Hari Biasa Pekan Prapaskah II Kamis, 1 Maret 2018

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa Pekan Prapaskah II

Kamis, 1 Maret 2018

Ujud Misi/Evangelisasi – Pembinaan diri dalam penegasan spiritual.
Semoga gereja menghargai dan mengusahakan pembinaan diri yang dijalankan atas dasar penegasan spiritual, baik secara perseorangan maupuan kelompok.

Ujud Gereja Indonesia – Aksi Puasa Pembangunan.
Semoga Aksi Puasa Pembangunan tak hanya dijalankan sebagai aksi formal dan administratif, tetapi sebagai perwujudan aksi pertobatan yang konkret dalam berbagi dengan sesama, terutama mereka yang miskin dan membutuhkan.


Bacaan Pertama
Yer 17:5-10

“Terkutuklah yang mengandalkan manusia.
Diberkatilah yang mengandalkan Tuhan.”

Pembacaan dari kitab Yeremia:

Beginilah firman Tuhan,
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,
yang mengandalkan kekuatannya sendiri,
dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!
Ia seperti semak bulus di padang belantara,
ia tidak akan mengalami datangnya hari baik;
ia akan tinggal di tanah gersang di padang gurun,
di padang asin yang tidak berpenduduk.
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,
yang menaruh harapannya pada Tuhan!
Ia seperti pohon yang ditanam di tepi air,
yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air,
dan yang tidak mengalami datangnya panas terik;
ia seperti pohon yang daunnya tetap hijau,
yang tidak kuatir dalam tahun kering,
dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Betapa liciknya hati,
lebih licik daripada segala sesuatu!
Hati yang sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati dan menguji batin,
untuk memberi balasan kepada setiap orang
setimpal dengan hasil perbuatannya.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:40:5a

Refren: Berbahagialah orang
yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan.

*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.

*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.

*Bukan demikianlah orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.


Bait Pengantar Injil
Luk 8:15

Berbahagialah orang,
yang setelah mendengar firman Tuhan,
menyimpannya dalam hati yang baik
dan menghasilkan buah dalam ketekunan.


Bacaan Injil
Luk 16:19-31

“Engkau telah menerima segala yang baik,
sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Ada seorang kaya
yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus,
dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus,
badannya penuh dengan borok.
Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
dan ingin menghilangkan laparnya
dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.
Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.

Kemudian matilah orang miskin itu,
lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur.
Sementara menderita sengsara di alam maut,
ia memandang ke atas,
dan dari jauh dilihatnya Abraham,
dengan Lazarus duduk di pangkuannya.
Lalu ia berseru, “Bapa Abraham, kasihanilah aku.
Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air
dan menyejukkan lidahku,
sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini!”
Tetapi Abraham berkata, “Anakku, ingatlah!
Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
Selain dari pada itu di antara kami dan engkau
terbentang jurang yang tak terseberangi,
sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu
ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang!”
Kata orang itu, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu Bapa,
supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
sebab masih ada lima orang saudaraku,
supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh,
agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan itu.’
Tetapi kata Abraham,
‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi;
baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.’
Jawab orang itu, ‘Tidak, Bapa Abraham!
Tetapi jika ada seorang
yang datang dari antara orang mati kepada mereka,
mereka akan bertobat.’
Kata Abraham kepadanya,
‘Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi,
mereka tidak juga akan mau diyakinkan,
sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”

Demikianlah sabda Tuhan.


hati yang membeku
Renungan Injil
Kita lanjut lagi, merenungkan tentang firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia pada Bacaan Pertama hari ini.
Agak terkejut juga saya ketika membaca, “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu!”
Setahu saya, hati itu sumbernya perasaan, semestinya bersifat netral.
Yang dapat berperilaku licik adalah pikiran, adanya di kepala, bukan di hati.
Seringkali orang malah mengatakan “hati kecil-nya mengatakan lain,” yang bertentangan dengan perbuatan yang salah.
Hati kecil atau hati nurani adalah perasaan yang murni, yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam.
Bagaimana ia bisa menjadi licik, bahkan lebih licik dari segala sesuatu?

Rupanya yang dimaksud adalah “hati yang sudah membatu”, sudah menjadi bebal, hati yang bukan lagi sekedar membeku tapi membatu.
Seharusnya hati bisa mengendalikan pikiran, menjaganya tetap berada pada akal sehat, tetapi karena telah membatu, keras dan bebal, justru hati malah menginisiasi kelicikan.
Celakalah orang yang hatinya mengeras menjadi batu.

Lalu bagaimana ceritanya hati bisa mengeras menjadi batu?
Iya, karena hatinya menjauh dari Tuhan!
Ia tidak lagi mengandalkan Tuhan, tidak lagi menaruh harapan pada Tuhan.
Ia malah mengandalkan kekuatannya sendiri, atau mengandalkan manusia, yang bukan Tuhan.

Menjauhkan hati dari Tuhan adalah tindakan gegabah yang hanya akan membawa kita kepada penderitaan, bukan karena Tuhan akan meninggalkan kita melainkan karena kitalah yang menjauh dari-Nya.
Jika hati telah membatu, dengan apalagi akan dicarikan?
Kalau masih se batas membeku, masih ada peluang untuk dicairkan, tetapi kalau sudah mengeras menjadi batu?
Beginilah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Yeremia,
“Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Oleh karenanya, kita mesti rajin-rajin memeriksa hati kita, menguji batin kita, agar kita waspada kalau-kalau ia mulai mengental, lalu membeku, dan kalau dibiarkan, maka ia akan membatu.
Berbuat baik itu seperti abrasi di pantai, sekeras apa pun batu karang, lambat laun akan luluh juga.
Berbuat baik itu seperti pohon, yang tak pernah berhenti menghasilkan buah.
Dan berbuat baik kita lakukan, semata-mata karena kita menaruh harapan pada Tuhan dan mengandalkan-Nya.


Peringatan Orang Kudus
Santo Felix III (II), Paus
Felix berasal dari sebuah keluarga berdarah Romawi. la menjadi paus menggantikan Paus Santo Simplisius pada tahun 483. la dinamakan Felix III (II) karena kira-kira pada tahun 365 ada seorang paus tandingan yang menamakan dirinya Felix lI.
Selama masa kepausannya, Felix menghadapi bidaah Monophysitisme yang menolak ajaran iman tentang kedwitunggalan kodrat Yesus Kristus: Ilahi sekaligus Manusiawi. Untuk memecahkan masalah itu, Kaisar Zeno mengeluarkan suatu rumusan kesatuan yang bermakna ganda, yang disebut Henotikon. Rumusan ini tidak disetujui baik oleh Sri Paus maupun oleh pengikut aliran bidaah Monophisitisme.
Demi pemecahan selanjutnya, Sri Paus Felix memanggil Acacius, Patriark Konstantinopel, penyusun rumusan itu. Acacius menolak datang ke Roma. Maka dia diekskomunikasikan oleh Felix III. Sejak berlakunya ekskomunikasi ini, skisma Acacian mulai tersebar dan terus berkembang hingga kematian Felix III pada tanggal 1 Maret 492.


Santo David, Pengaku Iman
David mungkin lahir di Cardigan, Wales, Inggris pada tahun 520 dari sebuah keluarga bangsawan. la terkenal sebagai seorang biarawan yang aktif mendirikan biara-biara: kurang lebih ada 12 biara yang didirikannya. Dari antara biara-biara itu, biara Menevia di bagian baratdaya Wales adalah biara pusat sekaligus menjadi tempat tinggalnya sebagai pimpinan tertinggi.
Dalam kedudukannya itu David memainkan peranan besar dalam perkembangan Gereja Keltik. Banyak perintis Gereja Irlandia dididik di Menevia; antara lain Santo Finnianus dari Clonard, yang dijuluki sebagai Bapa Monastik Irlandia. Ketenaran namanya pada zaman itu dapat dilihat dari begitu banyak gereja kuno – lebih dari 50 buah gereja – di bagian selatan Wales yang memilih dia sebagai pelindungnya. David meninggal dunia pada tahun 601 di Menevia. la digelari kudus pada tahun 1120 pada masa kepemimpinan Sri Paus Kalistus II (1119-1124), dan diangkat sebagai pelindung suci Wales.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

About the Author

Leave a Reply

*

captcha *