Jumat, 14 Agustus 2015

Jumat Pekan Biasa XIX
14 Agustus 2015

______________________________________________
Bacaan Pertama
Yos 24:1-13

“Aku telah mengambil bapamu dari Mesopotamia;
mengeluarkan engkau dari Mesir;
dan menuntun engkau masuk ke tanah perjanjian.”

Pembacaan dari Kitab Yosua:

Menjelang wafatnya
Yosua mengumpulkan semua suku Israel di Sikhem.
Dipanggilnya orang tua-tua, para kepala, hakim,
dan para pengatur pasukan Israel.
Mereka semua berdiri di hadapan Allah.
Maka berkatalah Yosua kepada mereka,
“Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel,
‘Dahulu kala nenek-moyangmu
yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor,
tinggal di seberang Sungai Efrat.
Mereka beribadah kepada allah lain.
Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu,
dari seberang sungai Efrat,
dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan.
Aku melipatgandakan keturunannya dan memberikan Ishak.
Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau.
Esau Kuberi pegunungan Seir sebagai miliknya,
sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir.

Lalu Aku mengutus Musa dan Harun,
dan memukul Mesir dengan tulah
yang Kulakukan di tengah-tengah mereka.
Kemudian Aku membawa kalian keluar.
Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir
dan kalian sampai ke laut,
lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu
dengan kereta dan pasukan berkuda ke Laut Teberau.
Sebab itu mereka berteriak-teriak kepada Tuhan.
Maka Ia membuat kegelapan antara kalian dan orang Mesir
dan mendatangkan air laut atas orang Mesir,
sehingga tenggelamlah mereka.
Dengan mata kepalamu sendiri kalian telah melihat,
apa yang Kulakukan terhadap Mesir.
Sesudah itu kalian lama tinggal di padang gurun.

Aku membawa kalian ke negeri orang Amori
yang diam di seberang sungai Yordan,
dan ketika mereka berperang melawan kalian,
mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu,
sehingga kalian menduduki negerinya,
sedang mereka Kupunahkan dari hadapanmu.
Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang
melawan orang Israel.
Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kalian.
Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam,
sehingga ia pun malahan memberkati kalian.
Demikianlah Aku melepaskan kalian dari tangan Balak.

Setelah kalian menyeberangi sungai Yordan
dan sampai ke Yerikho,
maka para warga kota itu berperang melawan kalian,
dan juga orang Amori, orang Feris, orang Kanaan,
orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus.
Tetapi mereka semua Kuserahkan ke dalam tanganmu.
Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kalian,
dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu,
seperti Aku telah menghalau kedua raja orang Amori.
Sungguh, bukanlah pedangmu dan bukan pula panahmu
yang menghalau mereka.
Demikianlah Kuberikan kepadamu
negeri yang kalian peroleh tanpa bersusah-payah
dan kota-kota yang kalian duduki tanpa membangunnya.
Juga Kuberikan kepadamu
kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun
yang kalian makan buahnya,
meskipun bukan kalian yang menanamnya.”

Demikianlah sabda Tuhan.

______________________________________________
Mazmur Tanggapan
Mzm 136:1-3.16-18.21-22.24,

Refren: Kekal Abadi kasih setia-Nya.

*Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!
*Bersyukurlah kepada Allah segala allah!
*Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan!

*Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun!
*Kepada Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar!
*Dan membunuh raja-raja yang mulia.

*Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka.
*Milik pusaka kepada Israel, hamba-Nya!
*Yang membebaskan kita dari para lawan kita.

______________________________________________
Bait Pengantar Injil
1Tes 2:13

Sambutlah pewartaan ini sebagai sabda Allah,
bukan sebagai perkataan manusia.

______________________________________________
Bacaan Injil
Mat 19:3-12

“Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu,
tetapi semula tidaklah demikian.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
datanglah orang-orang Farisi kepada Yesus, untuk mencobai Dia.
Mereka bertanya,
“Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya
dengan alasan apa saja?”
Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca,
bahwa Ia yang menciptakan manusia,
sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita?
Dan Ia bersabda,
‘Sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya,
dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.’
Demikianlah mereka itu bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah,
tidak boleh diceraikan manusia.”

Kata mereka kepada Yesus,
“Jika demikian,
mengapa Musa memerintahkan untuk memberi surat cerai
jika orang menceraikan isterinya?”
Kata Yesus kepada mereka,
“Karena ketegaran hatimu
Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu,
tetapi sejak semula tidaklah demikian.
Tetapi Aku berkata kepadamu,
‘Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah,
lalu kawin dengan wanita lain, ia berbuat zinah.’

Maka murid-murid berkata kepada Yesus,
“Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri,
lebih baik jangan kawin.”
Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka,
“Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu,
hanya mereka yang dikaruniai saja.
Ada orang yang tidak dapat kawin
karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya;
dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain;
dan ada orang yang membuat dirinya demikian
karena kemauannya sendiri, demi Kerajaan Surga.
Siapa yang dapat mengerti, hendaklah ia mengerti.”

Demikianlah sabda Tuhan.

______________________________________________
Renungan Injil
Perkawinan Katolik adalah perkawinan yang monogami dan tak terceraikan.
Perkawinan Katolik adalah sakramen, di mana kedua mempelai dipersatukan Allah menjadi satu daging.
Suami dan istri wajib menjaga persatuan ini, dalam untung dan malang.
Oleh Yesus, hal ini tak dapat ditawar-tawar lagi, sekali pun Musa masih lebih “lunak” seolah masih memberi peluang untuk bercerai.

Saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk berkutat masalah tata aturan perkawinan ini, melainkan marilah kita bayangkan apa yang terjadi jika perceraian tidak dilarang.
Akan ada banyak anak-anak yang terlantar karena orangtuanya bercerai, atau malah terlantar karena menjadi rebutan kedua orangtuanya.
Keseimbangan gender akan terpatahkan; laki-laki yang kaya, berkuasa, berwajah tampan, atau yang pandai merayu akan menguasai para wanita; begitu pula para wanita yang berparas cantik akan menjadi rebutan dan menimbulkan kekacauan sekali pun ia sudah bersuami.
Keluarga-keluarga akan luluh-lantak oleh karena kawin-cerai yang tak terkendali.
Sangat mungkin orang akan memiliki akte perkawinan se tebal buku, memiliki se tumpuk surat cerai.
Dan sangat mungkin pula akan terjadi kekacauan di antara anak-anak mereka, ada yang kandung, ada yang tiri, dan ada yang setengah tiri; mereka akan saling memperebutkan hak waris, jikalau ada, memperebutkan kuasa di keluarga, dan sebagainya.

Karena tidak dilarang, maka semua orang akan menganggap kegaduhan ini sebagai hal yang biasa.
Lalu, seperti apa jadinya tatanan sosial di masyarakat?
Masih adakah tempat bagi kasih Kristus di dalam keluarga-keluarga?
Saya rasa tidak, karena telah digantikan oleh bujuk-rayu iblis.

Saya tidak bermaksud menutup-nutupi, bahwa memang ada banyak persoalan di antara suami-istri, yang tidak jarang bisa menimbulkan keputus-asaan.
Saya dan Istri saya, Erna, juga mesti berjuang mengatasi berbagai persoalan itu.
Godaan dan cobaan datang silih berganti.
Sejak semula saya mengupayakan mengafirmasi diri, jika bercerai lalu memilih wanita lain, belum tentu wanita pilihan lain itu akan membawa saya ke keadaan yang lebih baik, walaupun pada awalnya rumput tetangga nampak lebih hijau.

Dahulu, memang sempat, saya mengeluhkan banyaknya perbedaan di antara kami.
Se gudang perbedaan ini mudah sekali memicu pertengkaran.
Tetapi sekarang, setelah melalui masa pernikahan yang panjang, kami malah bersyukur dengan perbedaan-perbedaan itu, karena perbedaan itulah yang telah menempa kami untuk menjadi pasangan yang lebih tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan suami-istri.
Perbedaan-perbedaan itu, jika berhasil diatasi, akan menjauhkan kerentanan relasi, tak lagi mudah dihempas oleh godaan dan cobaan.

Sesungguhnya, pertanyaan sederhana sudah dapat memulihkan relasi kami di saat relasi itu renggang, retak atau dalam kondisi kritis, “Jika saya mencintai pasangan, seperti yang saya akui sendiri di hadapan Tuhan saat menerima Sakramen Perkawinan, lalu mengapa saya tega melukai perasaan pasangan saya, mengapa tega saya menyakitinya, baik badannya maupun batinnya?”

Secara berseloroh saya sering mengatakan, “Jika kita melihat rumput tetangga lebih hijau, jangan menutup mata, lihatlah lebih seksama, lalu buatlah sendiri rumput yang lebih hijau lagi, karena sekarang saja tetangga itu malah melihat rumput kita lebih hijau, apalagi setelah rumput kita benar-benar hijau.”

______________________________________________
Peringatan Orang Kudus
Santo Maximillian Kolbe, Martir
Maximillian Kolbe lahir di Zdunska-Wola, dekat Lodz Polandia pada tanggal 7 Januari 1894. Ia kemudian dipermandikan dengan nama Raymond. Setelah dewasa, ia masuk biara Fransiskan dan mengambil nama: Maximillianus. Kaul kebiaraannya yang pertama diucapkannya pada tahun 1911. Sebagai seorang biarawan Fransiskan, Maximillian dikenal sebagai seorang yang saleh. Pada tahun 1917, ia mendirikan Militia Maria Immaculata di Roma untuk memajukan kebaktian kepada Bunda Maria yang dikandung tanpa noda. Pada tahun 1918, Maximillian ditahbiskan menjadi imam dan kemudian kembali ke Polandia untuk berkarya di sana. Di Polandia, ia menyebarkan berbagai tulisan tentang Bunda Maria dalam buletin ‘Militia Maria Immaculata’. Selain itu ia mendirikan biara di Niepokalanov pada tahun 1927 untuk memberi tempat bagi 800 biarawan. Biara yang sama didirikannya di Jepang dan India. Di kemudian hari, ia menjadi superiornya sendiri. Itulah sekilas kebesaran dan karya Maximillian.
Tuhan mencobai Maximillian yang saleh dan setia ini melebihi orang-orang lain. Kiranya benar juga bahwa semakin kuat dan besar iman seseorang, semakin berat juga cobaan yang harus dialami, demi memurnikan imannya dan mempertinggi kesuciannya. Pada tahun 1939 Gestapo Jerman yang keji itu memasuki wilayah Polandia. Diktator Jerman itu yakin bahwa untuk mematahkan semangat orang Polandia perlulah menahan, memenjarakan dan membunuh para pemimpinnya, baik pemimpin politik, maupun pemimpin keagamaan dan para ahlinya. Lebih-lebih jajaran pers Polandia harus dihancurkan.
Maximillian Kolbe dikenal sebagai seorang penulis dan editor majalah. Maka ia ditangkap oleh Gestapo dan diasingkan ke Lamsdorf Jerman dan dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi Amstitz. Pernah ia dilepaskan, tetapi kemudian ditangkap lagi pada tahun 1941, dan dipenjarakan di Pawiak, lalu dipindahkan ke kamp konsentrasi Auscwitz. Di kamp konsentrasi ini, Maximillian dengan diam-diam menjalankan tugasnya sebagai imam bagi para tahanan yang ada di sana. Dengan kondisi tubuh yang kurus kering, Maximillian turut serta dalam kerja paksa. Penyakit TBC yang dideritanya semakin menjadi parah karena kerja paksa itu.
Pada suatu hari seorang sersan bernama Gajowniczek dijatuhi hukuman mati. Karena sangat takut, ia berteriak-teriak menyebut anak­anak dan istrinya. Mendengar teriakan sersan itu, Maximillian Kolbe maju dengan tegap untuk meminta menggantikan sersan malang itu. “Daripada sersan yang beranak-istri ini mati, lebih baiklah saya yang mati. Karena toh saya tidak beranak-isteri” kata Maximillian. Bersama dengan para sandera lainnya, Maximillian tidak diberi makan dan minum. Namun ia bisa bertahan sebagai korban terakhir, dan baru mati setelah disuntik dengan carbolic acid.

 

D iambil dari:
Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

Leave a Reply

*

captcha *