Rabu, 02 September 2015

Rabu Pekan Biasa XXII
02 September 2015

____________________________________________________________
Bacaan Pertama
Kol 1:1-8

“Sabda kebenaran telah sampai kepadamu,
demikian juga kepada seluruh dunia.”

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah,
dan dari Timotius saudara kita,
kepada saudara-saudara yang kudus
dan yang percaya dalam Kristus di Kolose.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita,
menyertai kalian.
Kami selalu mengucap syukur kepada Allah,
Bapa Tuhan kita Yesus Kristus,
setiap kali kami berdoa untuk kalian.
Sebab kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus,
dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
berdasarkan harapan yang disediakan bagimu di surga.
Tentang harapan itu
sudah lebih dahulu kalian dengar dalam sabda kebenaran,
yaitu Injil,
yang sudah sampai kepadamu.
Seperti Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia,
demikian pula di antara kalian,
sejak waktu kalian mendengarnya
dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.
Semuanya itu telah kalian ketahui dari Epafras,
rekan sepelayan yang kami kasihi.
Dialah pelayan Kristus yang setia bagimu,
dan dialah pula yang memberitahukan kepada kami
kasihmu dalam Roh.

Demikianlah sabda Tuhan.

____________________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 52:10.11,R:10b

Refren: Aku percaya akan kasih setia-Mu, ya Tuhan,
sekarang dan selama-lamanya.

*Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau
di dalam rumah Allah;
aku percaya akan kasih setia Allah
untuk seterusnya dan selamanya.

*Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya,
sebab Engkaulah yang bertindak;
karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya
di hadapan orang-orang yang Kaukasihi!

____________________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Luk 4:18-19

Tuhan mengutus aku
memaklumkan Injil kepada orang hina dina
dan mewartakan pembebasan kepada para tawanan.

____________________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 4:38-44

“Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil,
sebab untuk itulah Aku diutus.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Setelah meninggalkan rumah ibadat di Kapernaum,
Yesus pergi ke rumah Simon.
Adapun ibu mertua Simon sakit deman keras,
dan mereka minta kepada Yesus supaya menolong dia.
Maka Yesus berdiri di sisi wanita itu,
lalu menghardik demamnya.
Segera penyakit itu meninggalkan dia.
Wanita itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam,
semua orang membawa kerabatnya yang sakit kepada Yesus.
Ia meletakkan tangan atas mereka masing-masing
dan menyembuhkan mereka.
Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak,
“Engkaulah Anak Allah.”
Tetapi dengan keras Yesus melarang mereka berbicara,
karena mereka tahu bahwa Ia Mesias.

Ketika hari siang Yesus berangkat ke suatu tempat yang sunyi.
Tetapi orang banyak mencari Dia.
Ketika menemukan-Nya,
mereka berusaha menahan Dia,
supaya jangan meninggalkan mereka.
Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
“Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Allah
sebab untuk itulah Aku diutus.”
Dan Ia mewartakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

Demikianlah sabda Tuhan.

____________________________________________________________
Renungan Injil
Kali ini saya mengajak sahabat LIVE untuk “kepo”.
Kata orang kepo berasal dari bahasa Hokian yang kira-kira artinya: nenek-nenek yang suka bertanya-tanya.
Ada juga yang bilang kepo itu singkatan dari “Knowing Every Particular Object”, artinya sama saja, yakni mau tahu urusan orang, ingin tahu dan ikut campur urusan orang.
Yang jelas, kepo itu bahasa gaulnya anak-anak.
Jangan usil dengan urusan orang lain, urusi saja dirimu sendiri, kira-kira begitu spiritnya.

Karena penasaran, maka saya ajak untuk kepo.
Simon yang dimaksud pada Bacaan Injil semestinya adalah Simon Petrus atau Kefas, salah satu rasul Yesus.
Lalu dikatakan, “Ibu mertua Simon sakit demam.”
Artinya, Simon pernah menikah, tidak hidup selibat.
Gara-gara masalah ini lalu timbul perdebatan yang berkepanjangan, menikah dikait-kaitkan dengan pastor, uskup, paus, dan rasul Yesus.

Dalam urusan iman, tak ada sangkut pautnya, mau menikah atau pun hidup selibat tak ada urusannya dengan perkara iman.
Sebagai profesi ya iyalah, mana bisa pasutri dibaptis atau klerus menerima sakramen perkawinan?
Tujuan keduanya sama, tapi jalur dan kendaraan yang ditumpangi memang berbeda.

Lalu, bagaimana dengan Simon?
Salahkah kalau ia pernah menikah, sebelum dipanggil Yesus?
Salahkah kalau Simon meninggalkan semua miliknya untuk mengikuti Yesus?
Saya rasa kasusnya sama seperti orangtua yang merelakan anaknya masuk biara menjadi pastor atau suster.
Betapa sedih hati ibunya ketika diberitahu bahwa ia tak lagi boleh memanggil anaknya dengan menyebut nama, atau “sinyo”, atau “yang” karena ia harus memanggilan anaknya dengan sebutan “Frater”.
Ikatan di antara anak itu dengan orangtuanya nampak terputus karena anaknya menempuh jalur lain dan dengan kendaraan lain.

Tidaklah bisa anak itu dikatakan durhaka, keturunan Malin Kundang karena meninggalkan orangtua dan sanak saudaranya.
Begitu pula Simon, tak dapat dikatakan “tidak bertanggung jawab” karena meninggalkan sanak keluarganya untuk mengikuti Yesus.

Tidak jarang, maksudnya cukup sering, saya mesti meninggalkan istri dan anak-anak karena tuntutan pekerjaan.
Tidak jarang juga saya malah mesti meninggalkan pekerjaan untuk urusan pelayanan.
Tidaklah pantas kalau kemudian saya dikatakan telah menelantarkan keluarga.
Yesus juga melakukan yang sama, ia meninggalkan orang-orang di Kapernaum, “Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Allah
sebab untuk itulah Aku diutus.”
Yesus bahkan belusukan ke desa-desa dan kota-kota yang jauh dari Nazaret.

Nah, jika ada sanak saudara kita yang dipanggil untuk melayani Tuhan, marilah kita berikan dukungan, baik dalam urusan ikatan tali silahturahmi maupun dalam iman, doa dan harapan.

____________________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Martir-martir dari Paris 1792
Tatkala Revolusi Prancis memuncak, semua rohaniwan dipaksa mengangkat sumpah setia kepada hukum negara yang bertentangan dengan keyakinan agama dan suara hati mereka. Banyak di antara mereka yang tidak mau bersumpah meskipun diancam dengan berbagai macam cara. Lebih dari 200 rohaniwan dan awam ditahan di Paris dan sebagian besar dibunuh pada bulan September 1792 oleh gerombolan penjahat dengan persetujuan pengadilan revolusi. 191 korban pembunuhan massal itu dinyatakan kudus, antara lain Uskup Agung Jean Marie du Lau, dua Uskup bersaudara Francois – Joseph dan Pierre – Louis La Rochefoucauld, 129 imam praja, 23 bekas imam Jesuit (di antaranya Yakobus Bonnaud), 31 biarawan dan 5 orang awam.

____________________________________________________________
Martir-martir Korea
Gereja Korea mempunyai sejarah awal yang khas. Agama Katolik masuk ke bumi Korea bukan oleh para misionaris asing, tetapi oleh kaum awam Korea sendiri. Pada zaman dahulu, para raja Korea harus membayar upeti ke Peking. Di Peking, para utusan itu berkenalan dengan imam-imam misionaris, antara lain Mateo Ricci. Bagi mereka, agama yang disebarkan oleh misionaris asing itu tidak jauh berbeda dengan ajaran leluhur mereka. Maka mereka tertarik untuk mempelajari agama itu seterusnya. Mereka membawa beberapa buku pelajaran agama untuk dibaca. Tertarik pada ajaran agama baru itu, mereka mulai menyebarkannya di antara penduduk sekitar. Mulailah tumbuh benih iman Kristen di tanah Korea.
Benih iman itu terus berkembang hingga menghasilkan suatu jumlah umat yang relatif banyak dalam waktu singkat beserta imam pribuminya sendiri. Semakin jelas bahwa agama baru itu berhasil menarik banyak penduduk Korea. Menyaksikan perkembangan pesat agama baru itu, para raja mulai melancarkan aksi penganiayaan terhadap para penganutnya. Dalam kurun waktu 1839-1846, para imam pribumi dan misionaris asing bersama 8000 orang beriman dianiaya dan dibunuh. Tetapi warta Injil tetap disebarluaskan ke seluruh negeri itu. Di antara mereka, 78 orang dinyatakan kudus pada tahun 1925. Mereka itu antara lain, Laurensius Yosef Maria Imbert (1797-1839), Peter Maubant, Yakobus Chustan dan imam pribumi Korea yang pertama Andreas Kim bersama dengan puluhan guru agama, pria dan wanita awam serta orang-orang muda. Penganiayaan itu semakin menjadikan umat bertambah kokoh imannya. Setelah Rusia menduduki Korea Utara (1945), banyak orang beriman, imam pribumi dan misionaris disekap dalam penjara dan dibunuh oleh kaum komunis.

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *