Selasa, 17 November 2015

17 November 2015

PW S. Elisabet dari Hungaria, Biarawati

_____________________________________________________
Bacaan Pertama
2Mak 6:18-31

“Aku meninggalkan teladan baik,
bila aku dengan sukarela mati demi hukum Taurat yang mulia dan suci.”

Pembacaan dari Kitab Kedua Makabe:

Ada seorang ahli Taurat yang terkemuka, bernama Eleazar.
Ia sudah lanjut usia dan sangat terhormat.
Ia dipaksa membuka mulutnya untuk makan daging babi.
Tetapi ia lebih mengutamakan mati secara terhormat
daripada hidup ternista.
Maka ia memuntahkan daging yang haram itu
dan dengan rela hati menuju ke tempat deraan.
Memang demikianlah seharusnya tindakan orang
yang berani menolak apa yang tidak halal untuk dikecap
kendati secara naluriah ia mencintai hidupya.

Tetapi para pengurus perjamuan kurban yang tak halal itu
telah lama kenal baik dengan Eleazar.
Karena itu mereka menyendirikan Eleazar,
lalu menyuruh dia mengambil daging yang boleh dipakai
dan yang dapat ia sediakan sendiri.
Lalu dari daging itu
cukuplah kalau ia pura-pura makan apa yang dititahkan raja.
Dengan demikian nyawanya akan diselamatkan,
dan ia akan diperlakukan baik demi persahabatan yang lama.
Tetapi Eleazar mengambil keputusan mulia
yang pantas bagi umurnya,
bagi kehormatan usianya,
bagi ubannya yang jernih dan amat mulia,
pantas bagi cara hidupnya yang jernih sejak masa mudanya,
dan terlebih pantas bagi perundang-undangan suci
yang diberikan oleh Allah sendiri.
Dengan tegas ia minta,
supaya segera dikirim ke dunia orang mati saja.
Kata Eleazar, “Berpura-pura tidaklah pantas bagi umur kami,
jangan-jangan banyak pemuda kusesatkan
oleh karena mereka menyangka
bahwa Eleazar yang sudah berumur sembilan puluh tahun
beralih kepada tata cara asing.
Boleh jadi mereka kusesatkan dengan berpura-pura
demi hidup yang pendek dan fana ini.
Selain itu kuturunkan noda dan aib kepada usiaku.
Kalaupun sekarang aku lolos dari dendam pihak manusia,
tetapi tidak mungkin aku melarikan diri
dari tangan Yang Mahakuasa,
baik hidup maupun mati.
Dari sebab itu dengan berpulang sebagai jantan
aku mau menyatakan diri layak bagi usiaku.
Dengan demikian
akupun meninggalkan teladan luhur bagi kaum muda
untuk dengan sukarela mati
bagi hukum Taurat yang mulia dan suci itu.”

Setelah berkata demikian, Eleazar langsung menuju tempat siksaan.
Adapun orang-orang
yang beberapa saat sebelumnya bersikap baik terhadapnya,
sekarang memusuhi dia krena menurut mereka
Eleazar tadi berbicara seperti orang gila.
Sesudah didera sampai hampir mati, Eleazar mengaduh, katanya,
“Bagi Tuhan yang memiliki pengetahuan kudus,
ternyatalah bahwa aku dapat meluputkan diri dari maut
dan bahwa aku sekarang menanggung derita hebat dalam tubuhku
akibat deraan ini.
Tetapi dalam jiwa aku menderita semuanya itu dengan suka hati
karena aku takut akan Tuhan.”

Demikian Eleazar berpulang dan meninggalkan kematiannya
sebagai teladan keluhuran budi
dan sebagai peringatan kebajikan,
tidak hanya bagi kaum muda,
tetapi juga bagi kebanyakan orang dari bangsanya.

Demikianlah sabda Tuhan.

_____________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 3:2-7,R:6b

Refren: Tuhanlah yang menopang aku.

*Ya Tuhan, betapa banyaknya lawanku!
Betapa banyak orang yang bangkit menyerang aku;
banyak orang berkata tentang aku,
“Baginya tidak ada pertolongan dari Allah.”

*Tetapi, Tuhan, Engkaulah perisai yang melindungi aku,
Engkaulah kemuliaanku, Engkaulah yang mengangkat kepalaku!
Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan,
dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus.

*Maka aku dapat membaringkan diri, dan tertidur;
dan kemudian bangun lagi sebab Tuhan menopangku!
Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang
yang mengepung aku dari segala penjuru.

_____________________________________________________
Bait Pengantar Injil
1Yoh 4:10b

Allah mengasihi kita dan telah mengutus Anak-Nya
sebagai silih atas dosa-dosa kita.

_____________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 19:1-10

“Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan melintasi kota itu.
Di situ ada seorang kepala pemungut cukai yang amat kaya, bernama Zakheus.
Ia berusaha melihat orang apakah Yesus itu,
tetapi tidak berhasil karena orang banyak
dan ia berbadan pendek.
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak,
lalu memanjat pohon ara
untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ.

Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata,
“Zakheus, segeralah turun.
Hari ini Aku mau menumpang di rumahmu.”
Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya,
“Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan,
“Tuhan, separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin,
dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang
akan kukembalikan empat kali lipat.”

Kata Yesus kepadanya,
“Hari ini terjadilah keselamatan atas rumah ini,
karena orang ini pun anak Abraham.
Anak Manusia memang datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Demikianlah sabda Tuhan.

_____________________________________________________
Renungan Injil
Zakheus adalah kepala pemungut cukai yang sangat kaya.
Semestinya ia bisa saja menyuruh orang untuk memberi jalan baginya mendekati Yesus, tetapi ia memilih untuk berlari mendahului orang banyak lalu memanjat pohon ara agar bisa melihat Yesus yang akan lewat di situ.
Ia memanjat pohon karena ia berbadan pendek.

Setiap orang memiliki kelemahannya sendiri-sendiri, termasuk kita.
Tidak ada orang yang seratus persen sempurna.
Berbagai macam kelemahan dan kekurangan kita, entah itu berupa fisik jasmani, finansial, sikap mental, dan sebagainya.

Tentu saja Tuhan tidak menciptakan manusia yang hanya lemah.
Setiap orang juga memiliki keunggulannya masing-masing.
Tak satu pun terlahir tanpa talenta.
Dan yang menarik untuk dikaji lebih jauh, tidak ada yang namanya talenta besar dan talenta kecil, semuanya sama kecil.
Ibarat biji sesawi, seperti yang disampaikan Yesus perihal pertumbuhan iman, talenta pun demikian.
Semua biji sesawi sama kecilnya, tetapi sebagian memang akan tumbuh menjadi pohon yang besar, sebagian terhambat sehingga tak bisa besar, atau bahkan ada yang tak bisa tumbuh karena dibesarkan di tanah bebatuan atau di jalan.
Talenta juga demikian, ada yang akhirnya tumbuh menjadi prestasi besar atau yang sedang-sedang saja dan ada yang menyadari talenta miliknya sehingga tak diupayakan untuk dikembangkan, dibawanya mati masih berupa biji.

Mengapa Tuhan mengisi kelemahan pada manusia ciptaan-Nya?
Apakah karena Tuhan tidak memiliki kemampuan menciptakan yang sempurna?
Di dalam kelemahan dan kekuranganlah kita memerlukan pertolongan.
Sebagai mahluk sosial, manusia memerlukan orang lain; ia tak dapat hidup sendirian saja.
Mungkin ada orang lain yang mau menolong kita mengatasi kelemahan atau kekurangan kita, mungkin juga ada yang mau tapi tak mampu karena ia juga memiliki kekurangan yang sama.
Memang ada yang mampu tetapi tidak mau menolong.
Itulah manusia, jelas tidak sama dengan Tuhan.
Tuhan pasti mau dan mampu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongannya.

Zakheus berhasil “menarik perhatian” Yesus, dan bahkan Yesus mau menumpang di rumahnya.
Zakheus sangat bersukacita karena Tuhan mau “memandang” dirinya yang dianggap orang banyak sebagai pendosa itu; sampai-sampai ia berderma separuh dari hartanya itu.

Nah, sekarang kita lihat, apakah Yesus menolong Zakheus mengatasi kelemahannya?
Apakah Yesus berkata, “Zakheus, jadilah kamu tinggi!”?
Tidak.
Yesus melakukan hal yang jauh lebih besar dibandingkan meninggikan tubuh Zakheus yang pendek itu.
Yesus datang ke rumah Zakheus untuk membawa keselamatan bagi Zakheus dan se isi rumah.

_____________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santa Elisabeth dari Hungaria, Janda
Elisabeth Hungaria adalah janda kudus mendiang Pangeran Ludwig IV dari Turingia. Sepeninggal suaminya, ia menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan sangat aktif melayani orang-orang miskin dengan kekayaannya. Elisabeth lahir di Pressbura atau Bratislava atau Saros Patak (sekarang: Cekoslovakia), ibukota Hungaria Utara, pada tahun 1207 dari pasangan Andreas II, Raja Hungaria, dan Gertrude dari Andechs Meran.
Ketika berusia 4 tahun, kedua orang-tuanya mempertunangkan dia dengan putera tertua Pangeran Hermann I dari Thuringia, Jerman Barat. Semenjak itu Elisabeth kecil tinggal di istana Wartburg di Jerman Tengah. Di sana ia dan putera Pangeran Herman I itu dibesarkan dan dididik bersama. Namun sayang, rencana pernikahan mereka menemui jalan buntu: sang pangeran muda itu mati dalam usia yang masih begitu muda. Sebagai gantinya Elisabeth lalu dipertunangkan dengan Ludwig IV, putera Hermann I yang lebih muda. Pernikahan mereka diselenggarakan pada tahun 1221 ketika Elisabeth berusia 14 tahun dan Ludwig berusia 21 tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak. Perkawinan ini berakhir pada tahun 1227, ketika Ludwig meninggal dunia karena serangan wabah pes sementara mengikuti Perang Salib di Tanah Suci.
Selagi hidup bersama suaminya, Elisabeth tetap hidup sederhana, tidak seperti penghuni istana lainnya yang serba mewah. Ia bahkan sangat sosial dan menunjukkan perhatian dan cintakasih yang besar kepada orang-orang miskin. Ia mendermakan uang, makanan dan pakaian kepada para fakir miskin itu. Hal itu tidak disukai oleh kaum keluarganya; mereka menuduh Elisabeth memboroskan harta suaminya. Suatu hari, ia dipergoki suaminya ketika sedang keluar membawa sebuah keranjang berisi roti. “Apa yang kaubawa itu?” tanya suaminya dengan suara agak keras. Elisabeth agak takut tetapi dengan serta merta ia menjawab: “Bunga mawar, Mas!”. Suaminya tak percaya dan segera menggeledah bungkusan di dalam keranjang itu. Dan ternyata betul: keranjang itu berisi bunga-bunga mawar yang masih segar. Tuhan kiranya telah menyelamatkan hambanya. Sejak itu, Ludwig semakin menyayangi Elisabeth dan hidup rukun dengannya. Ludwig semakin memahami tujuan perbuatan sosial Elisabeth kepada orang-orang miskin. Kepada penghuni-penghuni istana lain yang tidak menyukai Elisabeth, Ludwig mengatakan: “Perbuatan amal Elisabeth akan membawa berkat Tuhan bagi kita. Kita tentu tidak akan dibiarkan Allah menderita suatu kekurangan pun, selama kita mengizinkan Elisabeth untuk meringankan penderitaan orang lain.”
Sebelum kepergian suaminya ke Tanah Suci guna mengikuti Perang Salib, Elisabeth telah banyak menunjukkan perbuatan-perbuatan cintakasih yang mengagumkan kepada orang-orang miskin dan sakit. Ia mendirikan rumah-rumah sakit, dan memberikan makanan kepada orang-orang malang itu. Kegiatan amalnya ini diperganda, ketika Elisabeth menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
Kegiatan-kegiatannya semakin memperhebat kebencian anggota keluarga istana padanya. Ia diusir dari istana tanpa membawa apa-apa kecuali tiga orang puteranya. Kemudian ketiga anaknya itu dititipkan pada seorang sahabatnya yang terpercaya. Ia sendiri lalu masuk Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan giat menjalankan berbagai kegiatan amal kepada orang-orang miskin dan anak-anak yatim-piatu. Ia mengakhiri hidupnya sebagai hamba Tuhan yang setia dan wafat di Marburg, Jerman pada tanggal 17 Nopember 1231, dalam usia 24 tahun. Banyak sekali terjadi mujizat berkat perantaraannya.
Pada tahun 1235, empat tahun setelah kematiannya, ia sudah dinyatakan ‘kudus’ berkat permohonan dari orang-orang yang mengenal baik dia dan semua kebajikan yang dilakukannya semasa hidupnya. Tak ketinggalan di antara orang-orang itu, bapa pengakuannya, yang sungguh mengagumi kepribadian dan karyanya. Elisabeth adalah seorang ibu yang memberi teladan hidup yang luar biasa kepada para ibu rumah tangga. Ia diangkat menjadi pelindung kudus karya-karya sosial.

_____________________________________________________
Santo Gregorius Thaumaturgos, Uskup dan Pengaku Iman
Gregorius Thaumaturgos atau Gregorius Pembuat Mujizat berasal dari Neokaisarea (Turki). Ia lahir pada tahun 213 dan meninggal dunia di tanah kelahirannya pada tahun 268. Ia dikenal luas karena mujizat-mujizatnya dan usahanya menyebarkan agama Kristen di dunia Timur.
Putera bangsawan kafir ini adalah seorang ahli hukum. Suatu ketika ia bermaksud pergi ke Beirut, Lebanon untuk mempraktekkan keahliannya di bidang hukum. Dalam perjalanannya ke kota itu, ia singgah di Kaisarea, Israel. Di sana, ia ditobatkan menjadi Kristen oleh Origenes (185-254), seorang ahli Kitab Suci kenamaan di kota itu. Peristiwa ini membuatnya tidak lagi bersemangat untuk meneruskan perjalanannya ke Beirut. Ia selanjutnya tinggal di Kaisarea selama beberapa tahun sambil belajar pada Origenes.
Pada tahun 238, ia kembali ke Neokaisarea. Di sana ia ditahbiskan menjadi uskup kota itu. Pada masa itu orang Kristen sangat sedikit. Sebagian besar penduduk kota itu masih kafir.  Gregorius dalam kedudukannya sebagai uskup berjuang keras untuk memperbanyak jumlah orang Kristen. Kemampuannya yang luar biasa dalam berkotbah sangat mendukung usahanya itu. Ia berhasil menarik banyak orang kafir menjadi Kristen. Karya-karya amalnya kepada orang-orang miskin dan sakit, yang diperkuat dengan banyak mujizat, seperti menyembuhkan orang-orang sakit dengan doa-doanya, semakin memikat hati orang-orang kafir pada agama Kristen.
Pada tahun 250, Keuskupan Neokaisarea menderita pengejaran dan penganiayaan yang diperintahkan Kaisar Gaius Decius. Tak lama kemudian keuskupan itu pun dilanda wabah penyakit dan serangan suku bangsa Goth. Kendatipun tertimpa berbagai penderitaan, orang-orang Kristen Neokaisarea di bawah bimbingan uskupnya tetap berpegang teguh pada imannya. Ketika Gregorius wafat pada tahun 268 hanya ada 17 orang kafir di kota itu.
_____________________________________________________
Santo Gregorius dari Tours, Uskup dan Pengaku Iman
Gregorius lahir di Auvergne, Prancis pada tahun 538 dan meninggal dunia di Tours pada tahun 594. Ia terkenal sebagai seorang uskup abad keenam sekaligus penulis dan sejarawan kenamaan yang memperkaya kasanah budaya di Tours. Dengan berbagai usahanya ia berhasil mengembangkan kota itu menjadi salah satu pusat kekristenan di Prancis Tengah. Keluarganya yang campuran Prancis-Roma itu menempatkan banyak anggotanya dalam kedudukan-kedudukan terhormat di dalam masyarakat dan di dalam Gereja. Namanya sejak kecil ialah Gregorius Florentius; nama Gregorius dikenakannya sebagai kenangan akan seorang neneknya yang menjadi uskup di Langers.
Sepeninggal Euphronius, saudara sepupunya pada tahun 573, Gregorius menggantikan dia sebagai Uskup Tours. Sebagai Uskup kota itu, Gregorius adalah petinggi Gereja yang paling penting yang harus menghadapi bangsa Frank, yang menguasai wilayah itu termasuk Tours. Konsepnya tentang Gereja sebagai suatu kekuatan politik dan kebudayaan mengawetkan sistim depotisme dan sikap tak bertanggungjawab dari kebanyakan Pangeran Frank.
Bukunya ‘De Cursibus Ecclesiasticis’ ditulis untuk menyanggupkan kaum rohaniwan – dengan dasar-dasar astronomi – mengenal waktu dengan mengamati bintang-bintang. Studi ini menolong mereka dalam hal pengaturan waktu terutama dalam kaitan dengan kewajiban-kewajiban membaca dan berdoa pada malam hari. Gaya penulisannya sangat sederhana; ia dengan tangkas menghindari uraian-uraian yang fantastis yang menandai hampir semua karya ilmu pengetahuan pada masa itu. Kecuali itu, ia juga menulis tentang riwayat hidup Santo Martinus dari Tours (315-399) dan Santo Yulianus dari Brioude, yang hidup pada abad ketiga, dan menyusun satu koleksi karya para orang kudus dan martir Prancis.
Karyanya yang terbesar ialah 10 buah buku Sejarah Bangsa Prancis. Dua buku pertama berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari penciptaan sampai tahun 511. Buku ketiga dan keempat menguraikan secara ringkas Sejarah Kerajaan Frank sampai tahun 573. Sedangkan enam buku berikutnya merupakan suatu kumpulan kronik tentang peristiwa-peristiwa dari 573 – tahun di mana Gregorius menjadi uskup – sampai tahun 591.
Gregorius lebih menonjol sebagai seorang pencerita dengan gaya bahasa yang hidup daripada seorang sejarawan objektif. Ia memberikan suatu gambaran yang hidup tentang keadaan suatu masyarakat, dengan lebih memberi tekanan kuat pada hal-hal yang menakjubkan dari suatu peristiwa yang diuraikannya. Kemampuannya yang paling menonjol terlihat di dalam kemampuan melukiskan perangai tokoh-tokoh yang berperan di dalam suatu peristiwa. Kisahnya tentang peristiwa permandian Raja Clovis dan pengikut-pengikutnya pada tahun 496 adalah sebuah cerita klasik yang sangat menarik. Tokoh-tokoh dinasti Meroving dari Prancis seperti Clotaire I, Chilperic I, Guntram, Ratu Fredegund, dan anggota-anggota lainnya digambarkan dengan begitu hidup dibarengi suatu pemahaman yang tinggi.
Seperti sejarawan-sejarawan lainnya, cerita-ceritanya mempunyai akurasi dan daya tarik yang tinggi seolah-olah dia sendiri mengalaminya. Cerita merupakan suatu kekayaan abad keenam dalam bidang sejarah politik dan sosial. Buku Sejarah Bangsa Prancis yang ditulisnya dipakai oleh Santo Bede, Paul Deacon dan sejarawan lainnya dari abad ketujuh dan kedelapan. Buku itu mempunyai nilai sejarah yang tinggi sebagai satu sumber informasi primer tentang Zaman Meroving dari Sejarah Prancis. Tanpa buku itu asal-usul monarki itu tak dikenal oleh ahli-ahli zaman sekarang.
_____________________________________________________
Santo Dionisius Agung, Uskup dan Pengaku Iman
Beliau adalah Uskup Aleksandria, Mesir dan seorang katekis yang termasyhur. Ia terpaksa mengungsi beberapa kali ke gurun pasir Lybia karena penganiayaan yang terjadi atas umat Kristen di dalam keuskupannya. Dionisius dikenal bersikap lunak terhadap orang-orang Kristen yang murtad dalam masa penganiayaan tetapi bertobat kembali ke pangkuan Bunda Gereja. Dalam zaman yang sulit itu ia amat rajin menguatkan iman umatnya.

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *