Kamis, 22 Oktober 2015

Kamis Pekan Biasa XXIX
22 Oktober 2015

____________________________________________________
Bacaan Pertama
Rom 6:19-23

“Sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah.”

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
mengingat kelemahanmu, Aku berbicara secara manusia.
Sebagaimana kalian dahulu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu
menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan
yang membawa kalian kepada kedurhakaan,
demikianlah sekarang kalian harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu
menjadi hamba kebenaran yang membawa kalian kepada pengudusan.

Sebab waktu kalian menjadi hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.
Dan buah apakah yang kalian petik dari padanya?
Semuanya menyebabkan kalian sekarang merasa malu,
karena kesudahannya ialah kematian.
Tetapi sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa,
dan menjadi hamba Allah.
Maka kalian memperoleh buah
yang membawa kalian kepada pengudusan,
dan akhirnya hidup yang kekal.
Sebab upah dosa ialah maut;
tetapi karunia Allah ialah hidup kekal
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Demikianlah sabda Tuhan.

____________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-4.6,R:40:5a

Refren: Berbahagialah orang,
yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan.

*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.

*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan daunnya tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.

*Bukan demikianlah orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

____________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Flp 3:8-9

Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah,
supaya aku memperoleh Kristus dan berada dalam Dia.

____________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 12:49-53

“Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
“Aku datang melemparkan api ke bumi,
dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala!
Aku harus menerima baptisan
dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung!

Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi?
Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan!
Karena mulai sekarang
akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah,
tiga melawan dua dan dua melawan tiga.
Mereka akan saling bertentangan,
bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya,
ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya,
ibu mertua melawan menantu,
dan menantu melawan ibu mertuanya.”

Demikianlah sabda Tuhan.

____________________________________________________
Renungan Injil
Kali ini Yesus menggunakan api untuk menyatakan tugas perutusan-Nya, “Aku datang melemparkan apiĀ  ke bumi.”
Mendengar kata api saya langsung terikat akan bencana kebakaran yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.
Namun jelas, kebakaran hutan yang semarak terjadi belakangan ini bukanlah dikarenakan api yang dibawa oleh Yesus.

Sesungguhnya api itu sangat berguna bagi kehidupan manusia, tetapi bisa menjadi mala petaka ketika api itu tak terkendali.
Api yang dimaksud oleh Yesus adalah api yang terkendali, yang berguna untuk memurnikan manusia, membersihkan dan membebaskan manusia dari perbuatan dosa.
Kira-kira sama seperti api yang menyala dari kompor di dapur, sekali pun cukup beresiko bisa menyebabkan kebakaran, atau setidaknya bisa membuat tangan juru masak atau bagian tubuh lainnya terbakar dan melepuh.
Api itu diperlukan untuk memasak makanan supaya menjadi matang, terbebas dari kuman dan bakteri yang justru membahayakan kesehatan manusia.
Prosesnya bisa bermacam-macam, entah itu direbus, digoreng atau dipanggang.
Begitu pula halnya dengan api yang dari Yesus itu, yang akan membebaskan manusia dari perbuatan dosa, menghindarkan diri dari penghakiman melalui pertobatan.

Tujuan yang baik ini memang menimbulkan konsekuensi yang mesti ditanggung.
Makanan yang dimasak bisa menyebabkan hilangnya vitamin yang diperlukan tubuh itu, bisa meningkatkan kadar kolestrol terutama jika digoreng dengan minyak panas.
Salah satu konsekuensi dari api Kristus adalah pertentangan di antara orang-orang dekat, ada yang setuju dan yang tidak, ada yang mentaati dan ada yang menolak.
Sama seperti memasak, sudah berulang kali dihimbau untuk menghindari goreng-gorengan namun tetap saja kuali laku dijual orang; mana ada dapur tanpa kuali?
Tak dapat dibantah, dengan digoreng makanan menjadi bertambah lezat.

Perjanjian Baru yang dibawa oleh Yesus itu bukan penganan lezat, juga bukan nikmat dunia lainnya, tidak cocok bagi selera para pengejar nikmat dunia, makanya kemudian ditentang.
Perjanjian Baru tak dapat dipandang sebagai penderitaan, walaupun Yesus mengatakan agar kita siap menyangkal diri dan memikul salib untuk dapat mengikuti Yesus.
Mengikuti Yesus atau pun tidak, penderitaan hidup di dunia ini tetap saja ada.
Kita tidak bisa mengatakan, kalau mengikuti Yesus itu menderita tetapi kalau tidak mengikuti Yesus artinya tidak menderita.

Identik dengan orang yang pantang makanan yang lezat-lezat itu.
Makanan lezat umumnya tidak sehat dan makanan sehat umumnya tidak lezat.
Makanan tidak sehat bisa mendatangkan penyakit badan dan bahkan kematian.
Ketika menyantap memperoleh nikmat kelezatannya, tapi ujung-ujungnya mesti menderita karena mengidap penyakit.
Secara akal sehat, orang akan memilih makanan tidak lezat tetapi sehat, guna menghindari pelbagai penyakit badan, tetapi kenyataannya banyak orang melaksanakan pilihan kedua, makan lezat resiko belakangan.

Kembali kepada api yang menimbulkan pertentangan itu.
Apa yang dikhawatirkan Yesus memang akhirnya terjadi.
Di dalam satu keluarga bisa terdapat berbagai agama yang berbeda-beda, bahkan ada yang menikah dengan pasangan yang berbeda agama.
Jangankan berbeda agama, di pemeluk agama yang sama saja bisa timbul pertentangan.
Orang boleh menutup-nutupi perbedaan dan pertentangan ini dengan kedok toleransi, semua agama mengajarkan yang baik.
Tetapi pada kenyataannya perbedaan-perbedaan itu ada dan nyata.
Di beberapa point, toleransi tidak dapat mendamaikan perbedaan itu.
Misalnya, pemeluk agama yang satu menganggap babi itu haram lalu memilih sapi sebagai bahan santapannya.
Di pemeluk agama lainnya malah sapi dianggap sebagai hewan yang berjasa kepada manusia sehingga tak patut untuk disantap, malah kemudian menyantap makanan berbahan babi, halal.
Sepertinya toleransi mampu mengatasi, iya sudah makan ayam saja, beres ‘kan?
Lalu salah satu pemeluk agama tadi diam-diam menyelinap menuju warung babi guling, menyantap krupuk babi yang lezat itu.
Sedari kecil ia telah disuguhi penganan terbuat dari babi, masak sekarang mesti ia hindari.
Terus katanya begini, “Kenapa saya mesti mematuhi ajaran agama lain? Agama saya tak melarang menyantap makanan yang terbuat dari daging babi kok!”
Pertentangan bagaikan api dalam sekam, sewaktu-waktu siap meledak ke permukaan dan pertentangan pun tak dapat lagi dibendung, toleransi pun runtuh.
Ini hanyalah salah satu contoh kecil saja.
Masih banyak contoh lain yang dapat meyakinkan saya bahwa yang namanya berbeda agama itu iya memang berbeda, tak dapat disama-samakan dan tak perlu dicarikan solusi yang win-win.
Saya setuju dengan ajaran Yesus, bahwa relasi dengan Tuhan itu sifatnya pribadi dan langsung.
Jika demikian halnya, maka tak seorang pun boleh dan dapat mengganggu gugat. Amin.

____________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santa Salome, Wanita Pelayan Yesus
Salome adalah isteri Zebedeus dan ibu kandung rasul Yakobus tua dan Yohanes. Sejak di Galilea, ia sudah menjadi pengikut dan pelayan Yesus. Bersama dengan Maria, ibu Yesus, dan wanita-wanita lainnya, Salome setia kepada Yesus Sang Guru sampai pada peristiwa salib di Golgotha (bdk. Mrk 15:40-41). Ia juga salah seorang wanita yang mengunjungi makam Yesus (Mrk 16:1). Ada ahli Kitab Suci mengidentifikasi Salome sebagai saudari Maria, ibu Yesus (Yoh 19:25).

____________________________________________________
Santo Contardo Ferrini, Pengaku Iman
Contardo dikenal sebagai mahaguru ilmu hukum yang sangat terkenal di Universitas Pavia, Italia. Bagi dia Santo Paulus adalah inspirator hidup dan karyanya. Begitu seluruh karya baktinya sebagai mahaguru diilhami oleh semangat dan cara hidup rasul Paulus. Ia ramah dan tabah serta menjadi teman sekaligus pendamping setia para mahasiswa dalam usaha belajarnya. Ia meninggal dunia pada tahun 1902.

____________________________________________________
Santo Filipos, Hermes dan Severus, Uskup dan Martir
Uskup tua ini teguh imannya meskipun terus-menerus menghadapi kebengisan para penguasa kafir. Tatkala prajurit-prajurit kafir mengunci gerejanya, ia dengan tenang berkata: “Tuhan bersemayam di dalam hati setiap manusia, bukan di dalam gedung gereja itu.” Meskipun situasi gawat meliputinya setiap saat, ia tetap bersemangat mengumpulkan umatnya untuk beribadat meskipun di luar gereja. Melihat itu gubernur menuntut agar piala-piala dan Kitab-kitab Suci untuk ibadat diserahkan untuk dimusnahkan. Filipos dengan tegas menolak tuntutan gubernur kafir itu. Akibatnya, ia bersama diakon Hermes ditangkap dan didera dan selama tujuh bulan dikurung di dalam penjara untuk disiksa. Ketika tiba saatnya mereka menjalani hukuman mati, mereka begitu lemah sehingga terpaksa diusung ke tempat pembakaran. Hari berikutnya seorang Kristen lain, Severus namanya, menjalani nasib yang sama. Ketiga martir ini dihukum mati pada tahun 304.

____________________________________________________
Santa Nunila dan Alodia, Martir
Kedua gadis cilik ini menjadi korban suatu perkawinan campur agama, Islam dan Katolik. Ayah tiri mereka beragama Islam, sedangkan ibunya beragama Kristen Katolik. Oleh ayahnya mereka dipaksa mengingkari imannya dan memeluk agama Islam pada waktu tentara-tentara Islam menguasai negeri Spanyol. Karena mereka menolak desakan ayahnya, mereka dipenggal kepalanya di Huesca, Spanyol pada tahun 851.

 

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *