebagai gantinya, ia berniat lagi menjalani hidup bertapa di daerah pegunungan dekat Quito. Niat ini pun gagal lagi. Kawan-kawannya mendesak dia masuk biara. Namun semuanya ini selalu saja menemui jalan buntu.
Menyaksikan semua kegagalan ini, ia mulai menyadari bahwa Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas dirinya. Tuhan lebih menghendaki agar dia tetap tinggal di rumah kakaknya sambil menjalani hidup menyendiri dalam semangat kemiskinan, matiraga dan doa-doa. Untuk itu dengan bantuan kakaknya, ia membangun sebuah gubuk sederhana guna melaksanakan rencana Tuhan itu di bawah bimbingan seorang imam Yesuit sebagai pembimbing rohani dan bapa pengakuan. Dia tidak pergi ke mana-mana kecuali ke Gereja untuk berdoa dan merayakan Misa Kudus.
Matiraganya sangat luar biasa. Hal ini mengkuatirkan banyak orang di sekitarnya, bahkan membuat mereka bertanya-tanya ‘Mengapa Bapa Pengakuannya membiarkan gadis remaja ini menjalani hidup sekeras itu?’ Setiap hari Jumat malam, ia berbaring di dalam sebuah peti mayat seperti layaknya seseorang yang benar-benar mati. Tangan dan kakinya diikatnya dengan rantai. Sementara itu, waktu tidurnya dalam sehari hanya tiga jam saja. Sisa waktunya dipakai untuk melakukan latihan rohani. Cara hidup ini memang aneh di mata kakaknya. Tetapi justru itulah kehendak dan rencana Allah atas dirinya. Sebagai pahalanya, Tuhan mengaruniakan kepadanya kemampuan meramal dan membuat mujizat.
Pada tahun 1645, kota Quito digetarkan oleh gempa bumi yang dahsyat disertai wabah penyakit menular yang ganas. Menghadapi bencana ini, timbullah tekad dalam hatinya untuk mengorbankan diri sebagai tebusan bagi dosa-dosa penduduk kota Quito. Tekad ini disampaikannya secara tegas kepada Tuhan. Gempa dahsyat itu berhenti, demikian pula wabah penyakit menular itu.  Sebagai gantinya, Mariana sendiri jatuh sakit demam komplikasi berat sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1645 dalam usianya 25 tahun. Segenap penduduk kota Quito yang selamat dari bahaya maut itu sangat sedih karena kematian Mariana. Mereka menyebut dia ‘Bunga Lili dari Quito’ karena kesalehan hidupnya di tengah-tengah penduduk kota yang buruk kelakuannya. Ia digelari ‘kudus’ pada tahun 1950.

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *