Sabtu, 16 Mei 2015

Bacaan Pertama

Kis 18:23-28

“Apolos membuktikan dari Kitab Suci, bahwa Yesus adalah Mesias.”

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Paulus meninggalkan Korintus
dan kembali ke kota Antiokhia di Siria.
Setelah beberapa hari lamanya tinggal di Antiokhia,
ia berangkat, dan menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia
untuk meneguhkan hati semua murid.
Sementara itu datanglah ke Efesus
seorang Yahudi bernama Apolos,
yang berasal dari Aleksandria.
Ia seorang yang fasih berbicara
dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci.
Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan.
Dengan bersemangat ia berbicara
dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus;
tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.
Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.
Setelah Priskila dan Akwila mendengarnya,
mereka membawa Apolos ke rumah mereka
dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.

Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya,
saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ,
supaya mereka menyambut dia.
Setibanya di Akhaya,
Apolos oleh kasih karunia Allah,
menjadi seorang yang sangat berguna
bagi orang-orang yang percaya.
Sebab dengan tak jemu-jemunya
ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum
dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.

Demikianlah sabda Tuhan.

————————————————————————————————————-
Mazmur Tanggapan
Mzm 47:2-3.8-9.10,R:8a

Refren: Allah adalah Raja seluruh bumi!

*Hai segala bangsa, bertepuktanganlah,
elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat,
Raja agung atas seluruh bumi.

*Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi,
bermazmurlah dengan lagu yang paling indah!
Allah merajai segala bangsa,
di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.

*Para pemimpin bangsa-bangsa berdatangan
bergabung dengan umat Allah Abraham.
Sebab segala perisai di atas bumi adalah milik-Nya;
sangat agunglah Dia!

————————————————————————————————————-
Bait Pengantar Injil
Yoh 16:28

Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia;
kini Aku meninggalkan dunia lagi dan pergi kepada Bapa.

————————————————————————————————————-
Bacaan Injil
Yoh 16:23b-28

“Bapa mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa,
akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.
Sampai sekarang
kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku.
Mintalah maka kamu akan menerima,
supaya penuhlah sukacitamu.

Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan.
Akan tiba saatnya
Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan,
tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu.
Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku.
Dan tidak Kukatakan kepadamu,
bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa,
sebab Bapa sendiri mengasihi kamu,
karena kamu telah mengasihi Aku
dan percaya bahwa Aku datang dari Allah.

Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia;
kini Aku meninggalkan dunia lagi dan pergi kepada Bapa.”

Demikianlah sabda Tuhan.

————————————————————————————————————-
Renungan Injil
Hari ini kembali giliran saya membawakan Daily Fresh Juice.
Berikut adalah renungannya.

Selamat pagi, para pendengar dan pewarta Daily Fresh Juice.
Hari ini, Sabtu 16 Mei 2015, adalah hari biasa dalam Pekan Paskah VI,
tetapi menjadi tidak biasa karena ada banyak santo dan santa yang diperingati pada hari ini, yaitu:
Santa Gemma Galgani yang dipercaya memperoleh karunia stigmata dan mengalami berbagai pengalaman spiritual;
Santo Alipius dan Santo Possidius, keduanya adalah uskup asal Afrika yang berkesempatan mendampingi Santo Agustinus;
Santo Simon Stock, karmelit asal Inggris, yang berkarya di Eropa sebagai pewarta dan juga pertapa;
Santa Margaret, wanita kudus dari Cortona, yang sangat gigih mewartakan perihal pertobatan dan penebusan dosa;
Santo Andreas Bobola, martir asal Polandia, yang notabene adalah seorang ahli filsafat dan teologi dari Serikat Yesuit;
Masih ada lagi, Santo Ubaldus, seorang uskup yang terkenal pemberani, Yohanes Nepomuk, martir asal Cekoslovakia, dan Yulianus Demoustier yang dikenal dalam karyanya di bidang pendidikan.
Dan Kongregasi Murid-murid Tuhan, CDD, hari ini memperingati Pesta SP Maria sebagai Ratu Para Rasul.

Bacaan Injil hari ini,
diambil dari Injil Yohanes Pasal 16 Ayat 23b sampai 28,
telah menginspirasi saya untuk mengajak
segenap pendengar dan pewarta Daily Fresh Juice,
merenungkan perihal kasih kita kepada Yesus Kristus,
apakah kita ini sungguh-sungguh mengasihi Kristus?
Apa tanda-tandanya kita memang mengasihi-Nya?

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Yesus berbicara blak-blakan,
bahwa Bapa-Nya yang di Surga mengasihi kita semua,
karena kita telah mengasihi Yesus dan percaya bahwa Yesus datang dari Allah.
Jelas sekali ini merupakan anugerah yang luarbiasa,
berkesempatan dikasihi oleh Allah Bapa.
Dikasihi oleh sesama saja sudah merupakan sukacita,
apalagi jika dikasihi oleh Allah Bapa yang di Surga.
Tetapi ada orang yang menganggap hal ini biasa-biasa saja,
barangkali karena ia tidak merasakan kasih Bapa itu secara nyata dalam hidupnya.
Bagaimana dengan kita sendiri,
apakah kita telah merasakan kasih Bapa itu?
Sebagaimana yang telah kita dengarkan pada Bacaan Injil hari ini,
bahwa Bapa akan mengasihi kita
jika kita sendiri mengasihi Yesus,
dan percaya bahwa Yesus datang dari Allah, bahwa Yesus adalah Tuhan.

Kita telah mengetahui,
bahwa Bapa itu baik,
baik kepada orang baik, maupun kepada orang yang tidak baik.
Allah Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. [Mat 5:45]
Tetapi ketika tiba waktunya untuk menuai, rumput ilalang akan diikat dan dibakar,
sedangkan gandum dikumpulkan dan disimpan dalam lumbung Tuhan.
[Mat 13:30]
Kita akan menjadi baik, menjadi gandum yang ditempatkan dalam lumbung Tuhan,
jika kita mau mengasihi Yesus, bukan dalam perkataan saja, melainkan juga dalam sikap dan tindakan kita.
Jika kita baik, maka Allah Bapa pun mengasihi kita.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Ada beberapa tingkatan untuk mengukur
apakah kita itu mengasihi seseorang atau tidak.
Pada tingkatan yang paling bawah,
kita merasa senang ketika berjumpa dengannya,
menjadi rindu ketika lama tak berjumpa.
Apakah timbul perasaan senang di hati kita ketika kita berjumpa Yesus dalam perayaan Ekaristi?
Apakah kita merasa kangen atau rindu ketika membolos tidak menghadiri misa di gereja?
Atau kita merasa tidak enak hati sama pastor atau orang lain kalau tidak ke gereja?
Jika ada perasaan rindu untuk berjumpa Yesus, lalu merasa senang setelah berjumpa dengan-Nya, maka sesungguhnya kita telah mengasihi Kristus, di tingkat yang paling dasar.

Pada suatu ketika,
seorang kenalan yang telah belasan tahun meninggalkan iman Katolik-nya karena menikah beda agama.
Ia menelpon kami karena ingin ikut ke gereja untuk menghadiri misa.
“Biar tidak menerima komuni, tak masalah, yang penting saya boleh datang ke gereja,” katanya.
Sepanjang misa, ia meneteskan airmatanya,
mula-mula berwajah muram dan sedih, lalu semakin lama semakin deras airmatanya mengalir.
Rupanya selama bertahun-tahun ia memendam kerinduan yang dalam kepada Yesus,
sangat berhasrat ingin berjumpa Yesus, sekali pun ia merasa tak pantas menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Pada tingkatan di atasnya, ada sisi negatif turut mewarnai hal mengasihi itu,
seperti warna-warna hitam yang turut menghiasi sebuah lukisan.
Sekali pun hitam, namun warna itu turut berperan menjadikan lukisan itu menjadi indah.
Orang yang kita kasihi itu bisa jadi berharap mendapat perhatian dari kita,
atau malah bisa jadi menuntut perhatian kita.
Begitu pula halnya, jika kita mengasihi seseorang, kita berharap mendapat perhatian darinya sebagai imbal balik.
Jika itu tidak kita dapatkan, bisa jadi kita akan merasa kecewa, terluka dan bahkan sakit hati.
Lalu dengan mudahnya kita berkata, “Orang tak tahu berterimakasih!”
Waduh, begitu mudahkah kasih itu berubah menjadi kekecewaan, sakit hati, atau malah kebencian?

Ketika kita merasa Tuhan tidak mendengarkan atau mengabulkan doa-doa permohonan kita, apakah kita akan membatalkan mengasihi Yesus lalu menjadi kecewa, sakit hati dan meninggalkan Kristus?
Mampukah kita mengendalikan perasaan irihati ketika mengetahui ada orang lain yang malas ke gereja tetapi memperoleh harta melimpah dan malahan mendapat bonus kesehatan, sementara kita tak henti-hentinya dirundung malang dan kesusahan?

Berharap ingin diperhatikan, dihargai, atau merasa irihati karena orang lain menerima lebih, adalah manusiawi adanya,
karena mengasihi itu adalah urusan perasaan, bukan akal pikiran kita.
Maka sudah sepatutnya kita bersyukur karena masih memiliki perasaan, daripada menjadi orang yang tidak punya perasaan.
Persoalannya, bagaimana kita mengendalikan dan mengelola sisi-sisi negatif ini agar supaya turut mewarnai kasih itu, sama seperti warna-warna gelap yang turut mempercantik sebuah lukisan.
Bukankah sebaiknya kita meniru Yesus, berbicara blak-blakan kepada-Nya ketika kita merasa tidak diperhatikan atau ketika kita kecewa karena irihati?
Ungkapkanlah itu secara blak-blakan di dalam doa kita.

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Pada tingkatan yang paling atas, mengasihi itu menuntut kesetiaan dan kerelaan berkorban.
Kita mesti tetap bertahan untuk setia di dalam kasih, sekali pun yang kita kasihi itu tidak setia.
Sama halnya dengan mengasihi Kristus, kesetiaan kita adalah faktanya.
Berbicara urusan kesetiaan,
kita masih kalah jauh dibandingkan Tuhan.
Tuhan takkan pernah tidak setia atau selingkuh,
sekali pun kita berulang-ulang kali tidak setia.

Kesetiaan kita kepada Yesus dapat kita nyatakan dalam sikap dan perbuatan kita,
yakni dalam melaksanakan ajaran-ajaran-Nya.
Apakah kita telah mengasihi orang yang tidak mengasihi kita?
Apakah kita sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
Apakah kita telah membantu orang untuk bertobat dan menebus dosa-dosanya?

Mengasihi Kristus itu artinya memancarkan kasih Kristus kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja.
Karena Yesus sendiri, melalui perumpamaan seorang raja pada Injil Matius 25 Ayat 40, telah menyampaikan kepada kita,
“Sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Amin.

————————————————————————————————————-
Peringatan Orang Kudus
Santo Ubaldus, Uskup dan Pengaku Iman
Anak yatim ini kemudian menjadi seorang Uskup yang terkenal berani. Bagi umatnya ia seorang pendoa dan pencinta perdamaian. Pendidikan masa kecilnya ditangani langsung oleh pamannya yang menjabat sebagai Uskup di Gubio. Ternyata pamannya berhasil menumbuhkan dalam dirinya benih panggilan hidup imamat. Ubaldus sendiri tertarik sekali dengan cara hidup seperti yang dijalani pamannya. la berusaha keras agar kemudian bisa menjadi seperti pamannya.
Beberapa waktu setelah ditahbiskan menjadi imam, ia diangkat sebagai pastor di paroki Katedral kota itu, dan menjadi anggota biara Kanonic Regulir. la benar-benar menghayati panggilannya dengan karya dan hidup doanya. Karena kesucian hidupnya, ia kemudian ditugaskan oleh Uskupnya untuk memulihkan tata tertib Dewan para Kanonik. Untuk menjalankan tugas yang berat itu, Ubaldus bertapa dan banyak berdoa. Dengan doa dan tapa itu, ia bermaksud melibatkan Tuhan dalam tugas yang berat itu. Dia sadar sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah alat Tuhan, Tuhan sendirilah pelaksana utama tugas yang ditanggungkan padanya. Tapa dan doa-doanya membuatnya menjadi seorang yang bijaksala dalam menempuh tindakan-tindakan akurat untuk memulihkan ketertiban dalam Dewan Kanonik itu. Ia berhasil dengan gemilang menangani tugas berat itu, dengan mempersatukan para anggota dewan dan menghimbau mereka untuk hidup sesuai dengan aturan-aturan biara.

Sejak umur mudamya Ubaldus sangat menginginkan hidup sunyi sebagai seorang pertapa. Tetapi jalan Tuhan selalu lain dari rencana manusia. Cita-citanya untuk menjadi seorang pertapa tidak tercapai karena ia diangkat menjadi Uskup di Gubio menggantikan pamannya. Jabatan Uskup ini dijalankannya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan dan doa. la melayani umatnya sebagai gembala dengan sebaik-baiknya. Sekali perisitiwa ketika terjadi kekacauan di kota, ia dengan berani berdiri di antara dua pihak yang bertentangan tanpa mempedulikan ancaman pedang dan lemparan batu. la berhasil meredakan perkelahian hebat itu. Ketika kota Gubio diporak porandakan oleh pasukan Frederik Barbarosa, Ubaldus dengan berani menemui tentara-tentara Jerman yang bengis itu dan meyakinkan kaisar untuk tidak meneruskan niatnya menguasai kota Gubio.
Selama bertahun-tahun hidupnya, Ubaldus menderita karena penyakit yang diidapnya. Namun ia tetap sabar, tabah dan gembira dalam tugasnya. Akhirnya ia meninggal dunia pada tahun 1160.

————————————————————————————————————-

Santo Yohanes Nepomuk, Martir
Yohanes Nepomuk lahir di Nepomuk atau Pomuk, Bohemia, Cekoslovakia Barat pada tahun 1340. Nama kecilnya ialah Wolflein atau Welflin. Ia belajar Teologi dan Hukum di Universitas Praha. Pada tahun 1373 ia ditahbiskan menjadi imam. Cita-citanya menjadi imam ini sudah terkobar dalam hatinya semenjak umur mudanya. Hal ini pun sangat didukung oleh kedua orangtuanya karena mereka telah mempersembahkan Yohanes kepada Tuhan ketika Tuhan mengabulkan doa-doa mereka bagi kesembuhan Yohanes dari penyakit yang menimpanya.

Pada tahun 1374, Yohanes Genzenstein, Uskup Agung Praha, yang mengenal baik kemampuan Yohanes Nepomuk, mengangkat dia menjadi sekretaris Jenderalnya. Enam tahun kemudian, Yohanes diangkat sebagai Pastor Paroki Santo Gallus di Praha sambil meneruskan studi hukumnya di Universitas Praha sampai meraih gelar Doktor Hukum pada tahun 1387. Tiga tahun setelah ia menamatkan studinya, ia diangkat sebagai Ketua Pengadilan Gereja. Kemudian pada tahun 1393 ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal oleh Uskup Agung Yohanes Genzenstein.

Dalam tugasnya sebagai seorang imam, Yohanes menjadi seorang pengkotbah ulung. Ia berhasil mentobatkan banyak orang dengan kotbah-kotbahnya. Relasinya dengan tokoh-tokoh masyarakat di jajaran pemerintahan sangat baik berkat keakrabannya dengan Raja Wenseslaus dan permaisurinya.

Pembunuhan atas dirinya berawal dari rencana Raja Wenseslaus IV untuk mendirikan sebuah keuskupan baru yang berpusat di Kladrau dan rnengangkat seorang pendukungnya sebagai pemimpin atas keuskupan itu. Sedangkan keuangan keuskupan baru ini, menurut rencana Wenseslaus, akan diambil dari pendapatan biara Kladrau setelah kematian pemimpin biara itu.
Rencana raja Wenseslaus ini ditentang oleh Uskup Agung Yohanes Genzenstein dan Yohanes Nepomuk, karena rencana itu tidak sah secara hukum. Ketika pemimpin biara Kladrau itu meninggal dunia, kedua petinggi keuskupan itu segera memerintahkan para biarawan untuk segera memilih pemimpin yang baru. Semuanya ini tidak diberitahukan kepada raja Wenseslaus hingga pemimpin baru terpilih. Karena itu, ketika mendengar berita pengangkatan itu Wenseslaus marah dan segera memerintahkan penangkapan atas diri Nepomuk dan beberapa pejabat Gereja lainnya.

Setelah beberapa lama mendekam di dalam penjara dengan berbagai siksaan berat, para pejabat Gereja itu dilepaskan, dengan syarat bahwa mereka harus tutup mulut tentang semua perlakuan kasar atas diri mereka. Sedangkan Yohanes Nepomuk dibunuh dan mayatnya ditenggelamkan di sungai Moldau dalam keadaan terikat erat. Pada keesokan harinya, jenazahnya ditemukan kembali, lalu disemayamkan di Katedral Santo Vitus hingga sekarang. Berbagai cerita tentang pembunuhan Yohanes berkembang di kalangan umat. Salah satu cerita itu ialah bahwa ia dibunuh karena tidak bersedia menyingkapkan rahasia pengakuan permaisuri raja Wenseslaus sesuai permintaan raja.
Yohlanes Nepomuk dinyatakan sebagai Beato pada tahun 1721 dan kemudian pada tahun 1729 dinyatakan sebagai Santo. Kecuali itu, ia diangkat sebagai pelindung kota Bohemia, pelindung para pendosa dan pelindung orang-orang yang terancam hanyut dalam sungai.

————————————————————————————————————-
Santo Simon Stock, Biarawan
Simon Stock dikenal sebagai pemimpin biara-biara Karmelit dari tahun 1274 sampai 1265 dalam kedudukan sebagai Superior Jenderal. Kisah kelahiran dan rnasa mudanya tidak banyak diketahui. Yang diketahui pasti ialah bahwa ia meninggal dunia pada tahun 1265 di Bordeaux, Prancis. Kecuali itu diberitakan bahwa setelah menjalani hidup sebagai pertapa di Inggris, tanah kelahirannya, ia pergi ke Tanah Suci Yerusalem. Di sana ia bergabung dengan sekelompok biarawan Karmelit yang sudah lama menjalani hidup pertapaan di sana.  Setelah beberapa lama tinggal di Tanah Suci, ia rupanya kembali ke Inggris ketika terjadi serangan dari orang-orang Saracen (suku bangsa nomaden di padang gurun antara Syria dan Arab Saudi) atas komunitas-komunitas religius di Tanah Suci.

Sekembalinya ke Inggris, ia diangkat menjadi Superior Jenderal Ordo Karmelit, bertempat di Aylesford, Inggris. Dalam masa kepemimpinannya ia melakukan banyak hal bagi perkembangan biara Karmelit. Antara lain, penyesuaian aturan-aturan Ordo dengan kebutuhan zaman. Dalam rangka itu, Simon mewajibkan para biarawannya terjun ke dalam masyarakat untuk mewartakan Injil dan melaksanakan berbagai karya pastoral. Dengan kebijaksanaan ini, para biarawan Karmelit tidak lagi semata-mata menjalani kehidupan sebagai pertapa yang hanya mengusahakan dan memperhatikan kekudusan dan keselamatan diri pribadi, Kecuali itu, dengan kebijaksanaan baru ini, Ordo Karmelit tampil sebagai Ordo yang menggabungkan secara seimbang kegiatan kontemplatif dengan kegiatan pewartaan Sabda di luar tembok biara. Perubahan aturan ini sangat direstui oleh Sri Paus Innocentius IV (1243-1254) pada tahun 1247. Akibat selanjutnya dari kebijaksanaan itu, biara-biara Karmelit mulai ditempatkan juga di kota-kota Universitas seperti Oxford, Cambridge, Paris dan Bologna, juga di Irlandia, Skotlandia dan Spanyol. Di sini para biarawan memberi sumbangan besar pada kehidupan Universitas.
Tentang pengalaman Simon diberitakan pula bahwa Bunda Maria pernah menampakkan diri padanya di Aylesford pada tanggal 16 Juli 1251. Kepadanya Bunda Maria menyerahkan sebuah skapular berwarna coklat sambil berkata: “Skapular ini akan menjadi keselamatan bagimu dan bagi semua biarawan Karmelit lainnya. Orang yang mati dalam k­biasaan berdoa dengan skapular ini akan diselamatkan”.
Meskipun Simon tidak secara resmi digelari Santo oleh Gereja, namun para biarawan Karmelit menganggap dia sebagai Orang Kudus. Atas izin khusus dari Takhta Suci, mereka merayakan pestanya pada tanggal 16 Mei.

————————————————————————————————————-
Santo Andreas Bobola SJ, Martir
Andreas Bobola lahir di Sandomir pada tahun 1591 dalam sebuah keluarga aristokrat di Polandia. Pada usianya 19 tahun, Andreas masuk novisiat Serikat Yesuit di Vilna, Lithuania. Pada tahun 1622 ia ditahbiskan menjadi imam.

Sebagai imam baru, Andreas bekerja di Paroki Santo Kasimir di Vilna sampai tahun 1630. Ia dikenal sebagai seorang pengkotbah ulung yang mempertobatkan banyak orang dengan ajaran-ajaran dan cara hidupnya. la juga memimpin Kongregasi Maria di Polandia. Setelah enam tahun menjadi pemimpin biara Yesuit di Bobrinsk, ia kembali melanjutkan karya misionernya.

Pada waktu itu Polandia dan Lithuania dilanda suatu skisma besar. Banyak orang Katolik bergabung dengan Gereja Ortodoks yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma. Skisma ini terus berkembang luas karena didukung oleh kekuatan militer Rusia. Menghadapi skisma ini, Andreas meningkatkan usaha-usahanya untuk mempertobatkan banyak orang dan mempersatukan kembali Gereja Polandia dan Lithuania di bawah naungan Gereja Katolik Roma. Karena usaha-usahanya ini, para serdadu menangkap dia, menyiksa dan membunuhnya dengan kejam. Mereka menamakan Andreas ‘Duszochivat’, yang berarti ‘pemburu jiwa-jiwa’.  Andreas mati sebagai martir Kristus di Janow pada tanggal 26 Mei 1657. Bangsa Slavia menghormatinya sebagai pelindung semua orang yang menderita penganiayaan karena kesetiaannya pada satu Gereja Universal. Andreas digelari ‘Beato’ pada tahun 1853 dan kemudian dinyatakan sebagai ‘Santo’ pada tahun 1938.

————————————————————————————————————-
Santo Yulianus Demoustier, Pengaku Iman
Yulianus lahir di kota Redom, Prancis pada tanggal 17 Juli 1728. Ia dikenal sebagai seorang imam biarawan di keuskupan Vannes yang sangat besar pengabdiannya di dalam bidang pendidikan dan pembangunan bangsanya. Ia memberikan teladan hidup baik, penuh kebajikan dan kemiskinan. Pengabdiannya dilandasinya dengan kerendahan hati dan hidup rohani yang mendalam. Di tengah kesibukannya ia senantiasa menyisihkan waktu untuk menyepi dalam keheningan doa bagi kekudusan dirinya dan bagi perkembangan Gereja. Kekayaan pribadinya dipergunakan untuk membangun gereja, rumah biara dan rumah sakit di keuskupannya. Dalam ketenangan dan kesucian hidupnya itu ia wafat pada tanggal 16 Mei 1781.

Sumber:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *