Sabtu, 08 Agustus 2015

Sabtu Pekan Biasa XVIII
08 Agustus 2015

PW S. Dominikus, Imam

__________________________________________________
Bacaan Pertama
Ul 6:4-13

“Kasihilah Allahmu dengan segenap hati!”

Pembacaan dari Kitab Ulangan:

Musa berkata kepada umat Israel,
“Dengarkanlah, hai orang Israel:
Tuhanlah Allah kita. Tuhan itu esa!
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati,
dengan segenap jiwa dan segenap kekuatanmu!
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan.
Semuanya itu harus kauajarkan berulang kali kepada anak-anakmu,
dan kaubicarakan apabila engkau duduk di rumah,
apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan bangun;
haruslah kauikatkan sebagai tanda pada tanganmu
dan kaupasang sebagai lambang pada dahimu.
Engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu
dan pada pintu gerbangmu.

Maka apabila Tuhan, Allahmu,
telah membawa engkau masuk ke negeri
yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu,
yakni Abraham, Ishak dan Yakub,
untuk memberikannya kepadamu,
yaitu kota-kota yang besar dan baik yang tidak kaudirikan;
rumah-rumah yang sudah penuh pelbagai barang berharga;
sumur-sumur yang tidak kaugali;
kebun-kebun anggur dan zaitun yang tidak kautanami;
dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,
berhati-hatilah, jangan sampai engkau melupakan Tuhan,
yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir,
dari rumah perbudakan.
Engkau harus takwa kepada Tuhan Allahmu.
Kepada Dia engkau harus beribadah
dan demi nama-Nyalah engkau harus bersumpah.”

Demikianlah sabda Tuhan.

__________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 18:2-4.47.51ab,R:2

Refren: Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku.

*”Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku!
Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung,
perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku.
Terpujilah Tuhan, seruku;
maka aku pun selamat dari pada musuhku.

*Tuhan hidup! Terpujilah Gunung Batuku,
dan mulialah Allah Penyelamatku,
Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar
kepada raja yang diangkat-Nya.
Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.

__________________________________________________
Bait Pengantar Injil
2Tim 1:10b

Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut
dan menerangi hidup dengan Injil.

__________________________________________________
Bacaan Injil
Mat 17:14-20

“Sekiranya kalian mempunyai iman, tiada yang mustahil bagimu.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya,
“Tuhan, kasihanilah anakku.
Ia sakit ayan dan sangat menderita.
Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air.
Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu,
tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.”

Maka kata Yesus,
“Hai kalian, angkatan yang tidak percaya dan yang sesat,
berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kalian?
Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kalian?
Bawalah anak itu ke mari!”
Dengan keras Yesus menegur roh jahat itu
lalu keluarlah ia dari padanya,
dan anak itu pun sembuh seketika itu juga.

Kemudian ketika mereka sendirian,
para murid menghampiri Yesus dan bertanya,
“Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”
Yesus menjawab, “Karena kalian kurang percaya.
Sebab Aku berkata kepadamu:
Sungguh, sekiranya kalian mempunyai iman sebesar biji sesawi saja
kamu dapat berkata kepada gunung ini,
‘Pindahlah dari sini ke sana,’
maka gunung ini akan pindah,
dan tiada yang mustahil bagimu.”

Demikianlah sabda Tuhan.

__________________________________________________
Renungan Injil
Sekarang ini kemajuan teknologi telah berkembang pesat, dan masih akan terus berkembang, sehingga dalam banyak hal telah terjadi perubahan yang luarbiasa, yang dahulu mustahil sekarang menjadi mungkin.
Teknologi komunikasi melalui jaringan internet adalah salah satu contoh keajaiban yang sekarang ini sudah dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja.
Sekali pun teknologi sudah sedemikian canggihnya, tapi belum ada teknologi yang mampu memindahkan gunung ke tempat lain.
Jangankan memindahkan, untuk mengendalikan gunung meletus saja nampaknya masih belum sanggup; baru se batas kemampuan untuk mendeteksi aktivitas gunung agar kerugian akibat letusan dapat diminimalisir.

Tetapi jauh sebelum teknologi itu lahir, Yesus telah mengatakan bahwa gunung dapat dipindahkan ke tempat lain, cukup dengan bermodalkan iman yang hanya sebesar biji sesawi.
Sampai hari ini, belum ada bukti; belum ada yang melakukannya, dan menurut saya tidak ada yang sanggup melakukannya.
Lalu, apakah ini berarti Yesus telah berbohong?
Jika memang benar, tentu telah ada orang yang mencobanya dan berhasil, tetapi nyatanya tidak ada.

Saya tidak sedang meragukan apa yang diucapkan Yesus itu.
Saya tetap percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan, apalagi hanya sekedar memindahkan gunung.
Membuat dunia ini kiamat saja, bagi Tuhan bukan hal yang sulit, apalagi mustahil.

Demikianlah adanya, bahwa kemampuan Tuhan itu tidak terbatas, tetapi kemampuan manusia itu terbatas.
Bagi saya, yang ingin dikatakan oleh Yesus bahwa manusia dapat melakukan sesuatu yang di atas kemampuan dirinya sendiri, atas kehendak dan perkenan Tuhan, karena sesungguhnya yang melakukan hal-hal ajaib itu adalah Tuhan sendiri, bukan manusia.
Makanya Yesus mensyaratkan agar kita percaya kepada-Nya, supaya hal-hal ajaib dapat terjadi dalam hidup kita, atas kehendak dan perkenan Tuhan.
Memindahkan gunung, apakah termasuk di dalamnya?
Jelas iya, kenapa tidak?
Persoalannya, apakah Tuhan berkehendak atau tidak?

Mana mungkin kalau hanya mengandalkan kemampuan manusia saja; harus ada “ijin” dari yang berkuasa atas alam semesta ini.
Dan patut untuk dipahami bahwa dalam berkehendak, Tuhan tidak “se enak udel-Nya” saja; mana bisa begitu sekali pun hanya Dialah yang memiliki segala kuasa?

Lihatlah apa yang telah dikerjakan oleh Yesus.
Banyak sekali mujizat telah dikerjakan oleh-Nya, tetapi tak satu pun yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Yesus meredakan angin ribut di danau, tetapi tidak mengeringkan danau supaya perahu selamat, karena mengeringkan danau akan membuat ikan dan mahluk lain penghuni danau mati sia-sia.
Yesus tidak membunuhi para raja yang berkuasa saat itu, yang menyembah berhala pun tidak.
Yesus mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi Yesus tidak membunuhi mereka.
Yesus tahu bahwa Yudas Iskariot akan mengkhianati Dia, tetapi Yesus tetap mengasihi murid-Nya itu; malahan berkata, “Lakukanlah sekarang apa yang semestinya engkau lakukan.”

Kuasa Tuhan bukan untuk membuat kita boleh semena-mena.
Tuhan tidak berlaku demikian, maka demikian pulalah kita, jangan semena-mena menggunakan kuasa Tuhan hanya gara-gara “apa pun yang engkau minta akan dikabulkan-Nya.”
Terhadap setan saja, Yesus hanya mengusirnya, tidak mematikannya.
Mana mungkin Tuhan akan menolong seseorang tetapi berdampak merugikan bagi orang lain.
Oleh karenanya, janganlah meminta agar Tuhan se mena-mena, karena itu mustahil, sekali pun bagi Tuhan itu tidak mustahil.
Jika Tuhan se mena-mena, maka sayalah orang pertama yang akan pergi meninggalkan-Nya.
Tetapi jika Tuhan masih tetap seperti yang sekarang ini, tak terpikir di saya untuk pergi meninggalkan-Nya.
Dan saya meyakini ini tak akan mungkin terjadi karena Tuhan adalah simbul konsistensi sejak dahulu, sekarang dan selama-lamanya.

Renungan Lain

__________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Dominikus, Pengaku Iman
Dominikus lahir pada tahun 1170 di Calaruega, Spanyol. Orangtuanya, Don Felix de Guzman dan Joana dari Aza dikenal sebagai bangsawan Kristen yang saleh dan taat agama. Joana ibunya kemudian dinyatakan Gereja sebagai ‘beata'; kakaknya, Mannes dan Antonio mencurahkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja sebagai imam; dua orang keponakannya menjadi imam dalam ordo religius yang didirikannya, Ordo Dominikan. Mannes kemudian digelari ‘beato’ karena kesucian hidupnya dan pengabdiannya yang tulus bagi Tuhan dan Gereja.
Masa kecil dan mudanya ditandai dengan kesucian dan semangat belajar yang tinggi. Pendidikan awalnya ditangani langsung oleh pamannya yang sudah menjadi imam. Dominikus kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Katedral Palencia. Pada umur 24 tahun ia masuk biara di Osma dan tak lama kemudian ditahbiskan menjadi imam. Karier imamatnya dimulai di Osma didukung oleh doa kontemplatif yang sungguh mendalam. Doa kontemplatif ini yang melahirkan cinta yang tulus kepada umatnya.
Karya apostoliknya dimulai sejak tahun 1203 ketika aliran bidaah Albigensianisme melancarkan serangan terhadap kebenaran iman Gereja. Waktu itu, Dominikus bersama uskupnya, Diego d’ Azevido sedang dalam perjalanan ke Denmark untuk melaksanakan suatu misi diplomatik bagi Raja Alfonso IX (1188-1230).
Albigensianisme, yang lahir pada awal abad ke-13 di kota Albi, Prancis Selatan ini, merongrong ajaran iman yang benar. Aliran ini mengajarkan bahwa segala yang jasmani itu jahat. Ajaran Gereja tentang Tritunggal Mahakudus, peristiwa Penjelmaan dan Penebusan umat manusia dalam Pribadi Yesus Kristus diingkarinya; juga semua sakramen, ibadat dan apa saja yang merupakan ungkapan iman Gereja ditolak. Karena sangat fanatik, para penganut aliran sesat ini tanpa segan merusak gereja-gereja dan biara, menghancurkan gambar-gambar kudus dan salib. Segala hubungan antara Gereja dan Negara ditiadakan. Mereka sangat trampil dalam menyebarkan ajarannya sehingga menarik begitu banyak umat menjadi pengikut. Terdorong oleh desakan batin untuk memberantas pengaruh jahat aliran sesat itu, Dominikus mendapat ilham untuk mendirikan sebuah tarekat religius yang lebih memusatkan perhatian pada soal Pewartaan Sabda. Ordo religius Dominikus ini kemudian lazim dikenal dengan nama ‘Ordo Praedicatorum’ atau ‘Ordo para Pengkotbah’.
Pada pertengahan musim panas tahun 1206, seusai urusan diplomatik di Denmark dan kunjungan ke Roma, Dominikus bersama Uskup Diego kembali ke Spanyol. Di Montpellier, Prancis Selatan, mereka bertemu dengan para pengkotbah utusan paus yang mulai putus asa dalam mengemban tugas memberantas pengaruh ajaran sesat Albigensianisme. Mereka berniat meninggalkan hidup biaranya karena gagal dalam tugas pewartaannya. Banyak faktor membuat mereka gagal: para bangsawan yang merupakan orang kepercayaan masyarakat sudah mengikuti ajaran sesat itu; jumlah imam sangat sedikit dan tidak disiapkan dengan baik dalam hal cara mewartakan Injil, pada hal para pewarta ajaran sesat itu sangat trampil dalam menyebarkan ajarannya; faktor kegagalan yang lain datang dari kalangan Uskup Prancis Selatan itu sendiri. Mereka acuh tak acuh terhadap bahaya yang menggoncang ajaran iman yang benar, dan lebih getol dengan hal-hal duniawi.
Menghadapi keputusasaan para utusan Paus itu, Uskup Diego dan Dominikus menasehati mereka untuk terus mewartakan Injil Kristus meskipun banyak rintangannya. Mereka dinasehati agar meniru teladan para Rasul dalam pewartaan Injil: memasuki pelosok-pelosok dengan berjalan kaki tanpa membawa uang dan makanan, dan bergaul rapat dengan rakyat yang sudah sesat. Diego dan Dominikus dengan setia menemani mereka dalam kegiatan pewartaan itu. Hasil yang dicapai cukup lumayan, meskipun masih ada juga kegagalan. Uskup Diego dan Dominikus serta Uskup Fulk dari Toulouse, Prancis Utara terus mendampingi para pewarta dalam perjuangan besar memberantas pengaruh jahat Albigensianisme.
Pada tahun 1214, Dominikus mendiskusikan bersama rekan-rekannya rencana mendirikan sebuah tarekat religius. Rencana ini didukung dan mulai dilaksanakan tahun berikutnya bersamaan dengan pemberian hadiah sebuah rumah besar oleh Petrus Seila dari Toulouse. Uskup Fulk memberi restunya.
Pandangan hidup yang dianut Ordo Dominikan, yang dikenal dengan nama ‘Ordo Predicatorum’ atau ‘Ordo Pengkotbah’ ini merupakan sesuatu yang belum dikenal pada masa itu. Dominikus menggabungkan corak hidup kontemplatif dengan kehidupan aktif: mewartakan Injil di luar biara, kerja tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, belajar dan lain-lain. Misinya sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang baru, karena pada masa itu hal pewartaan adalah tugas khas para Uskup. Dengan kekhasan itu, Dominikus bermaksud memberikan Gereja suatu Ordo Religius Imam yang berbobot dan handal.
Restu atas berdirinya Ordo Dominikan ini diperoleh ketika Dominikus bersama Uskup Fulk mengikuti Konsili Lateran IV di Roma pada tahun 1215. Sri Paus Innocentius III (1198-1216) berjanji meneguhkan ordo itu apabila Dominikus sudah memiliki suatu aturan hidup membiara yang terbukti ampuh dan sebuah gereja sebagai tempat perayaan Misa Kudus dan upacara lainnya. Kedua tuntutan Paus ini akhir­nya terpenuhi. Dominikus bersama rekan-rekannya sepakat memilih aturan hidup Santo Agustinus dan menyusun konstitusi ordo mereka. Uskup Fulk mempercayakan gereja Santo Romanus di Toulouse kepada Dominikus. Di samping gereja itu, Dominikus mendirikan rumah biaranya yang pertama.
Kekhasan Ordo Dominikan ini diperkuat oleh suatu pengalaman mistik. Ketika berdoa di Basilik Santo Petrus di Roma, Dominikus mengalami penglihatan berikut: Santo Petrus dah Paulus mendatangi Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah kunci, dan Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus dan Paulus berkata: “Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah ditentukan Allah untuk misi pelayanan itu”. Kecuali itu, dalam penglihatan itu pun Dominikus menyaksikan para imamnya mewartakan Injil ke seluruh dunia.
Di Prancis Selatan sendiri, karya pewartaan itu sulit sekali dilaksanakan karena kerusuhan politik dan militer. Karena itu, Dominikus memutuskan untuk mewartakan Injil di wilayah Eropa lainnya seperti Spanyol dan Paris sambil tetap menggalakkan pewartaan di Toulouse dan Prouille. Dari wilayah-wilayah itu, Dominikus mulai melancarkan misi universal ordonya ke berbagai daerah.
Untuk mempertegas ciri khas ordonya, Dominikus mengundang imam-imamnya untuk membicarakan berbagai hal penting seperti pendidikan para imam Dominikan, kegiatan pewartaan, kepemimpinan ordo dan penghayatan kaul kemiskinan. Oleh imam-imamnya, Dominikus sendiri diangkat sebagai pemimpin, ordo pertama. Ia pun diangkat sebagai pemimpin misi kepausan di Lombardia tatkala umat di wilayah itu diresahkan oleh ajaran-ajaran sesat. Bersama Kardinal Egolino, Dominikus melancarkan perlawanan gencar terhadap berbagai ajaran sesat. Pekerjaan di Lombardia sangat menguras tenaganya.
Dominikus meninggal dunia di Bologna pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah menderita sakit keras. Kesucian Dominikus sungguh luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan benar makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya berkata: “Ia terus berbicara dengan. Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja bagi sesamanya, dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan”. Sebelum meninggal ia berpesan: “Tetaplah penuh dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan jangan tinggalkan kemiskinan!”

__________________________________________________
Santo Siriakus, Largus dan Smaragdus, Martir
Siriakus adalah seorang diakon di kota Roma. Ia ditugaskan melayani orang-orang miskin dan orang-orang serani yang dihukum kerja paksa. Dalam melaksanakan tugas ini, ia dibantu oleh dua orang rekannya, Largus dan Smaragdus. Pada suatu hari mereka ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi kemudian mereka dilepaskan lagi karena Siriakus menyembuhkan anak Kaisar Diokletianus.
Ketika Kaisar Maksimianus naik takhta, Siriakus dengan kedua temannya ditangkap lagi dan dijatuhi hukuman mati karena tidak bersedia meninggalkan imannya. Jenazah mereka dikuburkan di pinggir jalan ke Ostia.

__________________________________________________
Santo Hormisdas, Martir
Pada masa kejayaan Kerajaan Sasanid di Persia selama 4 abad, seni dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Demikian juga agama yang dijadikan agama nasional sangat berkembang, sedangkan agama Kristen dihambat sedapat mungkin. Pada abad ketiga, Raja Bahram mengalahkan Chosroes II dan dengan kejam melancarkan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Raja ini suka mengorbankan manusia. Untuk itu ia tidak segan-segan memilih korbannya di antara orang-orang Kristen. Hormisdas menjadi salah satu orang pilihan untuk dijadikan korban persembahan. la, adalah bangsawan turunan raja dari dinasti Achemenid. Sesudah disuruh datang ke istana, ia dipaksa meninggalkan imannya dan memeluk agama nasional. Sebagai seorang pangeran yang berani, Hormisdas menjawab: “Jikalau aku lakukan apa yang engkau perintahkan, maka aku menghina Tuhanku dan melanggar hukumNya. Siapa pun saja yang tidak mematuhi perintah-perintah Tuhan, tentu saja kesetiaannya kepada raja akan kendor, karena raja adalah seorang manusia biasa. Jika orang yang melanggar perintah raja dijatuhi hukuman mati, bagaimana nasib manusia yang berani melawan Allah?”
Mendengar kata-kata Hormisdas ini, raja naik darah dan menyuruh membelenggu Hormisdas. Harta miliknya disita. Ia ditugaskan menjaga kuda-kuda perang dan membersihkan kandang kuda itu. Meskipun mengalami penderitaan hebat, Hormisdas tidak bersedia menyangkali imannya. Oleh karena itu, ia dihukum mati.

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *