Selasa, 11 Agustus 2015

Selasa Pekan Biasa XIX
11 Agustus 2015

PW S. Klara, Perawan

________________________________________________
Bacaan Pertama
Ul 31:1-8

“Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, Yosua,
sebab engkau akan masuk bersama bangsa ini ke tanah perjanjian.”

Pembacaan dari Kitab Ulangan:

Musa menyampaikan pesan ini kepada seluruh bangsa Israel,
“Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun.
Aku tidak dapat dengan giat memimpin kalian lagi.
Dan Tuhan telah bersabda kepadaku,
‘Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.’
Tuhan, Allahmu, Dialah yang akan memimpin kalian menyeberang.
Dialah yang akan memunahkan bangsa-bangsa dari hadapanmu,
sehingga kalian dapat memiliki negeri mereka.
Yosua akan memimpin kalian menyeberang,
sesuai dengan saba Tuhan.
Tuhan akan memperlakukan bangsa-bangsa itu,
sebagaimana Ia telah memperlakukan Sihon dan Og,
raja-raja orang Amori,
yang telah dipunahkan-Nya beserta negeri mereka.
Tuhan akan menyerahkan bangsa-bangsa itu kepadamu,
dan kamu harus memperlakukan mereka
tepat seperti perintah yang kusampaikan kepadamu.
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
jangan takut dan jangan gemetar karena mereka,
sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kalian.
Ia takkan membiarkan dikau dan takkan meninggalkan dikau.”

Musa lalu memanggil Yosua dan berkata kepadanya,
di depan seluruh orang Israel,
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
sebab engkau akan masuk bersama dengan bangsa ini
ke negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah
kepada nenek moyang mereka
untuk memberikannya kepada mereka.
Dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya.
Sebab Tuhan, Dia sendiri yang akan berjalan di depanmu,
Dia sendiri yang akan menyertai engkau.
Dia takkan membiarkan dikau dan takkan meninggalkan dikau.
Janganlah takut dan janganlah patah hati.”

Demikianlah sabda Tuhan.

________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Ul 32:3-4a.7-9.12,R:9a

Refren: Bagian Tuhan ialah umat-Nya.

*Nama Tuhan akan kuserukan,
Berilah hormat kepada Allah kita,
Gunung Batu, yang sempurna karya-Nya.

*Ingatlah akan zaman dahulu kala,
perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu,
tanyakanlah kepada ayahmu, ia akan mengisahkannya;
tanyakanlah kepada orang tua-tua,
mereka akan memberitahukannya.

*Ketika Yang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka
kepada para bangsa,
ketika Ia memisah-misahkan anak-anak manusia,
maka Ia menetapkan wilayah para bangsa
menurut bilangan anak-anak Israel.

*Tetapi bagian Tuhan ialah umat-Nya,
Yakublah yagn ditetapkan menjadi milik bagi-Nya.
Tuhan sendirilah yang menuntun dia,
dan tidak ada allah lain menyertai dia.

________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Mat 11:29ab

Terimalah beban-Ku dan belajarlah daripada-Ku,
sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.

________________________________________________
Bacaan Injil
Mat 18:1-5.10.12-14

“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak ini.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah murid-murid dan bertanya kepada Yesus,
“Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil,
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata,
“Aku berkata kepadamu:
Sungguh,
jika kalian tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,
kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Sedangkan barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini
dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku.

Ingatlah,
jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak kecil ini.
Karena Aku berkata kepadamu:
Malaikat-malaikat mereka di surga
selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga.”

Lalu Yesus bersabda lagi,
“Bagaimana pendapatmu?
Jika seorang mempunyai seratus ekor domba
dan seekor di antaranya sesat,
tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan
lalu pergi mencari yang sesat itu?
Dan Aku berkata kepadamu,
sungguh, jika ia berhasil menemukannya,
lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu
daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
Demikian juga
Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari
anak-anak ini hilang.”

Demikianlah sabda Tuhan.

________________________________________________
Renungan Injil
Yesus meminta kita agar menjadi seperti anak kecil.
Jadi anak kecil masih lebih enak, apa-apa tinggal minta saja, tak dikasih nangis, jika masih tak dikasih juga maka teriak keras-keras atau guling-guling di lantai.
Anak kecil sering disebut “anak ingusan” karena membersihkan ingusnya sendiri saja masih belum bisa.
Anak kecil dianggap tak tahu apa-apa, oleh karenanya mesti dimaklumi oleh orang dewasa.

Orangtua seringkali menasehati anak-anaknya dengan berkata, “Kamu itu, jangan seperti anak kecil!”
Ada juga yang gemar mengomel dengan berkata, “Jangan kekanak-kanakan kamu!”
Kekanak-kanakan adalah sindiran bagi orang yang sudah bukan anak-anak lagi tetapi masih berperilaku seperti anak-anak (childish atau childlike).

Bagaimana ini?
Mengapa Yesus meyuruh kita yang sudah besar ini menjadi seperti anak-kecil?
Seringkali orang menganggap anak kecil itu masih polos, tidak pandai berbohong atau melakukan kejahatan, seperti kertas putih yang belum ada coretannya.
Orang yang telah bertobat dan telah menerima pengampunan Tuhan, sama seperti kertas putih yang bersih dari noda dosa.

Anak kecil itu mengatakan “iya” jika memang ya dan mengatakan “tidak” jika memang tidak, karena belum pandai berbohong.
Setelah beranjak dewasa, anak bisa saja menjadi pandai berbohong, dan orang dewasalah yang telah mengajari mereka cara berbohong supaya tak ketahuan.
Ini sesuai dengan ajaran Yesus, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”  [Mat 5:37]

Semakin digali akan semakin banyak alasan kita temukan untuk membenarkan perkataan Yesus perihal menjadi anak kecil itu.
Jika tak ketemu, iya dipas-paskan saja, supaya menjadi benar.
Apa mesti begitu?

Kita sedang merenungkan yang terkait dengan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Maka menjadi anak kecil bukan di hadapan dunia, melainkan di hadapan Surga.
Maksudnya, menyadari kelemahan diri dan mutlak tergantung dari pertolongan Bapa di Surga.
Tanpa pertolongan dari Surga, kita tak dapat berbuat apa-apa.
Kalau sudah seperti ini, doa permohonan kepada Bapa di Surga dapat dipanjatkan seperti anak kecil memohon kepada bapanya, mau secara sopan, mau dengan merajuk atau guling-guling, bukan lagi persoalan.

Dan yang tak kalah menarik, kita juga akan mendapatkan “pengawal pribadi” masing-masing, malaikat yang berada dekat-dekat Bapa di Surga (sehingga dapat memandang wajah Bapa).
Ini semacam security assurance bagi kita.

Oleh karenanya, marilah kita menjadi anak kecil di hadapan Surga, tetapi menjadi dewasa di hadapan dunia.

________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santa Klara dari Asisi, Perawan
Klara Sciffi, puteri bangsawan dari pasangan Faverone Offraduccio dan Ortolana ini, lahir di Asisi, Italia pada tanggal 16 Juli 1194. Dari orangtuanya, Klara memperoleh jaminan hidup material yang berkecukupan. Ibunya Cortolana, yang pernah berziarah ke Tanah Suci dan Roma, mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Klara berkembang dewasa menjadi seorang gadis yang berkepribadian teguh dan beriman, bahkan dinyatakan sebagai ‘kudus’ di kemudian hari. Pendidikan ini pula berhasil menanamkan dalam dirinya suatu sikap yang tepat terhadap nilai harta duniawi dalam hubungannya dengan cita-cita hidup manusia yang sebenarnya.
Kepribadian dan cara hidup Klara banyak dipengaruhi oleh tokoh suci dari Asisi, Santo Fransiskus. Fransiskus, bangsawan kaya raya dari Asisi yang meninggalkan segala miliknya demi pengabdian total kepada Tuhan dan InjilNya, menjalani suatu cara hidup miskin yang keras mengikuti jejak Kristus. Bersama beberapa pengikutnya, ia berkelana mewartakan Kristus yang miskin kepada seluruh penduduk Asisi, baik yang kaya maupun yang miskin. Klara terpesona dengan cara hidup Fransiskus itu. Ia tekun mendengarkan setiap kotbah Fransiskus sambil bertanya diri: “Mengapa cita-cita dan cara hidup yang mulia itu tidak bisa dijalani oleh seorang wanita?” Lalu ia dengan diam-diam bersama temannya Bona pergi menemui Fransiskus untuk memintai pandangan dan bimbingannya. Dari bimbingan Fransiskus, Klara memperoleh suatu kepastian perihal pertanyaan yang mengusik batinnya.
Pada tahun 1212, ketika berusia 18 tahun, Klara dengan diam-diam meninggalkan istana ayahnya untuk bergabung dengan kelompok Fransiskus. Di tengah malam itu Klara melangkah dengan pasti menuju gereja Ratu Para Malaekat di Portiuncula. Di gereja itu, Fransiskus menyambutnya dengan gembira, menyerahkan kepadanya sehelai jubah kasar, menggantikan pakaiannya yang dibawanya dari rumah. Setelah menyatakan kesediaannya menjalani cara hidup miskin demi Kristus dan Injilnya, Fransiskus memasukkan dia ke sebuah biara suster-suster Benediktin di Bastia agar jauh dari pengaruh keluarganya. Peristiwa ini menggemparkan keluarganya. Ayahnya segera menyuruh orang untuk mencari Klara di setiap biara yang ada di kota Asisi. Setelah menemukan dia di biara Bastia, mereka membujuknya untuk kembali ke rumah. Namun Klara dengan tegas menolak pulang.
Tidak seberapa lama, Agnes adiknya datang menemui Klara. Karena tertarik pada cara hidup kakaknya, Agnes pun akhirnya bergabung (dan kelak, juga ibunya setelah menjanda). Fransiskus menempatkan mereka menjadi inti sebuah biara baru di San Damiano, dekat Asisi. Klara diangkat sebagai pemimpin biara San Damiano. Suatu cara hidup digariskan kepada mereka. Biara ini menjadi perintis ordo wanita-wanita miskin, yang lazimnya disebut Ordo Suster-suster Klaris. Karena semakin banyak pengikutnya, didirikan biara-biara baru di Italia, Prancis dan Jerman di bawah bimbingan Klara.
Klara memimpin ordonya selama 40 tahun dengan penuh pengabdian dan kepercayaan kepada kasih dan penyelenggaraan ilahi. Cara hidup miskin dihayatinya dengan sungguh ditopang oleh doa dan matiraga yang keras. Kepercayaan yang kokoh pada kasih dan penyelenggaraan Tuhan terbukti dalam keberhasilannya menghalau serdadu-serdadu Kaisar Frederik II yang menyerang biaranya. Menghadapi serangan itu Klara yang tengah sakit payah lari ke kapel diiringi oleh suster-susternya untuk mengambil monstrans bertakhtakan Tubuh Kristus. Dengan monstrans itu, Klara menghadang serdadu-serdadu itu di pintu gerbang. Sungguh ajaib! Serdadu-serdadu itu mundur teratur dan para suster Klaris itu selamat dari bahaya maut.
Dari Sri Paus Gregorius IX (1227-1241), Klara mendapatkan ‘privilese kemiskinan’, yaitu ijin bagi suster-susternya untuk hidup hanya dari derma. Para suster Klaris itu berpuasa sepanjang tahun, kecuali pada hari Minggu dan Hari-hari Raya. Biara mereka sangat sederhana. Ketika paus membujuk Klara supaya bersedia mempunyai milik biar hanya sedikit saja, Klara menjawab: “Bapa suci, tidak pernah saya ingin dibebaskan dari jalan mengikuti Kristus yang miskin”.
Klara meninggal dunia pada tanggal 11 Agustus 1253. Pada tahun 1255, dua tahun sesudah kematiannya, Paus Alexander IV (1254­1261) menyatakan dia sebagai ‘kudus’.

________________________________________________
Santa Susana, Martir
Susana yang jelita dan kaya ini dipenggal kepalanya oleh prajurit­prajurit kaisar Diokletianus karena menolak kawin dengan putera kaisar itu. Lamaran putera kaisar itu ditolak karena dia masih kafir. Walaupun kaisar membujuk dan mengancam, namun Susana tetap tidak menyerah. Akhirnya dia dibunuh oleh dua imam kafir pada tahun 295.
Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *