HR Kemerdekaan Republik Indonesia Jumat, 17 Agustus 2018

Liturgia Verbi (B-II)
HR Kemerdekaan Republik Indonesia

Jumat, 17 Agustus 2018

 

 


Bacaan Pertama
Sir 10:1-8

“Para penguasa bertanggung-jawab atas rakyatnya.”

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat,
pemerintah yang arif adalah yang teratur.
Seperti para penguasa,
demikian pula para pegawainya;
seperti pemerintah kota,
demikian pula semua penduduknya.
Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya,
tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.
Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi,
dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.
Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang,
dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat.
Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu,
apapun juga kesalahannya,
dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu.
Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia,
dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah.
Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain
akibat kelaliman, kekerasan dan uang.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 101:1a.2ac.3a.6-7,R:Gal 5:13

Refren: Kamu dipanggil untuk kemerdekaan,
maka abdilah satu sama lain dalam cintakasih.

*Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum,
aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela.
Aku hendak hidup dalam ketulusan hati,
tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila.

*Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan,
supaya mereka diam bersama-sama aku.
Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela,
akan melayani aku.

*Orang yang melakukan tipu daya
tidak akan diam di dalam rumahku,
orang yang berbicara dusta
tidak akan tegak di depan mataku.


Bacaan Kedua
1Ptr 2:13-17

“Berlakulah sebagai orang yang merdeka.”

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:

Saudara-saudaraku yang terkasih,
demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia,
baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi,
maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya
untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat
dan mengganjar orang-orang yang berbuat baik.
Sebab inilah kehendak Allah,
yaitu supaya dengan berbuat baik
kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh.
Hiduplah sebagai orang merdeka,
bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu
untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka,
tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Hormatilah semua orang,
kasihilah saudara-saudaramu,
takutlah akan Allah,
hormatilah raja!

Demikianlah sabda Tuhan.


Bait Pengantar Injil
Mat 22:21

Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar,
dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.


Bacaan Injil
Mat 22:15-21

“Berikanlah kepada kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar,
dan kepada Allah
apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
orang-orang Farisi berunding
bagaimana mereka dapat menjerat Yesus
dengan suatu pertanyaan.
Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian
bertanya kepada Yesus,
“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur,
dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah,
dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga,
sebab Engkau tidak mencari muka.
Katakanlah kepada kami pendapat-Mu:
Bolehkah membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka.
Maka Ia lalu berkata,
“Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.”
Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus.
Maka Yesus bertanya kepada mereka,
“Gambar dan tulisan siapakah ini?”
Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.”
Lalu kata Yesus kepada mereka,
“Berikanlah kepada Kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar,
dan kepada Allah
apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Hari Kemerdekaan RI

Renungan Injil
Hari ini kita kembali membaca dan merenungkan Kitab Putera Sirakh, pada Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kitab ini merupakan bagian dari Deuterokanonika karena tidak semua kalangan menerimanya sebagai kanon Alkitab.
Bersyukurlah kita menerimanya karena di dalamnya ada banyak pengajaran tentang etika dan kebijaksanaan.
Salah satunya adalah Bacaan Pertama hari ini, “Para penguasa bertanggung-jawab atas rakyatnya.”

Di jaman dahulu, yang kuatlah yang berkuasa karena kekuasaan diperolehnya dengan kekerasan, kekejian, melalui perang yang saling membunuh.
Ada jamannya, kekuasaan diperoleh karena warisan yang turun-temurun, yang disebut sebagai kerajaan.
Penguasanya adalah raja.
Ia berkuasanya bukan karena kompetensinya, melainkan karena garis keturunannya.

Di jaman sekarang, muncul faham yang disebut demokrasi, dimana penguasa dipilih oleh rakyatnya, maka ia wajib bertanggung-jawab atas rakyatnya.
Faham ini cocok diterapkan di pemerintahan suatu negara tetapi perlu dipertanyakan apakah juga cocok untuk organisasi gereja.
Apa iya cocok pastor paroki, uskup dan bahkan paus dipilih melalui pencoblosan atau voting dari semua umat?
Saya rasa tidak, karena salah satu kelemahan fatal dari demokrasi adalah perebutan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, yang penting menang, sementara di dalam struktur gereja, pemimpin ditunjuk/diangkat dengan memperhatikan kehendak Tuhan sebagai pemimpin tertinggi, dan tentunya boleh saja mempertimbangkan “suara dari bawah” seperti yang terjadi saat penunjukkan Santo Stefanus.

Lihat saja di jaman Yesus dahulu, para murid saling berdebat untuk menentukan siapa yang paling besar di antara mereka, padahal jelas-jelas mereka dipilih oleh Yesus, bukan memenangkan kontestasi pemilihan.
Aneh saja kemudian, kalau mendengar ada berita seorang pastor “ngambek” karena tidak dipilih menjadi pastor paroki, hanya sebagai pastor rekan lalu sehari-harinya berseteru dengan pastor parokinya, masing-masing jalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi sama sekali, persis seperti seekor ular dengan dua kepala.

Putera Sirakh menuliskan pada Bacaan Pertama hari ini, penyebab utamanya adalah kecongkakan yang muncul akibat kelaliman, kekerasan dan uang.
Padahal yang diperlukan adalah pemimpin yang arif, bermartabat dan berpihak kepada rakyatnya.
Perebutan kekuasaan akhirnya menjadi nafsu yang tak terbendung, saling membenci satu dengan lainnya.
Makanya Putera Sirakh mengajurkan agar jangan pernah menaruh benci kepada sesama, apapun juga kesalahannya.
Jangan berbuat apa-apa yang terpengaruh oleh nafsu karena biasanya yang kita perbuat akan menjadi ngawur.

Saya selalu menasehati istri dan anak-anak saya begini.
Marah atau jengkel terhadap perbuatan seseorang itu adalah hal yang lumrah terjadi, karena marah adalah luapan perasaan, dan yang namanya perasaan memang sulit diatur-atur.
Maka dari itu, ketika kita sedang dilanda kemarahan, jangan lakukan apa-apa, berdiam dirilah sampai kemarahan itu mereda barulah berbuat hal-hal yang mengarah kepada recovery/pemulihan.
Yang namanya perasaan, entah itu sedih, marah, senang, dan sebagainya, tidaklah permanen, ada waktunya ia akan mereda dengan sendirinya.

Selamat Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia, Merdeka!


Peringatan Orang Kudus
Santo Hyasintus, Pengaku Iman
Hyasintus lahir tahun 1185 di Breslan, Silesia, Jerman Timur, dari keluarga bangsawan Odrowaz. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai di Katedral Krakau, Polandia. Pada umur 35 tahun, bersama adiknya Seslaus, Hyasintus menemani uskupnya dalam perjalanan ke Roma.
Kesempatan itu dipakai untuk menemui Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Semangat kerasulan dan kemiskinan para biarawan ordo itu sangat mereka kagumi. Pada pertemuan itu, Hyasintus meminta Dominikus agar mengutus beberapa biarawannya untuk mewartakan Injil di Eropa Utara. Permohonan itu tidak dikabulkan karena masalah kekurangan tenaga imam. Secara tak terduga, kedua bersaudara itu meminta Dominikus agar diterima dalam Ordo Pengkotbah. Dengan senang hati Dominikus menerima kedua bersaudara itu dalam pangkuan ordonya.
Hyasintus bersama Seslaus, meskipun sudah lama bekerja sebagai imam, bersedia menjalani lagi masa novisiat untuk melatih diri dan membentuk diri mengikuti semangat Ordo Pengkotbah dan semua keutamaan Kristen yang diperjuangkan ordo itu. Setelah mereka mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan, Hyasintus dan Seslaus diutus ke Eropa Utara sebagai misionaris Dominikan pertama di wilayah itu.
Sebagai perintis Ordo Pengkotbah di Eropa Utara, kedua bersaudara itu mengalami banyak hambatan dalam karyanya. Namun Tuhan senantiasa menyertai mereka dengan banyak karunia mujizat. Mula-mula Hyasintus menjelajahi seluruh Polandia untuk mewartakan Injil. Ia berhasil mentobatkan banyak orang di semua kota. Selanjutnya ia berkotbah di wilayah-wilayah Jerman, Denmark, Swedia, Austria dan Rusia sampai ke Laut Hitam. Kehidupannya yang sederhana dan suci menjadi pendukung kuat bagi kotbah-kotbahnya dan hal ini berhasil menarik minat banyak pemuda.
Pemuda-pemuda yang dengan rela meneladani Hyasintus dibina untuk menjadi imam-imam Dominikan. Untuk itu Hyasintus mendirikan banyak biara Dominikan di berbagai tempat sebagai pusat pendidikan bagi semua pemuda yang mau menjadi imam dalam Ordo Dominikan.
Dikatakan bahwa Hyasintus sepanjang hidupnya (72 tahun) tidak pernah mengalami sakit, termasuk penyakit ketuaan dan semua penderitaan lain yang disebabkan oleh usia yang sudah lanjut. Ia akhirnya gugur sebagai seorang ksatria Kristus yang memberi kesaksian iman secara luar biasa. Pada tanggal 14 Agustus 1257, ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 15 Agustus 1257, tepat dengan Pesta Maria Diangkat ke Surga.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *