Hari Biasa, Pekan Biasa XXXI Senin, 5 November 2018

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXI

Senin, 5 November 2018

 


Bacaan Pertama
Flp 2:1-4

“Lengkapilah sukacitaku, hendaklah kalian sehati sepikir.”

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:

Saudara-saudara,
dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih,
ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasih.
Maka sempurnakanlah sukacitaku dengan ini:
hendaklah kalian sehati sepikir,
dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan,
dengan tidak mencari kepentingan sendiri
atau pujian yang sia-sia.
Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain
lebih utama dari pada dirimu sendiri.
Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingan sendiri,
melainkan kepentingan orang lain juga.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3,

Refren: Tuhan, lindungilah aku dalam damai-Mu.

*Tuhan, aku tidak tinggi hati,
dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

*Sungguh, aku telah menenangkan dan mendirikan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

*Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya!


Bait Pengantar Injil
Yoh 8:31b-32

Jika kalian tetap dalam firman-Ku,
kalian benar-benar murid-Ku,
dan kalian akan mengetahui kebenaran.


Bacaan Injil
Luk 14:12-14

“Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu,
melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan,
“Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam,
janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu,
kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya,
karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula,
dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan,
undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.
Maka engkau akan berbahagia,
karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau.
Sebab engkau akan mendapat balasnya
pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

Demikianlah sabda Tuhan.


satu kasih-jiwa-tujuan

Renungan Injil
Surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi memang agak berbeda dengan surat-surat kepada jemaat lainnya.
Paulus lebih banyak menyampaikan perihal kehangatan relasi di antara sesama jemaat, memberi pengharapan menuju sukacita.
Mungkin karena memang tidak banyak permasalahan terjadi di antara jemaat di Filipi, tidak sebanyak di tempat lain.

Hari ini Paulus menekankan perihal persatuan di antara jemaat, satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan.
Paulus meminta agar jemaat sehati sepikir, agar terwujud persekutuan roh, kasih yang mesra dan belas kasih.

Bagaimana caranya mewujudkan semua keinginan di atas?
Masing-masing mesti mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, yakni dengan selalu bersikap rendah hati.
Janganlah mencari kepentingan diri sendiri semata, atau mencari-cari pujian dari orang lain.
Mendahulukan kepentingan orang lain ada sifat Yesus Kristus yang mesti diteladani.

Bagaimana dengan kita sendiri?
Sudahkah nasehat Rasul Paulus ini kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah saat mengikuti Misa orang masih berdesak-desakan memperebutkan kursi?  Atau berebutan tempat parkir dan saling mendahului saat bubaran tanpa mau mengalah?
Apa yang terjadi saat pengambilan air suci?  Masih berebutkah?

Apa yang terjadi saat Misa di Gereja adalah cerminan dari sikap perbuatan kita, apakah sudah menampilkan wajah rendah hati atau belum.

Mari kita lihat ilustrasi berikut ini.
Katakanlah kita belum makan dan kita punya satu piring nasi dan lauk-pauknya, siap untuk disantap.
Lalu ada orang yang belum makan sejak kemarin, tentu lapar sekali.
Akankah nasi se piring itu akan kita berikan kepadanya?
Setidaknya dibagi-dualah, sama-sama mengambil separuhnya?
Atau kita akan mengomel, “Makanya…kerja yang bener dong, supaya punya uang untuk membeli makan…”
Anda tahu apa jawaban Anda!


Peringatan Orang Kudus
Santa dan Santo Elisabeth dan Zakarias
Cerita perihal kehidupan Elisabeth dan Zakarias dan peranan mereka yang istimewa di dalam sejarah keselamatan Allah, hanya kita ketahui sedikit dari Injil terutama Injil Lukas bab 1:5-80.
Elisabeth adalah isteri Zakarias – seorang imam Israel dari kelompok Abia (1Taw 24:10, Luk 1:5) – dan ibu kandung Santo Yohanes Pemandi. Keduanya berasal dari keturunan Harun (ay. 5) dan hidup pada masa pemerintahan Herodes di wilayah Yudea. Di hadapan Tuhan, mereka hidup saleh dan benar, tanpa cela menghayati dan melaksanakan hukum Musa. Namun sayang Mereka tidak dikaruniai anak sampai umur tuanya. Dari sudut pandang Yahudi, hal ini merupakan aib bagi mereka, namun inilah rahasia Tuhan di luar batas pemahaman manusia.  Karena melalui mereka Tuhan kemudian menunjukkan secara lebih tandas kuasaNya atas hidup manusia. Melalui mereka Tuhan mau melaksanakan rencana keselamatanNya atas manusia yang akan dijalankan sendiri oleh Putera-Nya. Ternyata dari kedua orang kudus ini Tuhan mengaruniakan seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, pendahulu Yesus, Sang Mesias.
Injil menceritakan bahwa Elisabeth adalah sanak Santa Maria, Bunda Yesus, namun hubungan itu tidak diketahui secara jelas dan pasti, (ay 36). Hubungannya dengan Maria, Ibu Yesus diceritakan di dalam kisah kunjungan Maria kepada Elisabeth sebelum kelahiran Yesus (ay. 39).

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *