Kamis, 12 November 2015

PW S. Yosafat, Uskup dan Martir
12 November 2015

_______________________________________________________
Bacaan Pertama
Keb 7:22-8:1

“Kebijaksanaan merupakan pantulan cahaya kekal,
dan cerminan tak bernoda kegiatan Allah.”

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:

Di dalam kebijaksanaan ada roh yang arif dan kudus,
tunggal, majemuk dan halus,
mudah bergerak, jernih dan tidak bernoda,
terang, tidak dapat dirusak, suka akan yang baik dan tajam,
tidak tertahan, murah hati dan sayang akan manusia,
tetap, meyakinkan dan mantap,
mahakuasa dan memelihara semuanya
serta menyelami sekalian roh yang arif, murni dan halus sekalipun.
Sebab kebijaksanaan lebih lincah dari segala gerakan,
karena dengan kemurniannya
ia menembus dan melintasi segala-galanya.

Kebijaksanaan adalah nafas kekuatan Allah,
dan pancaran murni kemuliaan Yang Mahakuasa.
Tidak ada sesuatupun yang bernoda masuk ke dalamnya.
Karena kebijaksanaan merupakan pantulan cahaya kekal,
dan cermin tak bernoda kegiatan Allah, serta gambar kebaikan-Nya.
Meskipun tunggal, namun kebijaksanaan mampu akan segala-galanya,
dan walaupun tinggal di dalam dirinya,
namun membaharui semuanya.
Dari angkatan yang satu ke angkatan yang lain ia beralih
masuk ke dalam jiwa-jiwa yang suci,
yang olehnya dijadikan sahabat Allah dan nabi.

Tiada sesuatu pun yang dikasihi Allah
kecuali orang yang berdiam bersama dengan kebijaksanaan.
Sebab kebijaksanaan lebih indah daripada matahari,
dan mengalahkan setiap tempat bintang-bintang.
Dibandingkan dengan siang terang dialah yang unggul,
sebab siang digantikan malam,
sedangkan kejahatan tak sampai menggagahi kebijaksanaan.

Dengan kuat ia meluas dari ujung yang satu ke ujung yang lain,
dan halus memerintah segala sesuatu.

Demikianlah sabda Tuhan.

_______________________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 119:89.90.91.130.135.175,R:89a

Refren: Ya Tuhan, untuk selama-lamanya firman-Mu tetap teguh.

*Untuk selama-lamanya, ya Tuhan,
firman-Mu tetap teguh di surga.

*Kesetiaan-Mu dari keturunan ke keturunan;
bumi Kautegakkan, sehingga tetap ada.

*Menurut hukum-hukum-Mu sekarang semuanya itu ada,
sebab segala sesuatu melayani Engkau.

*Bila tersingkap, firman-Mu memberi terang,
memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.

*Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu,
dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

*Biarlah jiwaku hidup supaya memuji-muji Engkau,
dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong aku.

_______________________________________________________
Bait Pengantar Injil
Yoh 15:5

Akulah pokok anggur, kalian ranting-rantingnya, sabda Tuhan.
Tinggallah beserta-Ku, maka Aku tinggal besertamu,
dan kalian akan berbuah banyak.

_______________________________________________________
Bacaan Injil
Luk 17:20-25

“Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengahmu.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus,
kapan Kerajaan Allah datang.
Yesus menjawab,
“Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah.
Tidak dapat dikatakan,
“Lihat, ia ada di sini’ atau ‘ia ada di sana.’
Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah sudah ada di di tengah-tengahmu.”

Yesus berkata kepada para murid,
“Akan datang waktunya
kalian ingin melihat salah satu hari Anak Manusia itu.
Tetapi kalian tidak akan melihatnya.
Orang akan berkata kepadamu,
‘Lihat dia ada di sana!
Lihat dia ada di sini! ‘
Tetapi jangan kalian pergi ke situ, jangan kalian ikut.
Sebab seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu
ke ujung langit yang lain,
demikian pulalah halnya Anak Manusia,
pada hari kedatangan-Nya kelak.

Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu
dan ditolak oleh angkatan ini.”

Demikianlah sabda Tuhan.

_______________________________________________________
Renungan Injil
Kerajaan adalah suatu bentuk pemerintahan, yang dipimpin oleh seorang raja dan didampingi oleh permaisuri, atau dipimpin oleh seorang ratu jika ia adalah wanita.
Di dalam kerajaan ada istana tempat raja atau ratu bertakhta, ada kuasa besar yang diakui oleh segenap warga atau rakyatnya, serta ada wilayah teritorial yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan itu.
Taktha kerajaan bersifat turun-menurun, sang anak, yang disebut Putera Mahkota, yang akan menggantikan ayahnya sebagai raja berikutnya, tak ada pemilihan umum.
Segenap jajaran pemimpinnya ditunjuk oleh raja, dan bekerja berdasarkan perintah atau titah raja.
Titah raja adalah undang-undang, terserah maunya raja mau memutuskan apa saja, maka semua orang harus tunduk kepada keputusan itu.
Jika raja bersikap bijaksana, maka ia akan dicintai oleh rakyatnya, begitu pula sebaliknya.

Bagaimana dengan kerajaan Allah sebagaimana yang dimaksud dalam Bacaan Injil hari ini?
Kerajaan ini juga memiliki pemimpin, tetapi berbeda dengan kerajaan yang kita kenal, karena pemimpinnya berkenan dipanggil ‘Bapa’ oleh rakyatnya, dan rakyatnya boleh bersikap dan bertindak seperti seorang anak raja, karena memang raja mengangkatnya menjadi anak.
Kita adalah anak-anak itu.
Kita adalah priayi yang mendapat kedudukan terhormat di dalam kerajaan Allah itu.
Dari rakyat jelata kita diangkat menjadi adiwangsa, menjadi sahabat Sang Putera Mahkota, Yesus Kristus.
Itu sebabnya kita dituntut untuk bersikap dan bertindak seperti seorang ningrat, yang sepenuhnya patuh kepada titah raja.
Ada banyak hal yang tidak hanya dilarang tetapi juga tabu untuk dilakukan oleh seorang ningrat.
Lebih jauh lagi, bukan hanya sekedar mematuhi kehendak-Nya, melainkan juga mesti bersikap dan bertindak yang serupa dengan-Nya, terutama dalam hal bermurah hati dan berbelas kasihan.

Di dalam kerajaan Allah tidak ada batas-batas wilayah teritorial, kuasanya mencakupi segenap alam semesta, tidak hanya di atas dunia ini saja.
Juga tidak ada sekat-sekat suku dan warna kulit, semua sama karena memang telah menjadi saudara di dalam iman.
Istananya tak nampak, singgasananya pun tak berwujud, tak ada tanda-tanda lahiriah dari kerajaan Allah itu.
Tetapi kehadirannya dapat dirasakan oleh hati kita, karena kerajaan Allah datang bukan untuk mengubah badan jasmaniah kita, bukan mendandani kita dengan pakaian kerajaan sebagaimana layaknya anak raja; kerajaan Allah datang secara rohani, mengubah hati kita, menjadikannya seturut kehendak Sang Raja.

Oleh karenanya, kini kita telah berdarah biru, janganlah berbuat di luar keningratan kita, janganlah menistakan diri karena akan merusak martabat kerajaan Allah; janganlah merusak relasi kita dengan Sang Raja yang boleh kita panggil Bapa itu, jangan berbuat yang memalukan, tabu itu.
Berbuatlah yang sama seperti yang diperbuat oleh Sang Raja, bermurah hati dan berbelas kasihanlah sesuai dengan hikmat kebijaksanaan Raja.

_______________________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Yosafat Kunzewich, Uskup dan Martir Rusia
Pada tahun 1600, seorang pemuda berusia 16 tahun dikirim orangtuanya ke kota Wilma, barat laut kota Minak, Rusia, untuk dididik dalam ilmu perdagangan. Pemuda itu adalah Yohanes Kunzewich. Ia rajin belajar dan bekerja; namun sementara itu cepat sekali ia menyadari bahwa bakatnya bukan di bidang perdagangan. Ia sebaliknya lebih tertarik pada hal-hal kerohanian.
Di kota besar itu ia menyaksikan keadaan Gereja Rusia yang kacau balau, oleh pengaruh skisma yang timbul di kalangan umatnya. Umat memutuskan hubungannya dengan Gereja Roma dan tidak lagi mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja. Tak sukar baginya untuk memilih mana Gereja yang sebenarnya menurut kehendak Kristus. Ia yakin bahwa kebenaran dan cintakasih Kristen tidak ditemukan di dalam cara-cara kekerasan, tipu muslihat dan fitnah sebagaimana terlihat di dalam Gereja Ortodoks. Hidup rohaninya mulai berkembang terlebih dengan turut-sertanya ia di dalam kegiatan-kegiatan liturgi sebagai lektor atau penyanyi. Tidak ada upacara di gereja Tritunggal Mahakudus yang diabaikannya.
Pada tahun 1604 ia masuk biara Tritunggal Mahakudus dan menerima nama baru yaitu Yosafat. Jumlah calon di biara itu kurang sekali; tiga tahun lamanya ia sendiri saja, bersama pemimpin biara, yang bergelar Archimandret. Namun tujuan hidupnya jelas nyata yaitu: bertapa, berdoa dan bermeditasi, serta bermatiraga untuk memohon dari Tuhan persatuan Gereja Ortodoks dengan Gereja Roma dalam kandang kebenaran.
Pada tahun 1609 ia ditahbiskan menjadi imam; delapan tahun kemudian ia menjadi Uskup Polotsk. Yosafat ternyata seorang uskup yang saleh dan keras terhadap dirinya sendiri, tapi murah hati terhadap sesamanya. Ia seorang rasul yang rajin, terutama giat dalam usaha untuk menciptakan persatuan Gereja. Hasilnya nyata: Rusia Putih kembali kepada ikatan cintakasih Kristus di bawah pimpinan wakilnya, Sri Paus di Roma. Banyak orang memusuhi dia karena iri hati terhadap semua usahanya itu. Meskipun demikian ia tidak takut. Ia bersedia mempertaruhkan nyawanya demi cita-citanya mempersatukan Gereja.
Pada bulan Oktober 1623, ia pergi ke kota Witebesk, benteng orang skismatik dengan maksud menyampaikan kotbah yang jelas mengenai persatuan Gereja Kristus. Sementara itu musuh-musuhnya tetap mencari jalan untuk membunuhnya. Pada tanggal 12 Nopember sesudah Misa, beberapa penjahat masuk ke dalam kediamannya dan secara kejam menyerang dan membunuh pelayan-pelayannya. Uskup saleh ini tampil ke depan dan dengan berani mengatakan: “Aku inilah yang kamu cari. Mengapa kamu membunuh pelayan-pelayanku yang tak bersalah ini?” Yosafat kemudian dibunuh juga dan jenazahnya dibuang ke dalam sungai Dvina.
Kemartirannya membuka mata banyak orang skismatik yang kemudian bertobat dan bersatu dengan Gereja Roma yang benar. Di antaranya ada seorang Uskup Agung Ortodoks, pemimpin kaum oposisi.

_______________________________________________________
Santo Nilus dari Sinai, Rahib dan Pengaku Iman
Nilus hidup pada pertengahan abad ke-4 di Konstantinopel. Pegawai tinggi kaisar ini telah berumah tangga dan diberkati Allah dengan dua orang anak. Tetapi lama kelamaan timbullah dalam hatinya hasrat untuk menjalani hidup sebagai rahib di tempat yang sunyi demi pengabdian yang total kepada Allah. Isterinya menyetujui perceraian mereka dengan syarat putera sulung mereka tetap tinggal mendampinginya. Demikianlah Nilus bersama Teodulus anaknya yang bungsu berangkat ke padang gurun Sinai, dan menetap di sana sebagai rahib. Rencana hidupnya dapat diringkas sebagai berikut: memuji Allah dengan perkataan, mengabdi kepadaNya dengan perbuatan, dan berbakti kepadaNya dengan pikirannya.
Hidupnya yang suci serta aman-tenteram itu pada suatu hari diganggu oleh serangan gerombolan penjahat orang-orang Arab. Banyak rahib dibunuh. Nilus dapat menyelamatkan dirinya, akan tetapi puteranya ditangkap dan ditawan sebagai budak.
Sesudah menguburkan jenazah teman-temannya, Nilus pun berusaha mencari Teodulus. Namun ia tidak berhasil menemukannya. Pada suatu hari secara kebetulan ia mendengar bahwa anaknya itu menjadi budak belian di Eleusa, sebuah kota dekat Birseba. Ia pun berangkat ke sana tanpa mengantongi uang sesen pun sebagai penebus Teodulus. Tidaklah mungkin ia dapat menebus anaknya itu. Baginya hanya tinggal satu kemungkinan yaitu menghadap Uskup Eleusa dan menceritakan kepadanya segala sesuatu yang telah terjadi atas dirinya. Atas bantuan uskup itu Teodulus dapat ditebus. Kemudian karena kepandaian serta kesalehan Nilus dan Teodulus, mereka ditahbiskan menjadi imam. Mereka kemudian pulang ke Sinai untuk kembali menjalani hidup tapa mereka di sana. Nilus meninggal dunia pada tahun 430 di gunung Sinai.

Diambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *